Ada sebuah kisah yang mungkin bisa membantu yah...
Suatu hari , tak ada siapa pun di rumah kosong jutawan. ketika para penghuni rumah itu sedang pergi keluar, semua benda-benda berharga miliknya mulai berdebat.
"Aku adalah benda paling berharga disini", sebuah cincin emas berkata dengan bangga.
"Tidak, Bukan kau"' seuntai kalung emas berkata dengan angkuh. "Lihatlah betapa rumit dan indahnya diriku. Tak ada satu pun cincin sederhana dan kecil yang dapat menandingiku."
"kalian berdua salah" kata sebuah alroji emas dengan nada menghina. "Aku sepuluh kali lebih rumit dibandingkan kalung apa pun, dan selain itu, aku juga lebih berguna."
Perdebatan itu makin memanas, sampai sebuah jam tua di sudut ruangan angkat bicara. "Kalian semua salah", katanya."Sebuah cincin tidak sama dengan seuntai kalung, dan seuntai kalung berbeda dengan alroji emas. Namun kalian semua dibuat dari emas murni, dan itu membuat kalian semua sama."
Karena itulah Tuhan hanya meminta satu hal pada kita. Ia meminta kita untuk melepaskan segala penyamaran. taka ada lagi yang diinginkan Tuhan untuk melihat dirinya hanya dengan melihat dirimu sendiri seperti ia melihatmu.
Kau akan mencapai spritualitas ketika kau berhenti berpura-pura bahwa Tuhan ada di mana pun. Ia bukanlah seorang lelaki tua yang duduk di singgahsananya, di langit. Tuhan bahkan bukan laki-laki atau perempuan. Tuhan itu adalah Jiwa itu sendiri (gambaran emas murni),Namun, Jka kau membayangkan Tuhan seperti manusia, maka hal yang di inginkan Tuhan adalah agar kita menghargai satu fakta sejati yang mengagumkan bahwa esensi kita sama persis dengan esensinya. Tetapi Jiwa adalah Jiwa, tak masalah jika kau menemukannya di dalam diri manusia atau dalam diri sang pencipta.
Ayoo.., lihatlah lebih dekat > kesamaan yang kita miliki tak mungkin salah.