Seorang kakek akan ke Bali untuk urusan bisnis, dan minta tolong diatur tiket kepulangannya melalui Surabaya karena akan singgah ke rumah anaknya yang bekerja di sana . Ia mengeluh. "Susah anak saya ini, masak sih untuk bertemu bapaknya saja sulitnya bukan main. Kalau saya telepon dulu, pasti nanti dia akan berkata 'jangan datang sekarang karena masih banyak urusan. Lebih baik datang saja tiba-tiba'. Saya sering kecewa, tapi biarlah, yang penting saya bisa lihat cucu."
"Kalau Anda jarang bertemu dengan anak karena beda kota, itu masih dapat dimengerti," kata teman kakek itu. "Anak saya yang tinggal satu kota saja, harus pakai perjanjian segala kalau ingin bertemu."
"Saya dan istri kadang-kadang merasa begitu kesepian, karena kedua anak saya jarang berkunjung, paling-paling hanya telepon."
"Ketika ia dan istrinya mengengok anak laki-lakinya, yang istrinya baru melahirkan di salah satu kota di Amerika. Ketika sampai dan baru saja memasuki rumah anaknya, sang anak sudah bertanya, 'Kapan Ayah dan Ibu kembali ke Indonesia ?' Bayangkan! Kami menempuh perjalanan hampir dua hari, belum sempat istirahat sudah ditanya kapan pulang."
Kesepian yang akan melanda kita di hari tua. Padahal mereka adalah para profesional yang begitu berhasil dalam kariernya. Ada cuplikan syair lagu berjudul "Cat's In the Cradle" karya Harry Chapin. Beberapa cuplikan terjemahan syairnya:
".... Serasa kemarin ketika anakku lahir dengan penuh berkah. Aku harus siap untuknya, hingga sibuk aku mencari nafkah sampai tak ingat kapan pertama kali ia belajar melangkah. Pun kapan ia belajar bicara dan mulai lucu bertingkah
Namun aku tahu betul ia pernah berkata, "Aku akan menjadi seperti Ayah kelak. Ya betul aku ingin seperti Ayah kelak."
"Ayah, jam berapa nanti pulang?"
"Aku tak tahu, Nak. Tapi kita akan punya waktu bersama nanti, dan tentu saja kita akan mempunyai waktu indah bersama."
Ketika saat anakku ulang tahun yang kesepuluh; Ia berkata, "Terima kasih atas hadiah bolanya, Ayah. Wah... kita bisa main bola bersama. Ajari aku bagaimana cara melempar bola, Yah?"
"Tentu saja Nak, tetapi jangan sekarang, Ayah banyak pekerjaan sekarang."
Ia hanya berkata, "Oh ...." Ia melangkah pergi, tetapi senyumnya tidak hilang, seraya berkata, "Aku akan seperti ayahku, Ya, betul aku akan sepertinya."
"Ayah, jam berapa nanti pulang?"
"Aku tak tahu Nak, tetapi kita akan punya waktu bersama nanti, dan tentu saja kita akan mempunyai waktu indah bersama."
Suatu saat anakku pulang dari kuliah, begitu gagahnya ia, dan aku memanggilnya, "Nak, aku bangga sekali denganmu, duduklah sebentar dengan Ayah."
Dia menengok sebentar sambil tersenyum, "Ayah, yang aku perlu sekarang adalah meminjam mobil, mana kuncinya? Sampai bertemu nanti Ayah, aku ada janji dengan kawan."
"Nak, jam berapa nanti pulang?"
Aku tak tahu Yah, tetapi kita akan punya waktu bersama nanti dan tentu saja kita akan mempunyai waktu indah bersama."
Aku sudah lama pensiun, dan anakku sudah lama pergi dari rumah. Suatu saat aku meneleponnya. "Aku ingin bertemu denganmu, Nak." Ia bilang, "Tentu saja aku senang bertemu Ayah, tetapi sekarang aku tidak ada waktu. Ayah tahu,pekerjaanku begitu menyita waktu, dan anak-anak sekarang sedang flu. Tetapi senang bisa berbicara dengan Ayah, betul aku senang mendengar suara Ayah."
Ketika ia menutup teleponnya, aku sekarang menyadari: dia tumbuh besar persis seperti aku; ah betul, ternyata anakku persis seperti aku..."
Anak akan menjadi seperti orangtuanya.
Menjelang akhir minggu besok, ada baiknya Anda meluangkan waktu untuk si kecil Anda, karena apa yang Anda perlakukan pada mereka hari ini, juga akan dilakukannya kelak. "I'm gonna be like you, Dad, you know I'm gonna be like you..."