chachachacha
Beberapa hari setelah di lapangan itu.
Sikapku dan Pa Abdi masih biasa aja meskipun ada rasa canggung di antara kami. Dan berapa lama tak bertemu dengannya membuat hariku sedikit tenang, pa Abdi ada penugasan di kantor cabang lain. Itu membuat aku semakin dekat dengan senior yang ku suka. Namanya Kiki, dia tidak terlalu tinggi dan sedikit alim, senyumnya yang memang ku suka dan ahh dia tipe lelaki dewasa ya, entah kenapa ngobrol dengannya rasanya nyaman. Beberapa kali kami selalu berpapasan makan siang bersama atau sekedar beribadah. Bahkan beberapa kali Kiki ini ngajak akh keluar buat cari angin, sayangnya karna kerjaanku selalu banyak dan buat badanku lelah sepulang kerja, tawarannya selalu ku tolak, walau dalam hati seharusnya ku terima saja.
2 hari berlalu, Pa Abdi kembali ke kantor. Dia memang orang kepercayaan pemilik kantor ini, dia orangnya cekatan dan mengayomi, sikapnya yang seperti itu membuat dia di segani dan di anggap 'Bapak' bagi karyawan-karyawan disini, orangnya menyenangkan di usianya yang sudah berkepala empat.
Dia pernah bercerita selama ini dia masih sering main malam, nongkrong - nongkrong layaknya anak abg, bahkan masih suka ke tempat bilyar atau karaoke, entah sudah berapa perempuan yang sudah dia ajak tidur, cerita - cerita itu selalu jadi bahan perbincangan karyawan dsini.
Hingga sore itu aku di suruh ke gudang oleh kaka seniorku, dia memintaku mengambil barang karna orang gudang sedang libur, jadi aku yang harus pergi ke gudang di lantai atas.
Di lantai atas ini adalah ruangan sepi hanya ada tumpukan - tumpukan kertas atau alat - alat kantor, dan 1 ruangan meeting. Saat aku membuka pintu gudang tak lama ku lihat pa abdi menaiki tangga kearahku. Ku fikir dia akan ke ruang meeting atau ada barang yang akan dia ambil.
Begitu aku masuk, masuk pulalah Pa Abdi dan menutup pintu gudang. Dia memelukku erat dan berbisik "kangen" Aku yang kaget saat itu cuman bisa bengong gak tau harus berbuat apa. Tubuhku kaku dan fikiranku entah kemana. Dan saat sadar bibirku sudah dia lumat bahkan dia sudah menciumi wajahku, aghh rasanya aneh.
Tubuhku bergetar dengan perlakuannya, dan aku juga takut ada karyawan yang datang ke gudang.
Pak abdi masih menciumi wajah bibir dan leherku, dimasukannya lidahnya menyusupi rongga mulutku, menarik lidahku yang sedari tadi diam terpaku, pa abdi kembali menciumi leherku bahkan sesekali menarik bibir bawahku, tangannya mulai menyusupi blouse yang ku pakai. Menyentuh dadaku, sshhhhhh.. Dingin kurasakan di kulit tubuhku saat tangannya bergerilya di dadaku mencoba memilin puting kecilku. Ughhh.. Tubuhku lemas bersandar di pintu itu, mulutku terus mendesah setiap kali bibirnya menyentuh kulitku, jari - jarinya terus saja memilin kedua putingku, rasanya menggelitik dan oughhhhhhh sakit dan geli seketika kurasakan bersamaan, ketika dia mengigit putingku, menghisap kuat puting - puting kecilku, tangannya meremas susuku, ehhmmmm.. Desahku, segera pa abdi menuntun tanganku ke celananya, mengelus - elusnya dari luar celana, kurasakan celana yang menyembul itu sudah sangat tegang, dia membantu tanganku menaik turunkan usapannya di celananya pa abdi, aku yang awalnya menolak hanya bisa pasrah mengikuti kemauannya. Sshhhhhh kembali aku mendesah saat pa abi mencoba menyusupi tangannya ke celanaku, uggghhh segera ku tepis tangannya, dan ku pulihkan kesadaranku, gak bisa di biarkan, aku tak mau berlanjut disini, aku takut ada yang melihat dan aku memang harus segera kembali ke mejaku. Ku tinggalkan pa abdi, meski ada rasa kesal karna ku tinggalkan dia dan menolak meneruskan yang sudah terjadi, sebelum pergi ku berikan senyuman untuknya. Entah dia mengerti atau tidak, ku harap besok atau nanti tak ada penyesalan terjadi.