YANG DISEBUT BUDAYA KEKERASAN
Tentu sesekali Anda pernah nonton pertandingan tinju, atau olahraga apapun yang memerlukan benturan fisik, bisa menimbulkan luka dan terkadang bahkan kematian. Asalkan pertarungan tinju berjalan normal sesuai aturan, biasanya kita menyaksikan bahwa di akhir ronde, mereka berdua selalu berangkulan, bahkan saling mencium mesra.
Mereka saling memukul, juga saling terluka, namun mereka tidak sakit hati oleh pukulan dan luka itu. Kecuali jika pukulan dilayangkan diluar aturan, umpamanya di bawah perut atau belakang kepala.
Dengan kata lain, sakit hati hanya muncul jika terjadi kecurangan. Yang manakah yang disebut "budaya kekerasan": pukulan-pukulan yang melukai badan, ataukah kecurangan yang melukai hati ?
Kalau saya harus mendefinisikan, mungkin begini: "Budaya kekerasan adalah segala ungkapan manusia yang menusuk atau melukai atau melanggar hati nurani manusia lainnya". Ungkapan itu bisa sekedar sikap acuh, bisa ketidak-ramahan, bisa berupa pekerjaan meludahi orang lain, bisa mencurangi, memperlakukan secara tidak fair, memandang sesuatu secara tidak obyektif, atau apapun saja yang melukai hati manusia.
Alhasil "budaya kekerasan" lebih bersifat rohaniah dibanding jasmaniah.
Seorang petinju tidak keberatan dipukul lawannya karena mereka bertinju berdasarkan transaksi dan komitmen yang jelas, rasional dan fair.
Tapi kalau salah seorang dari petinju itu memaki petinju lainnya, atau apalagi meludahinya maka itulah budaya kekerasan.
Kalau di akhir jam-jam unjuk rasa, ada seorang mahasiswa melintas jalan dan mendadak seorang tentara memukulnya, maka itulah budaya kekerasan. Bukan tongkat itu letak utama kekerasannya, melainkan pada tidak proporsionalnya perbuatan itu dari sudut kode etik hubungan budaya antar
manusia.
Kalau di tengah detik-detik unjuk rasa di mana barisan tentara berhadapan frontal dengan ribuan mahasiswa, lantas sejumlah mahasiswa meludahi tentara-tentara rendahan di depannya, mengata-ngatai mereka dengan "anjing", "kadal", "tokek" atau "monyet", bahkan melempari mereka dengan telor busuk atau air kencing, maka itulah budaya kekerasan yang sekeras-kerasnya.
(Emha Ainun Nadjib 1998)
-----------------------------------------------------------------------
Maaf nich kalo repost.....
Esai tersebut ditulis pada Tahun 1998 tapi masih terasa pas dengan situasi saat ini.