Kata “trinity”, atau dalam bahasa Indonesia berarti trinitas, sering diartikan dalam konteks dogma Gereja Kristen yang baru muncul pada kisaran abad ketiga, sehingga banyak Muslim yang merasa angker kalau mendengar kata ini. Kata ini juga sering diidentikkan dengan doktrin keyakinan kepada Allah dalam tiga pribadi atau tri- teisme.
Dalam doktrin keimanan Kristen kebanyakan saat ini, bahwa dalil tiga pribadi dalam satu Tuhan telah tertulis di dalam Alkitab. Salah satunya adalah ayat yang mengatakan: “Sebab ada tiga yang memberi kesaksian di dalam surga: Bapa, Firman, dan Roh Kudus dan ketiganya adalah satu.”
Persoalannya adalah satu dalam hal apa? Konteks inilah yang kelihatannya sering mendapat sorotan tajam dari kalangan intelektual biblikal dan para filosof, baik dari kaum Kristen sendiri maupun selain mereka, tapi pendalaman substansi pesan yang agung ini justru lebih sering diabaikan oleh kebanyakan Kristen awam.
Pada akhirnya, istilah homouseos, atau sezat atau sehakekat, mencuat pada abad ketiga dan mengkonklusikan perjalanan bagi pembentukan doktrin ketuhanan Kristen yang melahirkan syahadat Nikea. Sejak saat itu, siapapun yang menentang doktrin trinitas, dalam arti selain sezat atau sehakekat, adalah penista Tuhan.
Padahal secara umum, kata trinity berarti threefoldness alias tiga rangkap atau tiga bagian atau triple, atau dalam suatu penjelasannya disebutkan: “A group consisting of three closely related members. Also called triunity”. Ia merupakan suatu istilah dalam Middle English, yaitu trinite yang berasal dari bahasa Perancis kuno, dan orisinalitasnya dari bahasa Latin trīnitās. Kata ini mengakar dari kata trīnus, atau trine dan sama sekali tidak pernah mengisyaratkan bagi adanya kesatuan secara zatiah.
Dalam kamus-kamus bahasa Inggris, kata trinity adalah noun, atau kata benda, dan mengisyaratkan pluralities alias kejamakan.
Dalam menapak perjalanan spiritual, seorang Muslim juga akan bertemu dengan tiga dimensi panduan dalam rangka mencapai hakekat yang tunggal. Hal ini merupakan aturan dasar bagi seorang pesalik rohani di dunia mistisme Islam. Ketiga hal itu adalah Syariat, Tarekat dan Hakekat, atau dalam hirarki vertikalnya adalah:
* Hakekat.
* Tarekat.
* Syariat.
Islam Tidak Menolak Trinitas, Bahkan Mengajarkannya.
Dalam konteks ajaran Nabi Muhammad saw, Al-Qur’an sendiri tidak menolak penggunaan istilah trinitas, karena seorang Muslim, setidaknya harus mempersaksikan tiga hal dalam keimanan mereka yang semuanya harus dianggap sebagai threefoldness. Yakni tiga hal yang merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisah-pisah. Upaya menafikan salah satunya akan berujung kepada penistaan dan kekufuran. Ketiga hal itu adalah:
* Allah Swt.
* Nabi Muhammad saw/Al-Qur’an.
* Ahlulbait as/Sunnah.
Modal utama untuk melakukan penyaksian ini adalah akal sehat, dimana ilmu sangat berperan di dalam menyusun dasar-dasar beragama bagi seorang Muslim. Penyaksian secara keilmuan atas ketiga hal diatas akan membuahkan iman atau keyakinan dan harus dituangkan dalam amal perbuatan atau ihsan (berbuat kebaikan). Ketiga porsi perjalanan yang mengarah kepada ketunggalan pengabdian kepada Allah Swt ini sering diringkas menjadi:
* Ilmu.
* Iman.
* Amal/Ihsan.
Ini adalah tiga bagian lain dari konsep threefoldness atau trinitas Islam yang mana antara satu dan yang lain tidak bisa dipisah-pisahkan.
Salah satu perintah ketaatan yang paling utama di dalam Islam dan sebagai hal yang tidak bias dipilah-pilah sebagaimana diisyaratkan dalam Al-Qur’an adalah:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.” (QS. 4: 59)
Ketaatan kepada Allah tidak bisa dilakukan, kecuali adanya ketaatan penuh kepada Rasulullah saw, sedangkan ketaatan penuh kepada Allah Swt dan Rasul-Nya tidak bisa dilakukan, kecuali bila disertai dengan adanya ketaatan penuh kepada Ulil Amri.
Di sini, Al-Qur’an secara jelas menguraikan tiga subyek utama yang harus ditaati untuk mencapai satu ketaatan yang sempurna. Ketiga hal itu adalah:
* Allah Swt.
* Rasul saw.
* Ulil Amri.
salah satu akibat suka potong2 ayat. :
lengkapnya QS. 4. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Dalam masalah keimanan islam sdh sangat jelas akan 6 Rukun Iman jadi tidak perlu memutarbalikkan keadaan dengan sok menambah-nambah ayat. :
Salah satu kunci utama bagi keabsahan terselenggaranya ibadah-ibadah wajib seperti solat, maka seorang Muslim harus membaca satu doa pamungkas yang terdiri tiga figur juru selamat bagi keimanan dirinya. Tanpa doa yang satu ini, maka tak ada amal bagi dirinya, dan solatnya pun batal.
“Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. 33)
Sedangkan mengenai kewajiban mencintai keluarga Nabi saw, maka Al-Qur’an menyatakan:
“Katakanlah: ‘Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam keluargaku’” (QS. 42: 23)
Untuk itu, doa pamungkas ini tak lain adalah salawat kepada junjungan terpuji dihadapan Sang Maha Ada, Allah Swt, dan terpuja di seantero alam ciptaan, yaitu Muhammad saw dan keluarganya.
Kunci doa dan amal seorang Muslim terletak disini. Tanpa membaca salawat, maka seluruh amal pun tak akan pernah diterima di sisi Sang Mahacinta. Doa itu adalah allahumma sholli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad, artinya “Yaa Allah, sampaikanlah salawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad. Ini adalah tiga bagian cinta yang harus dibuktikan oleh seorang Muslim melalui ketunggalan cintanya. Ketiga hal itu adalah:
* Allah Swt.
* Muhammad saw.
* Ahlulbait as.
Tanpa ada kecintaan kepada Rasul saw dan Ahlulbait, maka “silaturahmi” atau hubungan kasih sayang orang itu dengan Allah Swt pun akan terputus. Bahkan dihadapan Allah Swt, orang itu adalah tergolong pembenci kekasih-Nya. Adapun keluarga Rasul saw yang wajib dicintai oleh setiap Muslim setelah Nabi Muhammad saw adalah:
* Sayyidatina (berarti Tuan Putri kami) Fathimah as. Gelarnya di dua alam adalah az-Zahra as.
* Sayyidina (Tuan kami) Ali bin Abi Thalib as. Gelarnya di dua alam adalah al-Murthadha.
* Sayyidina Hasan as. Gelarnya di dua alam adalah al-Mujtaba.
* Sayyidina Husein as. Gelarnya di dua alam adalah as-Syahid.
:
jelas sekali kebencian yang sangat mendalam thdp sosok Rasul saw.
Penulis tdk lain seorang MUNAFIK aja. keliatan tulisannya menjunjung Rasul saw pdhl sebaliknya. banyak sekali ayat yang menerangkan untuk selalu Dzikrullah tdk seperti tulisan diatas yang seolah2 mengkultuskan Rasul saw pdhl Allah SWT berulang kali menyampaikan Rasul saw tidak lain hanyalah seorang yang membawa kabar gembira dan seorang pemberi peringatan.
Kesimpulan:
Artikel tsb tidak perlu ditanggapi lagi krn tulisannya sdh sangat jelas sekali untuk memberikan gambaran lain thdp isalam.
wallahu a'lam