
sumber: https://www.mustafalan.com
Abu Bakar Al Muthawi’i sepanjang dua belas tahun selalu aktif ikuti majelis Imam Ahmad. Di majelis selanjutnya hadits selanjutnya Imam Ahmad membacakan Al Musnad kepada putra-putra beliau. Namun, sepanjang ikuti mejalis tersebut, Al Muthawi’i tidak miliki catatan, walau hanya satu hadits. Lalu, apa yang dilakukan Al Muthawi’i di majelis itu? Beliau ternyata hanya ingin melihat Imam Ahmad.
Ternyata, tidak hanya Al Muthawi’i saja yang singgah ke majelis hadits hanya untuk melihat Imam Ahmad. Mayoritas mereka yang hadir didalam majelis selanjutnya miliki tujuan yang serupa dengan Al Mathawi’i. Padahal jumlah mereka yang hadir didalam majelis Imam Ahmad saat itu lebih berasal dari 5000 orang, namun yang mencatat hadits tidak cukup berasal dari 500 orang. Demikian Ibnu Al Jauzi mengisahkan (Manaqib Imam Ahmad, 210).
Apa yang dilakukan Al Muthawi’i, bukanlah perihal yang sia-sia. Karena, melihat orang shalih mampu beri tambahan perihal yang positif bagi pelakunya. Memandang orang shalih, mampu membangkitkan semangat, untuk tingkatkan amalan kebaikan, tatkala keimanan seseorang sedang turun. Sebagaimana dilakukan oleh Abu Ja’far bin Sulaiman, tidak benar satu murid Hasan Al Bashri. Beliau dulu mengatakan,”Jika aku merasakan hatiku sedang didalam situasi qaswah (keras), maka aku langsung pergi untuk melihat muka Muhammad bin Wasi’ Al Bishri. Maka perihal itu mengingatkanku kepada kematian.” (Tarikh Al Islam, 5/109).
Imam Malik sendiri terhitung lakukan perihal yang serupa tatkala merasakan qaswah didalam hati. Beliau berkisah,”Setiap aku merasakan adanya qaswah didalam hati, maka aku datang ke Muhammad bin Al Munkadar dan memandangnya. Hal itu mampu beri tambahan peringatan kapadaku sepanjang beberapa hari.” (Tartib Al Madarik, 2/51-52).