
foto: https://www.runimas.com
Makna ‘Cinta Sejati’ tetap dicari dan digali. Manusia berasal dari zaman ke zaman seakan tidak dulu jenuh membicarakannya. Sebenarnya? apa itu ‘Cinta Sejati’ dan bagaimana pandangan Islam terhadapnya?
Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga terlimpahkan kepada nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Masyarakat di belahan bumi manapun tepat ini tengah diusik oleh mitos ‘Cinta Sejati‘, dan dibuai oleh idaman ‘Cinta Suci’.
Saudaraku, andaikata kamu mencintai pasangan kamu sebab kecantikan atau ketampanannya, maka tepat ini aku percaya kesimpulan bahwa ia adalah orang tercantik dan tertampan, sudah luntur.
Bila dahulu rasa cinta kamu kepadanya tumbuh sebab ia adalah orang yang kaya, maka aku percaya tepat ini, kekayaannya tidak kembali spektakuler di mata anda.
Bila rasa cinta kamu bersemi sebab ia adalah orang yang berkedudukan tinggi dan terpandang di masyarakat, maka tepat ini kedudukan itu tidak kembali bersinar secerah yang dahulu menyilaukan pandangan anda.
Saudaraku! andaikata kamu terlanjur terbelenggu cinta kepada seseorang, padahal ia bukan suami atau istri anda, ada baiknya andaikata kamu menguji persentase cinta anda. Kenalilah sejauh mana kesucian dan ketulusan cinta kamu kepadanya.
Coba kamu duduk sejenak, membayangkan kekasih kamu dalam keadaan ompong peyot, pakaiannya compang-camping tengah duduk di tempat tinggal gubuk yang reot. Akankah rasa cinta kamu masih menggemuruh sedahsyat yang kamu rasakan tepat ini?
Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
“Wanita itu adalah aurat (harus ditutupi), andaikata ia ia terlihat berasal dari rumahnya, maka setan akan mengesankannya begitu cantik (di mata Laki-laki yang bukan mahramnya).” (Riwayat At Tirmizy dan lainnya)
Orang-orang Arab mengungkap fenomena ini bersama bersama berkata:
Setiap yang terlarang itu menarik (memikat).
Dahulu, tatkala jalinan terhadap kamu dengannya terlarang dalam agama, maka setan berupaya sekuat tenaga untuk mengaburkan pandangan dan akal sehat anda, sehingga kamu hanyut oleh badai asmara. Karena kamu hanyut dalam badai asmara haram, maka mata kamu jadi buta dan telinga kamu jadi tuli, sehingga andapun bersemboyan: Cinta itu buta.
Dalam pepatah arab dinyatakan:
Cintamu kepada sesuatu, menjadikanmu buta dan tuli.
Akan tetapi sesudah jalinan terhadap kamu berdua sudah halal, maka spontan setan menyibak tabirnya, dan berbalik arah. Setan tidak kembali membentangkan tabir di mata anda, setan tambah berupaya membendung badai asmara yang sudah menggelora dalam jiwa anda.
Saat itulah, kamu jadi memperoleh jati diri pasangan kamu seperti apa adanya. Saat itu kamu jadi jelas bahwa jalinan bersama bersama pasangan kamu tidak hanya hanyalah urusan paras wajah, kedudukan sosial, harta benda. Anda jadi jelas bahwa jalinan suami-istri ternyata lebih luas berasal dari hanyalah paras wajah atau kedudukan dan harta kekayaan. Terlebih lagi, setan sudah berbalik arah, dan berupaya sekuat tenaga untuk menanggulangi terhadap kamu berdua bersama bersama perceraian:
“Maka mereka mempelajari berasal dari Harut dan Marut (nama dua setan) itu apa yang dengannya mereka bisa menceraikan (memisahkan) terhadap seorang (suami) berasal dari istrinya.” (Qs. Al Baqarah: 102)
Mungkin kamu bertanya, lantas bagaimana aku perlu bersikap?
Bersikaplah harusnya dan senantiasa pakai nalar sehat dan hati nurani anda. Dengan demikian, tabir asmara tidak menjadikan pandangan kamu kabur dan kamu tidak gampang hanyut oleh bualan dusta dan janji-janji palsu.
Mungkin kamu kembali bertanya: Bila demikianlah adanya, siapakah yang memang layak untuk memperoleh cinta suci saya? Kepada siapakah aku perlu menambatkan tali cinta saya?
Simaklah jawabannya berasal dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Biasanya, seorang wanita itu dinikahi sebab empat alasan: sebab harta kekayaannya, kedudukannya, kecantikannya dan sebab agamanya. Hendaknya engkau menikahi wanita yang taat beragama, niscaya engkau akan bahagia dan beruntung.” (Muttafaqun ‘alaih)
Dan terhadap hadits lain beliau bersabda:
“Bila ada seorang yang agama dan akhlaqnya sudah engkau sukai, datang kepadamu melamar, maka terimalah lamarannya. Bila tidak, niscaya akan berjalan kekacauan dan kerusakan besar di wajah bumi.” (Riwayat At Tirmizy dan lainnya)
Cinta yang tumbuh sebab iman, amal sholeh, dan akhlaq yang mulia, akan senantiasa bersemi. Tidak akan lekang sebab cahaya matahari, dan tidak pula luntur sebab hujan, dan tidak akan putus biarpun ajal sudah menjemput.
“Orang-orang yang (semasa di dunia) saling mencintai terhadap hari itu sebagiannya jadi musuh bagi beberapa yang lain terkecuali orang-orang yang bertaqwa.”
(Qs. Az Zukhruf: 67)
Saudaraku! Cintailah kekasihmu sebab iman, amal sholeh dan juga akhlaqnya, sehingga cintamu abadi. Tidakkah kamu meminta cinta yang senantiasa menghiasi dirimu biarpun kamu sudah masuk ke dalam alam kubur dan kelak dibangkitkan di hari kiamat?
Tidakkah kamu meminta sehingga kekasihmu senantiasa setia dan mencintaimu biarpun engkau sudah tua renta dan terutama sudah menghuni liang lahat?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tiga hal, andaikata ketiganya ada terhadap diri seseorang, niscaya ia merasakan betapa manisnya iman: Bila Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dibanding tidak hanyalah berasal dari keduanya, ia mencintai seseorang, tidaklah ia mencintainya terkecuali sebab Allah, dan ia benci untuk kembali kepada kekufuran sesudah Allah menyelamatkan dirinya, bagaikan kebenciannya andaikata hendak diceburkan ke dalam kobaran api.”
(Muttafaqun ‘alaih)
Saudaraku! hanya cinta yang bersemi sebab iman dan akhlaq yang mulialah yang suci dan sejati. Cinta ini akan abadi, tak lekang diterpa angin atau cahaya matahari, dan tidak pula luntur sebab guyuran air hujan.
Yahya bin Mu’az berkata:
“Cinta sebab Allah tidak akan bertambah hanya niat zakat fitrah sebab orang yang engkau cintai berbuat baik kepadamu, dan tidak akan menyusut sebab ia berlaku kasar kepadamu.”
Yang demikianlah itu sebab cinta kamu tumbuh bersemi sebab adanya iman, amal sholeh dan akhlaq mulia, sehingga andaikata iman orang yang kamu cintai tidak bertambah, maka cinta andapun tidak akan bertambah.
Dan sebaliknya, andaikata iman orang yang kamu cintai berkurang, maka cinta andapun ikut berkurang. Anda cinta kepadanya bukan sebab materi, pangkat kedudukan atau wajah yang rupawan, akan tetapi sebab ia beriman dan berakhlaq mulia. Inilah cinta suci yang abadi saudaraku.
Saudaraku! sesudah kamu membaca postingan simple ini, perkenankan aku bertanya: Benarkah cinta kamu suci? Benarkah cinta kamu adalah cinta sejati?
Buktikan saudaraku…
Wallahu a’alam bisshowab, mohon maaf andaikata ada kalimat yang tidak memadai bahagia atau menyinggung perasaan.