Ada gak yah ilmuwan islam yang bikin pesawat terbang : .
Tapi sepertinya ilmuwan barat tanpa ilmuwan muslim pun gak apa2 :
ya elah perlu di jabarin satu2 apa nama ilmuan2 yang tak tulis di atas...
OK de tt pesawat terbang..
Peletak Konsep Pesawat Terbang
Pada abad ke-8, seorang Muslim Spanyol, Abbas Ibnu Firnas, telah menemukan, membangun, dan menguji konsep pesawat terbang. Konsep pesawat terbang Ibnu Firnas inilah yang kemudian dipelajari Roger Bacon lepas 500 tahun setelah Ibn Firnas meletakkan teori-teori dasar pesawat terbang.
Sekitar 200 tahun setelah Bacon atau 700 tahun pascaujicoba Ibnu Firnas, barulah konsep dan teori pesawat terbang dikembangkan.
Pada tahun 875, Ibnu Firnas membuat sebuah prototipe atau model pesawat terbang dengan meletakkan bulu pada sebuah bingkai kayu. Inilah catatan dokumentasi pertama yang sangat kuno tentang pesawat terbang layang.
Salah satu dari dua versi catatan konstruksi pesawat terbang Ibnu Firnas menyebutkan, setelah menyelesaikan model pesawat terbang yang dibuatnya, Ibnu Firnas mengundang masyarakat Cordoba untuk datang dan menyaksikan hasil karyanya itu.
Warga Cordoba saat itu menyaksikan dari dekat menara tempat Ibnu Firnas akan memperagakan temuannya. Namun karena cara meluncur yang kurang baik, Ibnu Firnas terhempas ke tanah bersama pesawat layang buatannya. Dia pun mengalami cedera punggung yang sangat parah. Cederanya inilah yang memaksa Ibnu Firnas tak berdaya untuk melakukan ujicoba berikutnya.
Versi kedua catatan ini menyebutkan, Ibnu Firnas lalai memperhatikan bagaimana burung menggunakan ekor mereka untuk mendarat. Dia pun lupa untuk menambahkan ekor pada model pesawat layang buatannya. Kelalaiannya inilah yang mengakibatkan dia gagal mendaratkan pesawat ciptaannya dengan sempurna.
Cedera punggung yang tak kunjung sembuh mengantarkan Ibnu Firnas pada proyek-proyek penelitian di dalam ruangan (laboratorium). Dia pun meneliti gejala alam dan mempelajari mekanisme terjadinya halilintar dan kilat. Ibnu Firnas berhasil mengembangkan formula untuk membuat gelas dan kristal.
Sayang, tak lama setelah itu, tepatnya pada tahun 888, Ibnu Firnas wafat dalam keadaan berjuang menyembuhkan cedera punggung yang diderita akibat kegagalan melakukan ujicoba pesawat layang buatannya.
Sekilas tentang Ibnu firnas
Abbas Ibnu Firnas atau Abbas Qasim Ibnu Firnas (dikenal dengan nama Latin Armen Firman) dilahirkan di Ronda, Spanyol pada tahun 810 M. Dia dikenal sebagai orang Barbar yang ahli dalam bidang kimia dan memiliki karakter yang humanis, kreatif, dan kerap menciptakan barang-barang berteknologi baru saat itu.
Pria yang suka bermain musik dan puisi ini hidup pada saat pemerintahan Khalifah Umayyah di Spanyol (dulu bernama Andalusia). Masa kehidupan Ibnu Firnas berbarengan dengan masa kehidupan musikus Irak, Ziryab.
Pada tahun 852, di bawah pemerintahan khalifah baru, Abdul Rahman II, Ibnu Firnas membuat pengumuman yang menghebohkan warga Cordoba saat itu. Dia ingin melakukan ujicoba ‘terbang’ dari menara Masjid Mezquita dengan menggunakan ‘sayap’ atau jubah tanpa lengan yang dipasangkan di tubuhnya.
Dia berhasil mendarat walaupun dengan cedera ringan. Alat yang digunakan Ibnu Firnas inilah yang kemudian dikenal dengan parasut pertama di dunia. Menara Masjid Mezquita di Cordoba menjadi saksi bisu perwujudan konsep pertama pesawat terbang yang lahir dari pemikiran seorang Muslim.
Keberhasilannya itu tidak lantas membuat Ibnu Firnas berdiam diri. Dia kembali melakukan serangkaian penelitian dan pengembangan konsep serta teori dari gejala-gejala alam yang diperhatikannya.
Karya-karya baru pun bermunculan dari buah pemikiran Ibnu Firnas. mulai dari puisi, kimia, sampai astronomi, semuanya dipelajarinya dengan satu tujuan, yaitu mampu memberikan manfaat bagi umat manusia.
Di antara hasil karyanya yang monumental adalah konsep tentang terjadinya halilintar dan kilat, jam air, serta cara membuat gelas dari garam. Ibnu Firnas juga membuat rantai rangkaian yang menunjukkan pergerakan benda-benda planet dan bintang. Selain itu, Ibnu Firnas pun menunjukkan cara bagaimana memotong batu kristal yang saat itu hanya bisa dilakukan oleh orang-orang Mesir.
sumber .republika.co.id.
Ada Ilmuwan Barat yang terkenal dihukum oleh Gereja Karena menemukan sesuatu yang bertentangan dengan Gereja yaitu tentang tata surya yang Heliosentris sedangkan menurut aturan gereja adalah geosentris Ilmuwan tsb adalah Gallileo dan Coppernicus
bahkan sebenere teori heliosentris orang barat tu nyontek dr ilmuan islam
: :
Jauh Sebelum Copernicus
Masyarakat umum mengenal Copernicus sebagai penemu ilmu astrononi modern. Kendati demikian, para ahli sejarah sepakat bahwa sebagian besar teori Copernicus berdasar pada pemikiran Nasirudin Al-Tusi dan Ibnu Shatir.
Teori dan model-model planet Ibnu Shatir secara matematis sangat identik dengan teori dan model-model planet yang diperkenalkan Copernicus yang hidup lebih dari satu abad setelah Ibnu Shatir. Fakta ini jelas mengundang tanya: bagaimana Copernicus memperoleh seluruh elemen informasi yang dilahirkan dari pemikiran Ibnu Shatir tersebut?
Garis transmisi ilmu pengetahuan yang bisa menguak fakta ini dapat diuraikan melalui jalur perputaran informasi di Italia. Saat itu orang-orang Yunani dan Latin menggunakan teori-teori Al-Tusi untuk mengembangkan ilmu pengetahuannya. Pada waktu ini pulalah Copernicus sedang menjalankan studinya di sana. Copernicus mengulangi penggunaan teori-teori yang sudah diterapkan Al-Tusi dan para pengikutnya.
Copernicus juga mengadopsi secara tegas teori-teori astronomi yang terdapat dalam buku De Revolutionibus karya Al-Zarqali dan Al-Battani. Al-Zarqali, lahir pada tahun 1028 M, merumuskan Skema Toledan (Toledan Tables) yang terkenal dan sangat mempengaruhi pengembangan teori-teorinya.
Copernicus juga diketahui mengulangi sebagian besar Skema Toledan untuk memperkaya khasanah pengetahuan astronominya, termasuk katalog bintang dan skema planet yang disusun Al-Battani. Al-Battani, Al-Sufi, Al-Biruni, dan Ibnu Yunus dikenal di kalangan Muslim sebagai astronom-astronom berpengaruh. Al-Battani (929 M) dikenal masyarakat Eropa sebagai Albategni atau Albatenius yang merupakan pengarang Skema Sabian (Sabian Tables atau Al-Zij Al-Sabi) yang memberikan pengaruh cukup besar terhadap perkembangan ilmu astronomi, baik di kalangan astronom Muslim maupun Kristen.
Skema ini menyuguhkan orbit matahari dan bulan yang mengarah pada penemuan orbit bulan terhadap matahari. Skema ini pula yang mematahkan kesimpulan Ptolemy bahwa matahari mengelilingi bulan. Dalam ilmu astronomi modern, orbit bulan dan matahari pada Skema Sabian juga mengandung arti bahwa bumi berkeliling dalam orbit berbentuk elip. Al-Battani juga meneliti hitungan pergantian bulan, jarak galaksi dan putaran tahun, prediksi gerhana, dan fenomena paralak yang membawa kita pada gerbang teori relativitas dan era ruang angkasa.
Al-Battani juga dikenal sebagai pionir bidang trionometri. Dia merupakan salah satu di antara orang-orang yang kita kenal sebagai pengguna trionometri pertama kali. Pada periode yang sama, Yahya Ibnu Abi Mansour juga menyelesaikan revisi Skema Almagest setelah observasi mendalam dan rangkaian tes terhadap Skema Mumtahan (skema validasi). Rincian penelitian Abi Mansour ini dipaparkan dalam Konferensi Tahunan ke-23 Sejarah Ilmu Pengetahuan Arab yang digelar pada tanggal 23-25 Oktober 2001 di Aleppo, Suriah.
Sekadar menambah contoh, pada era yang sama, pemikir Muslim Abdul Rahman Al-Sufi (903-986 M) juga melakukan sejumlah observasi pada kemungkinan konsistensi gerhana dan pergerakan matahari. Rangkaian jejak rekam para pemikir Muslim dalam bidang astronomi ini membuktikan pada kita, apa pun sejarah ilmu pengetahuan yang ditulis dunia Barat (Yunani dan Latin), tetap tidak merontokkan fakta bahwa pemikir-pemikir Muslim telah lebih dulu menanamkan dasar-dasar ilmu perbintangan jauh sebelum para pemikir Barat mengkodifikasikannya dalam bentuk buku dan catatan-catatan yang rapi.
sumber.republika.co.id