Tabloid Suara Islam EDISI 47, Tanggal 4 - 17 Juli 2008 M/1 - 14 Rajab 1429 H
Pasca insiden Monas, kelompok Islam kembali menjadi sasaran tembak kaum kafir dan liberal untuk memojokkan Islam. Apa yang dilakukan kaum liberal itu semakin mendapat momen setelah pihak Istana memberikan reaksi secara cepat terhadap insiden Monas. Pasca insiden Monas SBY langsung menggelar rakor dengan menteri2nya bidang Polhukam serta mengadakan konferensi pers yang berisi kecaman terhadap pelaku kekerasan dan memerintahkan polisi segera menangkap semua pelaku yang terlibat dalam insiden monas 1 Juni 2008 tersebut. Reaksi yang berlebihan dari Istana tersebut membuat Insiden Monas menjadi berita paling heboh selama beberapa pekan hingga mengalahkan isu kenaikan BBM dan isu pelecehan seksual anggota DPR Max Moein.
Tanpa mengungkap akar masalahnya secara mendalam, media-media pro-liberal seperti MetroTV dan SCTV kemudian menghantam FPI habis-habisan, yang kemudian menggiring opini publik untuk membenci FPI. Selanjutnya mereka meminta pemerintah untuk menindak tegas FPI, dengan cara membubarkannya. Gus Dur yang berdiri paling depan dalam barisan kaum liberal bahkan men-cap FPI sebagai organisasi yang terdiri dari preman berjubah. Organisasi Islam ini digambarkan sangat buruk melebihi organisasi kriminal yang ada. Pemerintah, kaum liberal dan media pro-liberal menutup mata atas penyebab munculnya kekerasan di Monas itu. Padahal insiden itu tak mungkin terjadi begitu saja tanpa ada sebab yang melatarbelakanginya. Sayang sebabnya inilah yang jarang diungkap media.
Faktanya, yang dilakukan FPI tidak seburuk yang digambarkan media selama ini. Insiden yang terjadi di Monas adalah tawuran biasa yang tidak sampai mengakibatkan orang meninggal atau menghancurkan banyak fasilitas seperti yang terjadi di Unas, yang menyebabkan melayangnya nyawa Maftuh Fauzi, atau di depan gedung DPR beberapa waktu lalu. Bisa dikatakan apa yang dilakukan FPI itu tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan tindakan anarkis yang dilakukan massa PDIP dulu di Tuban, atau massa Golkar di Maluku Utara, atau aksi pembantaian ratusan umat Islam di Poso oleh kelompok Kristen radikal beberapa tahun yang lalu.
Tapi kenapa reaksi pemerintah dan media terhadap insiden Monas yang melibatkan Komando Laskar Islam termasuk di dalamnya FPI sangat berbeda jauh dengan tindakan anarkis yang dilakukan kelompok bukan Islam? Kenapa media atau kalangan yang selama ini membenci FPI tidak meminta hal yang sama kepada pemerintah, misal meminta pembubaran polisi, PDIP, atau kelompok mahasiswa karena telah melakukan tindakan anarkis yang menyebabkan kerugian tidak sedikit baik materi maupun non materi?
Kemudian kita juga bertanya kepada mereka yang selama ini selalu menuding Islam identik dengan kekerasan, atau kepada mereka yang merasa sok membela HAM. Kenapa mereka tidak mengecam Amerika yang telah membantai ratusan ribu warga Irak atau Afghanistan? Kenapa mereka tidak mengecam Israel yang tiap hari membantai warga palestina tak berdosa?
Tidak adil. Betul-betul tidak adil. Pemerintah, media dan kaum liberal sungguh telah melakukan pendzaliman kepada umat Islam. Ini persis sama seperti yang dilakukan Negara Amerika Serikat yang sok demokratis itu. Bagaimana mungkin Amerika menuduh kelompok-kelompok Islam yang menyerukan syariat Islam sebagai kelompok teroris, sementara tiap hari mereka meneror dan membunuhi orang-orang yang tak berdosa di Irak atau Afghanistan. Bagaimana mungkin Amerika menuduh para pejuang Palestina yang ingin membebaskan negerinya dari penjajahan disebut teroris sementara Amerika mendukung penjajahan, pembantaian dan teror yang dilakukan zionis Yahudi laknatullah kepada warga Palestina. Bagaimana mungkin Amerika mengaku dirinya sebagai pembela HAM sementara mereka memenjarakan dan menyiksa ratusan orang yang dianggap terlibat kasus teroris di penjara Guantanamo tanpa melalui pengadilan.
Jelas di sini sebenarnya stigmatisasi negatif terhadap Islam dan kaum Muslim adalah bagian dari dominasi Amerika dan Barat atas negeri-negari Islam guna menjaga dan melangsungkan ideologi kapitalisme sekulernya. Itu mereka lakukan baik secara langsung maupun tidak melalui antek-anteknya, para aktifis LSM-LSM komparador dan pejabat antek yang duduk di pemerintahan. Mereka tak akan pernah rela Islam tampil memimpin peradaban dunia.
Melihat ketidakadilan ini tentu kita tidak bisa tinggal diam. Kita harus melakukan perlawanan dan mengalahkan mereka. Untuk mengalahkannya, hanya satu cara, Islam harus meraih kepemimpinan dunia dengan menerapkan Islam secara kaffah di bawah bimbingan para ulama yang ikhlas dan hanya takut kepada Allah. Insya Allah.