Percakapan Antara Abdul Muthalib dan Abrahah yang Ingin Menghancurkan Kakbah
Ada percakapan menarik antara kakek Rasulullah SAW, Abdul Muthalib, dengan Abrahah yang akan menghancurkan Kakbah. Percakapan tersebut ditulis oleh seorang mualaf bernama Martins Lings dalam bukunya berjudul “Muhammad: His Life Based on the Earliest Sources”.
Dalam buku biografi tersebut, ada sebuah kisah menarik yang ditulis Lings. Tentang pasukan Abrahah yang hendak menaklukkan Makkah dan menghancurkan Kakbah.
Lings mengisahkan, pada saat itu orang-orang Quraisy yang menganggap Kakbah sebagai tempat bersemayamnya berhala mereka. Mereka berkumpul memikirkan cara untuk menghentikan upaya Abrahah tersebut.
Akhirnya, mereka bersepakat mengutus kakek Nabi yang paling tersohor dan berwibawa. Abdul Muthalib, untuk menemui Abrahah. Sementara, saat itu Nabi Muhammad sedang berada dalam kandungan Siti Aminah di Makkah.
Namun, ketika Abdul Muthalib menemui Abrahah. Ia justru meminta Abrahah untuk mengembalikan 200 untanya yang telah dirampas oleh pasukan Abrahah.
Abrahah pun mengabulkan permintaan Abdul Muthalib dengan keheranan. Abrahah merasa heran, Abdul Muthalib hanya mengurus unta dan tidak berupaya mempertahankan Kakbah yang hendak dihancurkannya.
Saat Abdul Muthalib akan pergi, Abrahah yang masih tertegun dengan permintaan Abdul Muthalib. Kemudian menegurnya, “Mengapa engkau tidak mempertahankan ‘rumah Tuhanmu’ dan hanya fokus mengurusi urusan-urusan ekonomimu saja?”
Abdul Muthalib menjawab, “Sesungguhnya aku pemilik dua ratus unta ini, maka hak dan sekaligus kewajibanku untuk mempertahankannya. Sedangkan Kakbah adalah rumah Tuhan, maka Tuhan sendiri yang akan mempertahankannya nanti.”
Abrahah berkata, “Tapi Tuhanmu sudah tidak bisa mempertahankan Ka’bahmu. Aku akan menghancurkannya beberapa saat lagi.”
Abdul Mutalib menjawab, “Lihatlah nanti!”
Seperti kita ketahui bersama, Allah kemudian mengutus burung Ababil untuk mengancurkan bala tentara Abrahah.
Rombongan burung ababil tersebut membawa batu Sijjil (kerikil neraka). Sehingga pasukan Abrahah meninggal sebelum menghancurkan rumah Allah.
Kisah tersebut dikutip Husein Ja’far Al Hadar dalam buku berjudul “Tuhan Ada di Hatimu”.
Husein Ja’far Al-Hadar mengatakan, dari kisah) tersebut kita mendapatkan pelajaran apakah Tuhan perlu di bela atau tidak?
Oleh: hancau