Dunia ini panggung sandiwara
Cerita yang mudah berubah
Kisah Mahabarata atau tragedi dari Yunani
Setiap kita dapat satu peranan
Yang harus kita mainkan
Ada peran wajar ada peran berpura pura
Mengapa kita bersandiwara
Mengapa kita bersandiwara
Peran yang kocak bikin kita terbahak bahak
Peran bercinta bikin orang mabuk kepayang
Dunia ini penuh peranan
Dunia ini bagaikan jembatan kehidupan
Mengapa kita bersandiwara
Mengapa kita bersandiwara
Dunia ini penuh peranan
Dunia ini bagaikan jembatan kehidupan
Mengapa kita bersandiwara
Artist: Nicky Astria
Itulah bait lagu karya Ian Antono yang populer di tahun 90'an.
Bang Ian mengibaratkan Dunia ini sebagai "Panggung Sandiwara", dunia yang penuh dengan sandiwara dan kepura-puraan. Setiap insan akan memerankan perannya masing-masing, ada Tukang Becak, Buruh Tani, Pelajar, Mahasiswa, Guru, Dosen, Politikus, Anggota Dewan, Bupati, Walikota, Gubernur sampai Presiden. Yang menjadi pertanyaan, apakah selama ini mereka memainkan perannya masing-masing secara WAJAR atau BERPURA-PURA ?
Anggota Dewan misalnya, apakah mereka benar-benar menjadi Anggota Dewan yang WAJAR, sesuai dengan tugas dan peranan seorang Anggota Dewan sebagai Penyambung Lidah Rakyat ? Atau mereka hanya berpura-pura sebagai Anggota Dewan yang sesungguhnya mereka hanya sebagai Penyambung Lidah Kelompok atau Golongan tertentu ?
Lalu bagaimana dengan Pejabat-pejabat di tempat ini ? Apakah mereka benar-benar memainkan perannya dengan wajar ? Mungkin hanya segelintir orang saja benar-benar memainkan perannya secara wajar tanpa berpura-pura. Contoh konkrit di lingkungan kerja adalah banyaknya "The wrong Man, in the wrong Place". Banyak insan di Republik ini yang menempati pos yang sesungguhnya bukan posnya, atau bukan bidangnya.
Lantas apakah untuk mendapatkan "The right Man, in the right Place" harus menempatkan seseorang di pos yang memang menjadi bidangnya ? Ah, tidak juga. Banyak pos yang ditempati orang-orang yang kompeten di bidangnya justru kalah maju dengan yang ditempati orang-orang yang bukan di bidangnya. Harap makmlum memang, di tempat ini terlalu minim lapangan pekerjaan. Jumlah Sarjana Fresh Graduated semakin bertambah, namun nampaknya lapangan pekerjaan bagi mereka semakin menipis saja. Apalagi lapangan pekerjaan yang benar-benar sesuai dengan bidang para Fresh Graduated tersebut. Akibatnya, sebagian besar orang akan mengedepankan kesempatan dari pada memikirkan idealismenya. Bagimana hasilnya ? Tak sedikit yang sukses dengan "Job Baru"-nya, namun juga tak sedikit yang terpuruk dengan "Job Baru"-nya.
Betapa sulitnya memang menjadi diri sendiri, memainkan peranan yang sewajarnya, di tengah-tengah dunia yang memang penuh sandiwara ini. Bahkan, Ustadz pun sekarang kian menjadi sorotan, apakah mereka benar-benar menjadi seorang Ustadz yang wajar ? Atau kah Ustadz yang berpura-pura atau istilah jaman sekarang Ustadz Komersil. Kalau pemuka Agama seperti Ustadz saja sudah tidak memainkan peran yang sewajarnya, bagaimana nantinya dengan Umat di tempat ini ?
Hanya ada satu yang mengetahui apakah setiap insan di dunia ini memainkan perannya secara wajar, tiada lain adalah Sang Sutradara Dunia, Tuhan Yang Maha Mengetahui. Setiap insan mungkin bisa memainkan peran berpura-pura di Dunia Panggung Sandiwara ini. Namun di hadapan Tuhan Sang Sutradara Dunia nanti, mereka tak kan bisa lagi berpura-pura dan bersandiwara lagi.
Akhir kata,
Lebih baik engkau dicaci-maki,
karena jadi diri sendiri,
daripada engkau dipuja-puja,
karena pandai berpura-pura,
karena pandai bersandiwara...
source: Dwi K.S