
MerahPutih.com - Temuan alat pendeteksi COVID-19 melalui bau keringat ketiak (axillary sweat odor) bernama i-nose c-19 mendapat dukungan Menteri Riset dan Teknologi-Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek-Kepala BRIN).
I-nose c-19 yang merupakan temuan guru besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Riyanarto Sarno itu lolos uji edar saat dipresentasikan di hadapan Menristek-Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro, di Ruang Rapat Inovasi, lantai 24, Gedung BJ Habibie Jakarta, Selasa (19/1) lalu.
Riyanarto mengatakan, i-nose c-19 kini masih pada tahap uji profil. Berikutnya diperlukan banyak sampel pengujian dan sejumlah tahap yang nantinya dipasarkan ke masyarakat luas.
"Percepatan pengembangan alat ini sangat penting lantaran alat pengujian COVID-19 yang cepat dan murah diperlukan agar pandemi COVID-19 ini bisa terkontrol," tandas Riyan dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (23/1).
Hingga kini, sudah ada enam i-nose c-19 yang berhasil diproduksi. Namun, masih perlu sekitar 10 - 20 alat untuk pengujian sampel yang lebih banyak.
”Alhamdulillah dari kementerian (Kemenristek/BRIN) mendukung pembuatan alat baru dan operasionalnya nanti,” imbuh Riyan.
Riyan menjelaskan, kecanggihan i-nose c-19 ada pada kinerja yang memanfaatkan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan untuk memproses sampel dari bau keringat ketiak.
“Bau keringat akan diubah menjadi sinyal listrik yang kemudian diklasifikasikan menggunakan AI,” tambah Riyan.
Fitur near-field communication (NFC) memudahkan pengisian data hanya dengan menempelkan e-KTP pada alat deteksi cepat COVID-19.
Penggunaan cloud computing sebagai penyimpan data juga mendukung i-nose c-19 agar bisa berintegrasi dengan publik, pasien, dokter, rumah sakit, maupun laboratorium.
Usai memasukkan nomor telepon seluler (ponsel), lanjutnya, sertifikat elektronik yang memaparkan hasil tes positif atau negatif dari pasien akan dikirimkan melalui pesan daring. Dan saat dihitung dari awal pemeriksaan, membutuhkan waktu sekitar 3,5 menit hingga hasil sudah keluar.
“Semakin naiknya penyebaran virus COVID-19 ini, dunia tentunya sangat membutuhkan banyak teknologi screening yang mudah dan cepat untuk diimplementasikan,” pungkas Riyan.
Sumber: Link