Allah menurunkan Zabur kepada Daud as dengan penurunan ayat-ayat-Nya secara bertahap, dan Daud as tidak menyampaikan ke kaumnya, kecuali setelah Allah menurunkan ayat-ayat itu secara utuh.
Daud as adalah manusia yang paling lembut gaya bicaranya, paling pandai berdiplomasi, paling merdu suaranya serta paling baik budi pekertinya.
Saat Daud as melantunkan ayat-ayat Zabur, semua hewan burung-burung atau binatang buas, menghentikan aktifitasnya dan mendekat mengeliling Daud as, karena terkesima dan terpesona dengan lantunan Zaburnya.
Kandungan kitab Zabur kebanyakan berisi nasehat-nasehat konstruktif, pujian-pujian kepada al Haq, sedangkan syari’atnya hanya sedikit dan bersifat khusus.
Nasehat-nasehat dan puji-pujian yang ada dalam Zabur tersebut mencakup ilmu pengetahuan multi dimensional, utamanya ilmu hakekat ketuhanan, ilmu wujud mutlak, ilmu Tajjali al Haq di dalam mahluk-Nya, ilmu penundukan dan pengaturan, ilmu fisika dan metafisika, ilmu alam, ilmu eksakta, ilmu logika, ilmu kepemimpinan, ilmu hikmah dan ilmu telepati.
Daud as mampu beraudensi dengan burung dengan kekuatan Ilahi, Daud as mampu menyampaikan pesan yang bisa ditangkap oleh telinga burung yang dengan itu burung bisa memahami maksud dari kata-kata yang dilontarkan Daud as.
Orang yang tidak mengetahui akan menganggap Daud as berkomunikasi dengan burung menggunakan bahasa burung, jelas hal ini salah. Yang benar adalah Daud as mampu memahami ucapan-ucapan burung dengan aneka macam suaranya dan mampu menangkap makna dan maksud yang lahir dari suara-suara burung tersebut.
Daud as setiap mendengar suara-suara burung ia mampu menangkap pesan dan maksud dari suara tersebut dan ia bisa beraudensi dengan burung melalui kekuatan Ilahiyah (ketuhanan) sehingga burung tersebut bisa menangkap ucapan Daud as, yang melahirkan komunikasi dua arah.
Daud as melakukan dialog interaktif dengan hewan-hewan tersebut, ia bisa saja menggunakan bahasa Assiria atau bahasa lainnya yang bisa pahami oleh hewan-hewan tersebut dengan kekuatan kekuatan kasih kelembutan Ilahiyah yang terpancarkan melalui lisan Daud as.
Kemahiran dan kelebihan par exelent yang diberikan Daud as dan Sulaiman as tersebut tidaklah bersifat khusus untuk keduanya semata, namun juga bisa diberikan Allah kepada hamba-hamba-Nya.
Zabur disebut metafor-metafor dari Tajalli sifat-sifat perbuatan Ilahi, karena merinci perbuatan-perbuatan Ilahi yang lahir dari dimensi Qudrah (Kuasa) ketuhanan, karenanya Daud as ditahbiskan menjadi penguasa alam dan itu terlegemitasi dalam konsesus-konsesus ketuhanan melalui wahyu-wahyu Allah yang termaktub dalam Zabur.
Daud as mampu memobilisir gunung-gunung yang merupakan paku bumi, mampu melembutkan besi serta benda-benda alam lainnya. Kekuasaan dan kedigdayaan Daud as lalu diwarisi oleh Sulaiman as.
Daud as tentu merupakan nabi yang utama, karena al Haq memberinya anugerah Khilafah (kekuasaan) dan mengapresiasinya secara khusus dalam Khitab (bincang) kekuasaan.
Pentasbihan kekuasaan itu tidak terjadi pada diri Sulaiman as, kecuali setelah Sulaiman as memintanya.
Daud as sangat menyadari kuasa manusia hanya meliputi kekuasaan lahir tidak mencakup kuasa bathin sebab hanya Allah Penguasa Bathin Manusia..
Ketika Daud as mengetahui bahwa dikuasakan pada dirinya “Kuasa” tanpa batas, ia tidak berkeinginan memilikinya, namun Sulaiman as meminta “Kuasa” tersebut, Sulaiman as meminta bukan karena gila kekuasaan, namun ingin pembelajaran Ilahi, karena Sulaiman as ingin memakrifahi penampakan ketuhanan, sehingga ia bisa memahami kesejatian hakekat-Nya.
:)