Sebagai Ibu Negara, Ibu Ani Yudhoyono memiliki peranan yang cukup penting untuk mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam menjalankan tugas kenegaraan. Apa saja yang dilakukan Ibu Ani Yudhoyono?
Berikut wawancara wartawan okezone Tuty Octaviany dengan Ibu Negara Ani Yudhoyono.
Selama hampir 3,5 tahun Ibu mendampingi Bapak Presiden, apa kesan yang dirasakan?
Seperti yang sudah diperkirakan Bapak SBY ketika berkampanye pada waktu itu untuk menjadi presiden, saya sendiri sudah memiliki bayangan. Boleh dikatakan, menjadi Presiden RI pada masa-masa sekarang tentu ada tantangannya dan tidak mudah. Banyak sekali pekerjaan yang menanti.
Itu sudah kita perkirakan dan kenyataannya setelah pelantikan presiden pada 20 Oktober 2004, pekerjaan itu tidak ada habis-habisnya sampai sekarang. Presiden sangat komit untuk menjalankan amanah yang diberikan rakyat Indonesia. Jadi, memang banyak pekerjaan yang harus dilakukan.
Perasaan saya tentu saja harus menjalankan amanah itu dengan sebaik-baiknya. Mana yang kita kerjakan, ya harus kita kerjakan, tentu sambil simultan dengan yang belum bisa dikerjakan. Dalam menjalankan pemerintahan itu tentu saja banyak suka-dukanya. Kalau boleh saya katakan "bekerja keras", itu yang kita rasakan selama 3,5 tahun ini.
Dari sekian masalah yang sedang dihadapi bangsa ini, apakah Ibu juga selalu mendiskusikan dengan Bapak Presiden?
Sebetulnya, saya sebagai pendamping Bapak, dari dulu selalu diajak berdiskusi. Mungkin ada pendapat-pendapat saya yang berguna untuk Bapak. Jadi, sampai saat ini saya tetap melakukan diskusi dengan Bapak. Apalagi, kalau kunjungan ke daerah, saya juga diajak. Sebetulnya tujuannya adalah sambil melihat, memantau, kira-kira apa yang bisa dilakukan, saya tetap memberikan pandangan dan saran-saran kepada Bapak.
Banyak sekali, kalau Bapak seorang diri tentu sulit sekali untuk menangkap semua kejadian itu pada waktu yang bersamaan. Ya saya tahu, Bapak Presiden dibantu para menterinya. Tetapi, ada juga suatu saat yang mungkin para Menteri itu tidak ada dan saya yang ada mendampingi beliau sehingga bisa menangkap kejadian-kejadian atau masalah-masalah yang dihadapi masyarakat. Saya memberikan saran-saran kepada Bapak, tetapi sekali lagi keputusan ada di tangan Presiden.
Apakah Bapak juga sering berkeluh kesah?
Tentu saja, saya sebagai istri itu tempat curhat, bisa saja saya yang curhat kepada Bapak kalau ada masalah yang saya hadapi. Yang penting curhat itu untuk mengurangi beban yang ada pada pikiran beliau. Tentu, sekarang saya sudah menjadi istrinya selama 32 tahun, jadi saya tahu di mana mood-nya Bapak. Jadi, saya akan mencari timing yang tepat untuk memberikan saran dan masukan.
Setelah harga BBM naik, harga kebutuhan pokok juga melonjak, bagaimana Ibu menanggapi hal ini?
Saya juga sangat prihatin melihat itu. Kita sendiri menyadari andaikata pemerintah menaikkan harga BBM pasti akan ramai. Memang ini sudah dikaji secara cermat, mengapa kok akhirnya disimpulkan BBM harus naik, sebab memang harga minyak mentah dunia yang begitu tingginya.
Kita semua tahu, ketika Pak SBY menerima tugas sebagai Presiden RI, berapa harga minyak pada waktu itu, lalu sekarang ini berapa. Jadi, kalau pemerintah berpikir kita tidak mungkin bertahan karena harga minyak mentah yang begini tingginya. Hal ini dialami pula oleh semua negara di dunia.
Tentu saja pemerintah harus mengambil sebuah keputusan. Kami cukup prihatin dengan kenaikan ini. Tetapi, saya tahu pemerintah sudah berusaha berbuat yang terbaik untuk rakyatnya. Tidak benar kalau pemerintah mau menyusahkan rakyatnya, tidak ada satu pun pemerintah mulai dari presiden pertama sampai sekarang yang ingin menzalimi rakyatnya.
Andaikata ada kenaikan BBM, apa nanti keuntungannya untuk kita pribadi, tidak ada. Pasti ada pertimbangan-pertimbangan khusus yang menjadi dasar Bapak Presiden untuk menentukan sebuah keputusan. Saya prihatin, tetapi kita juga harus bisa mengerti bahwa sebenarnya pemerintah terpaksa harus menaikkan harga BBM.
Jadi, saya pikir SINDO dan okezone bisa ikut menyampaikannya kepada masyarakat luas karena faktor eksternal pada tingkat dunia yang memang tinggi harganya, yang menyebabkan seperti itu. Bukan karena pemerintah zalim. Jadi, ingat sekali lagi, bukan karena zalim. Sebab, terus terang saja, pemerintah kita memang masih memberikan subsidi yang cukup besar pada BBM.
Jadi, yang ingin dibuat pemerintah sekarang ini bukan subsidi BBM, melainkan kepada orangnya. Orangnya yang diberi subsidi, yang miskin, yang membutuhkan bantuan, yang perlu diberikan subsidi. Jadi, bukan komoditasnya. Itulah pertimbangan-pertimbangan yang sudah dimatangkan pemerintah. Kemudian, krisis pangan. Saya setuju dengan pemerintah. Mari kita lakukan pengetatan atau penghematan.
Bisa kita lihat sekarang produksi beras sudah mencukupi, bahkan hampir surplus. Kita seharusnya bersyukur karena ada negara lain yang tidak punya energi dan juga mengalami krisis pangan. Sementara kita, mungkin harganya naik, tetapi toh tidak sebesar mereka-mereka yang tidak mempunyai sumber pangan yang cukup. Contohnya Filipina. Pemerintah Filipina sudah cukup keras menindak mereka yang menimbun.
Tetapi, Alhamdulillah untuk pangan kita tidak krisis seperti mereka. Kita harus berhemat dan bertekad memperbaiki terus kondisi pangan kita. Kalau sekarang hampir surplus, insya Allah tahun depan kita bisa surplus. Kalau hanya Presiden yang mengatakan begitu tanpa diikuti petani, atau mungkin pemerintah daerah tidak bertekad, hal itu agak sulit diwujudkan.
Jadi, saya minta keluarga di Indonesia, selain melakukan penghematan energi, mari kita daya gunakan sebesar-besarnya lahan yang ada. Kita tanami lahan yang ada dengan tanaman yang sekiranya bisa menjadi sumber pangan. Tanah di Indonesia ini sangat subur, jadi kita harus bersyukur. Di sini apa saja bisa ditanam dengan mudah, karena itu kita harus kreatif sehingga kita bisa mengatasi kemungkinan adanya krisis pangan.[
Bagaimana Ibu mendorong peningkatan produk kerajinan dalam negeri untuk bisa lebih ditingkatkan pemasarannya di mancanegara?
Ada beberapa hal yang saya gagas bersama-sama ibu-ibu Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB) dan ibu-ibu yang lain. Saya berpikir kita ini kaya akan batu-batuan, emas, perak, tembaga, dan mutiara. Itu semua bisa dibuat perhiasan. Sekarang, mengapa tidak kita manfaatkan agar bisa menjadi sumber pendapatan?
Tujuan membentuk Mutumanikam Nusantara saat itu adalah untuk job creation. Ketika para perajin mendapatkan musibah, seperti gempa bumi di Yogyakarta beberapa waktu lalu, banyak perajin yang beralih profesi. Karena itu, saya katakan saat itu, ayo, job mereka dikembalikan lagi. Kita panggil kembali para perajin itu, kita berikan pelatihan untuk mereka. Kita bimbing dan kita bina. Namun, kadang-kadang yang menjadi permasalahan bagi mereka adalah ketersediaan modal dan pemasaran.
Nah, kita mencoba untuk membantunya. Kalau permodalan, pemerintah sekarang sudah memberikan kredit usaha rakyat (KUR) dengan pola penjaminan melalui bank-bank tertentu, seperti BRI, BNI, Mandiri. Kita bantu permodalan kepada mereka, setelah itu kita ajari bagaimana finishing touch dari perhiasan-perhiasan yang dibuat dan kita bantu pula pemasarannya. Sebetulnya pasar dalam negeri cukup besar. Jangan berpikir (dipasarkan) ke luar dulu.
Kita ini kan nomor 4 di dunia, dengan 220 juta manusia di Indonesia, dan mungkin akan bertambah lagi. Karena itu, menurut saya, mari kita lihat dulu pasar di dalam negeri. Mari kita rebut dulu, jangan sampai pasar kita malah direbut orang luar. Jadi, itu yang kita lakukan sekarang. Setiap saat, kalau ada pameran, kita dorong terus para perajin, sambil memberikan pelatihan dan advokasi kepada mereka. Untuk itu, kita tidak bisa sendiri, harus bekerja sama dengan departemen terkait, seperti Departemen Perindustrian dan Perdagangan. (bersambung....) (jri)