Ken Arok, tokoh ini sangat kita kenal. Dia dikenal sebagai rakyat jelata yang sangat tangguh dan ulet, dan dia berhasil merebut kursi kerajaan hingga akhirnya dia menjadi seorang raja. Dalam cerita-cerita sejarah, Ken Arok diketahui sebagai seorang anak petani yang bertaruh diri bertualang untuk pergi mencari hidup ke kota. Dia hidup di sebuah kerjaan bernama Tumapel dimana rajanya saat itu bernama Tunggul Ametung.
Ketangguhan, kepandaian dan kecakapan Ken Arok membuat dia dapat mencapai posisi Punggawa untuk Tunggul Ametung. Posisi itu sangat strategis untuk mengamati seluruh penjuru negerinya. Semula segalanya berjalan lurus sampai akhirnya dia tergila-gila oleh istri Tunggul Ametung yang bernama Ken Dedes. Kecantikan Ken Dedes sangat menarik hati Ken Arok....
Cintanya tidak bertepuk sebelah tangan.. diapun mendapatkan isyarat balasan dari Ken Dedes. Rupanya kecakapan Ken Arok telah menarik dirinya untuk suka pada pemuda tersebut. Dari sini lah segalanya bermula.. "Jika aku ingin menikahi Ken Dedes, jalan satu-satunya adalah membunuh Tunggul Ametung" begitu ungkapan hatinya.. Langkah yang dibuat pun sangat jitu: Memesan keris kepada Empu Gandring.. Keris yang konon akan dibuat sangat sakti dan luar biasa..
Ken Arok adalah seorang yang taat kepada jadwal. Hari H yang harusnya keris tersebut jadi, ternyata baru 80 persen. Betapa marahnya barang pesanannya tidak jadi tepat waktu.. akhirnya dia nekat mengambil keris, dan membunuh Empu Gandring. Konon Empu Gandring berpesan: "Tujuh garis keturunanmu akan mati oleh keris itu..."
Langkah licik dan cerdas selanjutnya dilakukan. Keris tersebut dia pamerkan kepada Keboijo yang rekan kerjanya. Pancingan berhasil !! Keboijo meminjam keris tersebut, dan memamerkan ke seluruh kota bahwa itulah keris terakhir Empu Gandring yang luar biasa dan amat sakti. Saat itu diyakini benda pusaka cacat biasanya memiliki "isi" yang hebat. Demikian pula keris yang belum jadi itu. Terkenallah ke penjuru negeri tentang keris Keboijo tersebut.
Suatu malam, Ken Arok mengambil kerisnya dari Keboijo yang terlelap dalam berjaga malam. Yang dilakukan Ken Arok adalah, menyusup ke kamar tidur Tunggul Ametung, dan membunuhnya. Dia melarikan diri, namun keris tersebut ditinggalkan begitu saja. Gemparlah esok paginya dengan adanya keris Keboijo disana. Semua orang menganggap Keboijo lah pembunuh Tunggul Ametung. Memang Tunggul Ametung adalah orang yang sangat mudah marah, dan konon sering beradu mulut dengan rajanya.
Muncullah hari pengadilan Keboijo bersamaan dengan pemakaman sang Raja. dihadapan mayat raja, Keboijo pun dibunuh dengan menggunakan kerisnya, lantas keris tersebut diserahkan pada Ken Arok sebagai inventaris kerajaan. Sedang untuk sementara tahta istana dipegang oleh Ken Dedes, hingga suatu ketika Ken Dedes setuju dinikahi Ken Arok.
Dalam cerita tersebut dilanjutkan dengan pernikahan kedua Ken Arok dengan Ken Umang. Ken Arok dan anak cucunya hampir kebanyakan mati oleh keris Empu Gandring itu karena perebutan kekuasaan antara keturunan Ken Dedes yang diyakini masih merupakan anak Tunggul Ametung melawan keturunan Ken Umang.
Cerita ini dipotong sampai sini.
Salah satu nilai negatif Ken Arok adalah karena dia memang seorang penjahat. Dia berani membunuh rajanya yang sekaligus majikannya, menikahi istri raja dan sekaligus mengubah kasta dia yang kaum rakyat jelata menjadi Ksatria atau Ningrat. Dia juga tidak takut dengan segalam macam mitos atau pantangan. Disini terdapat juga nilai positif arti sebuah pemberontakan. Pemberontakan terhadap kasta, pemberontakan terhadap perbedaan meskipun harus dilakukan dengan kejahatan sebagai penunjukan diri bahwa dia memang cakap, dan pantas untuk memegang tampuk kekuasaan.
Kita dapat mengambil nilai positif pemberontakan itu. Pemberontakan terhadap kastanisasi dalam berbagai bentuk, seperti kekayaan, perbedaan bahasa, gelar, kedudukan dan sebagainya. Namun kita pantas membuang nilai-nilai usaha yang melegalkan segala cara...
copas dari MP - Wahyu Bimo