Halo semua, salam kenal dari nubie
Sebelumnya maaf ya, masih baru udah main kritik/koreksi :)
Buat bung Cruzz, Kopassus adalah pasukan khusus/ special forces, jadi dari sifatnya saja sebenarnya memang bukan untuk "membersihkan" area, tetapi lebih ke "unconventional war" seperti intelejen militer; memberikan pantauan/intelejen mengenai daerah sasaran, baru setelah itu diturunkan pasukan raider atau linud misalnya.
Kalaupun dalam misi-misi perang konvensional, sangat jarang mereka diturunkan dalam jumlah besar seperti pasukan biasa, tetapi dalam grup2 kecil, 2-4 orang, itu pun sekali lagi biasanya dalam misi reconn/ pengumpulan intelejen, sabotase, atau misi2 semacam itu.
Walau tentu saja ada saatnya mereka ditugaskan dalam misi "konvensional", misalnya pada waktu operasi di Irian Barat (papua), itu pun kalau tidak salah misi mereka sebenarnya cenderung bersifat "mempersiapkan" untuk penerjunan/penyerbuan oleh pasukan yg lebih besar (intelejen, persiapan logistik dengan cara mempengaruhi masyarakat untuk membantu, dst)
Mungkin yg agak "lain" adalah awal operasi Seroja Timtim yg anda sebutkan. Kalau tidak salah pada gelombang pertama penyerbuan (Kopasandha, cikal bakal Kopassus) memang ada banyak korban di pihak Kopassus. Pada waktu itu mereka diterjunkan (literally, terjun payung) sebagai ujung tombak langsung (pendapat saya, ini harusnya dilakukan oleh Linud/ Airborne). Kebanyakan yg gugur memang akibat kesalahan sendiri seperti nyasar ke laut, nyangkut di kabel listrik sampai ke baku tembak dengan teman sendiri (friendly fire). Bahkan LB Murdani pada waktu itu pernah menyebut kalau operasi seroja (penerjunan awal yg saya sebutkan) sebagai suatu kesalahan yg memalukan.
Demikian, koreksi dan tambahannya diharapkan :)