Sebagai orang Kristen, doa adalah bagian tak terpisahkan dalam kehidupan kita sehari-hari dan cara paling segera untuk mendekat kepada Tuhan. Kita semua berharap sehingga doa-doa kita didengar oleh Tuhan, tetapi kita sering tidak terima jawaban Tuhan ataupun merasakan kehadiran-Nya, sehingga membawa dampak kita jadi bingung: Mengapa ini terjadi? Mengapa Tuhan tidak mendengar doa-doa kita? Doa seperti apa yang sejalan bersama dengan niat Tuhan? Mari kita bersekutu mengenai perihal ini pada hari ini dan bersama dengan merampungkan tiga kasus ini, doa-doa kita mungkin bakal didengar oleh Tuhan.

- Dalam Doa, Apakah Engkau Berbicara kepada Tuhan Secara Terbuka, Memercayakan kepada-Nya Pikiran-Pikiranmu yang Sebenarnya?
Sering kali, kita memperhatikan hal-hal cermat seperti panjangnya doa atau kata-kata kita, atau bahkan kita mengupayakan menunjukkan tekad kita kepada Tuhan lewat kata-kata yang terdengar menyenangkan, tetapi kita jarang terlampau mengakses hati kita kepada Tuhan. Contohnya, kita biasa mengatakan: "Tuhan, aku bakal mengasihi-Mu, mengorbankan diriku bagi-Mu, dan seberapa pun besarnya bahaya atau ada problem yang kualami, aku tidak bakal menyerah. Aku bakal mengikuti-Mu sepanjang usia hidupku!" Atau, "Tuhan, firman-Mu adalah pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku, aku bakal menaati firman-Mu dalam segala perihal yang kulakukan, dan memenuhi kehendak-Mu!" Namun, kala dihadapkan pada kesukaran dan kemunduran, atau kala beragam ada problem nampak di rumah, kita sering tidak dapat menerapkan firman Tuhan dan kita tidak miliki permohonan untuk memenuhi keinginan-Nya. Kita bahkan salah mengerti Tuhan, mengeluh mengenai Tuhan, kehilangan motivasi, juga mengkhianati dan terjadi menjauhkan dari-Nya. Bahwa kita berperilaku seperti ini dalam situasi-situasi praktis menunjukkan kurangnya ketulusan dalam doa kita kepada Tuhan, sebaliknya doa kita hanyalah membual dan melontarkan kata-kata kosong yang terdengar indah dalam usaha untuk menyenangkan Tuhan. Doa kita juga mempunyai tujuan membawa dampak orang lain mengagumi kita, membawa dampak Tuhan dan orang-orang lihat bahwa kita mengasihi Tuhan dan setia kepada-Nya, tetapi pada kenyataannya, doa kita dipenuhi bersama dengan kemunafikan dan tipu daya. Pada dasarnya, semua itu adalah usaha untuk membodohi dan menipu Tuhan. Bagaimana mungkin kita berharap Tuhan mendengar doa-doa semacam ini? Yesus dulu memberikan contoh ini: "Dua orang pergi ke bait suci untuk berdoa; yang satu orang Farisi, dan yang lainnya pemungut cukai. Orang Farisi berdiri dan berdoa demikianlah bersama dengan dirinya sendiri, 'Tuhan, aku berterima kasih, bahwa aku tidak seperti orang lain, pemeras, tidak adil, pezina, atau bahkan seperti pemungut cukai ini. Aku berpuasa dua kali seminggu, aku mengimbuhkan perpuluhan dari semua yang kumiliki.' Dan pemungut cukai itu, sambil berdiri jauh-jauh, tidak rela mengangkat matanya menatap surga, tetapi memukul dadanya, berkata, 'Tuhan, kasihanilah aku orang berdosa.' Aku berbicara kepadamu, orang ini dan seisi rumahnya dibenarkan daripada yang satunya: sebab tiap-tiap orang yang meninggikan dirinya bakal direndahkan; dan yang merendahkan dirinya bakal ditinggikan" (Lukas 18:10-14). Tidaklah sukar untuk lihat bahwa orang Farisi itu berdoa bersama dengan cara yang sombong, tampaknya ia tidak mengerti dosa-dosanya sendiri, ia memperlihatkan diri sendiri atas dasar kelakuan baiknya yang penuh kepura-puraan. Dia bersama dengan mementingkan dirinya sendiri memperlihatkan kesetiaannya kepada Tuhan, menjelaskan hal-hal yang kedengarannya indah kepada Tuhan, memperlihatkan dirinya di hadapan Tuhan sambil remehkan si pemungut cukai (pemungut pajak). Doa yang munafik seperti itu tidak bakal dulu dapat dipuji oleh Tuhan. Doa pemungut cukai itu tulus, secara terbuka mengakui dosa-dosanya kepada Tuhan, mengakui bahwa dia seorang berdosa, dan mengungkap penyesalannya. Dia juga menunjukkan kesediaannya untuk bertobat kepada Tuhan, dan memohon belas kasihan Tuhan. Melihat ketulusan dalam doanya, Yesus memuji doa pemungut cukai itu.
Perumpamaan Yesus memberi mengerti kita bahwa Tuhan membenci penggunaan kata-kata yang kosong dan menyombongkan diri, atau kata-kata yang mengenakkan telinga untuk menjilat Tuhan atau menipu-Nya. Tuhan mengidamkan sehingga kita mengungkap hati kita yang sejujurnya dan memberikan anggapan kita yang sebenarnya, mengucapkan kebenaran, berkomunikasi bersama dengan Tuhan bersama dengan tulus. Tuhan Yesus berkata, "Ketika penyembah-penyembah benar bakal menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran: sebab Bapa mencari penyembah yang seperti itu. Tuhan adalah Roh dan mereka yang menyembah Dia perlu menyembah Dia dalam roh dan kebenaran" (Yohanes 4:23-24). Dan bagian lain dari firman Tuhan adalah: "Standar terendah yang Tuhan tuntut dari manusia adalah mereka dapat mengakses hati mereka kepada-Nya. Jika manusia mengimbuhkan isi hatinya yang memang kepada Tuhan dan menjelaskan yang memang tersedia dalam hatinya kepada Tuhan, Tuhan bersedia bekerja di dalam diri manusia; Tuhan tidak mengidamkan hati manusia yang bengkok, melainkan hati yang murni dan tulus. Jika manusia tidak nyata-nyata memberikan isi hatinya kepada Tuhan, Tuhan tidak menjamah hati manusia, atau bekerja di dalam dirinya. Dengan demikian, perihal yang paling mutlak dalam berdoa adalah mengucapkan isi hatimu yang tulus kepada Tuhan, memberi mengerti Tuhan mengenai kelemahan atau watak pemberontakmu dan semuanya mengakses dirimu kepada Tuhan. Hanya sehabis itu Tuhan bakal tertarik pada doa-doamu; kecuali tidak, Tuhan bakal menyembunyikan muka-Nya darimu" ("Tentang Penerapan Doa"). Dari sini kita dapat lihat bahwa kita perlu terbuka dan tulus kepada Tuhan, memberitahukan kepada-Nya anggapan kita yang terdalam dan kebenarannya, katakan kepada Tuhan mengenai suasana dan kasus kita yang sebenarnya, dan carilah bimbingan Tuhan. Hanya bersama dengan demikianlah Tuhan bakal mendengar doa-doa kita. Ketika kita berdoa, kita dapat menjelaskan kepada Tuhan mengenai ada problem dan penderitaan yang kita menghadapi dalam hidup kita, dan mencari niat Tuhan. Atau kita dapat mampir di hadapan Tuhan dan mengakses diri kepada-Nya mengenai pelanggaran kita atau kerusakan apa pun yang sudah kita ungkapkan tiap-tiap hari. Seperti inilah berdialog secara tulus bersama dengan Tuhan dalam segala hal. Seperti kala kita sering jadi tergila-gila bersama dengan dunia ini dan mengidamkan ikuti tren masyarakat, terobsesi bersama dengan kesenangan duniawi, dan kita tidak dapat membawa dampak anggapan kita tenang di hadapan Tuhan, kita dapat berdoa kepada Tuhan: "Tuhan! Aku mendapati bahwa aku tidak mengasihi kebenaran di dalam hatiku, tetapi selamanya berkhayal dunia yang memesona di luar sana. Bahkan kala berada dalam kebaktian, dalam doa, atau membaca firman-Mu, aku tidak dapat menenangkan pikiranku. Aku mengidamkan meninggalkan daging, tetapi aku jadi tidak berdaya untuk melakukannya. Tuhan! Kumohon Roh-Mu menjalankan hatiku yang mati rasa ini, memberiku iman dan kemampuan untuk mengatasi godaan Iblis dan membawa dampak hatiku tenang di hadapan-Mu." Setelah beberapa kali berdoa bersama dengan tulus seperti ini, Roh Kudus bakal membimbing dan menuntun kita untuk lihat bahwa ikuti tren sosial bakal membawa dampak kita hidup dalam dosa dan menjadi tambah jauh dari Tuhan. Roh Kudus juga bakal menyentuh kita, dan memberi kita hati yang penuh kasih bakal kebenaran. Kita kemudian bakal dapat meninggalkan daging bersama dengan cara-cara yang nyata, dan mengatasi godaan dan rayuan Iblis—ini adalah hasil yang dapat kita capai bersama dengan berbicara dari hati dalam doa kepada Tuhan. Namun, kecuali kita tidak mengakses hati kita kepada Tuhan dalam doa, sebaliknya mengupayakan untuk menjilat Tuhan dan menipu-Nya bersama dengan memanfaatkan kata-kata yang mengenakkan telinga, Tuhan tidak bakal mendengar doa kita dan tidak bakal menyentuh hati kita. Kita tidak bakal dapat membedakan atau mengatasi godaan Iblis dan rela tidak rela bakal ikuti tren yang jahat, tambah menjauhkan dari Tuhan dan dirugikan oleh Iblis. Karena itu, kecuali kita mengidamkan doa kita didengar oleh Tuhan, kita perlu terbuka dan jujur di hadapan-Nya. Inilah cara pertama yang perlu kita lakukan.
- Apakah Engkau Berdoa untuk Menerapkan Firman Tuhan dan Meraih Pertumbuhan dalam hidupmu?
Setelah dirusak Iblis, kita dipenuhi watak rusak yang jahat seperti Iblis; kita egois, serakah, bengkok, menipu, dan cuma berkhayal keperluan kita sendiri. Dalam semua hal, kita memasang keuntungan khusus di atas seluruhnya dan bahkan dalam iman, kita mengidamkan kasih karunia dan berkat yang tambah banyak dari Tuhan. Sebagian besar saudara-saudari percaya bahwa sebab kita percaya kepada Tuhan, Dia bakal memberkati dan memberi kepada kita kasih karunia, dan apa pun yang kita minta dari-Nya, Dia bakal menyediakannya. Kita sering memohon dan berdoa kepada Tuhan untuk kegunaan ragawi seperti pulih dari penyakit, memberi kita kedamaian di rumah, atau mengizinkan anak-anak kita mendapatkan pekerjaan yang baik. Ketika kita menikmati kasih karunia-Nya, kita bersama dengan terlampau gembira memuji-Nya, tetapi kala Dia tidak menjawab doa-doa kita seperti yang kita inginkan, kita mengeluh mengenai Dia. Pernahkah engkau berkhayal apakah terus-menerus berdoa kepada Tuhan untuk keperluan daging kita sendiri adalah persekutuan yang benar bersama dengan Tuhan, apakah itu adalah ibadah kita yang sejati kepada-Nya? Jawabannya adalah tidak. Doa-doa semacam ini hanyalah usaha untuk mendapatkan berkat dari Tuhan; doa-doa ini menuntut beragam perihal dari-Nya dan mengupayakan sehingga Dia bertindak cocok bersama dengan niat kita sendiri. Itu tidak memperlakukan Dia sebagai Tuhan. Doa-doa semacam ini cuma dapat menghidupkan kemarahan Tuhan, dan Dia tidak mendengarnya.
Sebagai orang Kristen, kita tidak seharusnya cuma mencari berkat bagi daging kita atau mengupayakan sehingga Tuhan melimpahkan lebih banyak kasih karunia dan berkat bagi kita. Itu sebab hal-hal ini cuma amat mungkin kita menikmati keberuntungan duniawi yang sekilas, tetapi tidak mendukung kita bertumbuh sedikit pun dalam kehidupan. Doa-doa itu juga tidak dapat mendukung kita capai ketaatan yang sejati maupun sikap yang kuatir bakal Tuhan. Doa dan permohonan kita haruslah lebih berfokus pada pemahaman kita bakal kebenaran, bagaimana menerapkan firman Tuhan, dan bertumbuh dalam kehidupan kita. Hanya doa semacam ini yang sejalan bersama dengan niat Tuhan. Tuhan Yesus berkata, "Dan janganlah mencari apa yang bakal engkau makan, atau apa yang bakal engkau minum, dan hendaklah engkau tidak bimbang. Sebab semua perihal ini dikejar oleh bangsa-bangsa di dunia: dan Bapamu mengerti bahwa engkau membutuhkan hal-hal ini. Namun, carilah kerajaan Tuhan; dan semua perihal ini bakal ditambahkan kepadamu" (Lukas 12:29–31). "Rohlah yang menghidupkan; daging tidak menghasilkan apa-apa: segala perkataan yang Aku katakan kepadamu adalah roh dan kehidupan" (Yohanes 6:63). Kehendak Tuhan adalah sehingga kita menerapkan dan menghidupi firman-Nya, dan lewat firman-Nya mendapatkan kebenaran dan kehidupan sehingga kita dapat capai keselarasan bersama dengan Tuhan dan pada selanjutnya dapat masuk ke dalam kerajaan-Nya. Oleh sebab itu, doa kita perlu dipusatkan di seputar bagaimana menerapkan dan mengalami firman-Nya; bersama dengan cara ini, Dia bakal menuntun kita dalam merintis pekerjaan-Nya, kita bakal konsisten mengerti tambah banyak kebenaran, dan kita bakal dapat menghidupi firman Tuhan. Pikirkan bagaimana kita semua sering berdusta dan jalankan hal-hal yang menipu demi menjaga reputasi, status, kekayaan, atau keperluan kita sendiri. Kita mengerti betul bahwa semua ini adalah dosa, tetapi kita tidak dapat menghentikan diri kita untuk berbuat dosa. Bahkan sekiranya kita tidak berdusta bersama dengan kata-kata kita, di dalam hati, kita perhitungkan apa yang perlu dikatakan untuk menjaga nama baik, keuntungan, dan kedudukan kita sendiri, dan apa yang perlu kita jalankan sehingga keperluan kita tidak dikorbankan. Ketika kita mengerti bahwa kita miliki stimulus untuk berdusta atau jalankan suatu hal yang tidak jujur, kita perlu menghadap Tuhan dan berdoa, "Ya Tuhan! Aku sudah lihat bahwa aku tidak dapat capai kesederhanaan dan kejujuran seorang anak, melainkan selamanya tidak dapat menghentikan diri dari berdusta atau menipu. Jika aku konsisten seperti ini, Engkau tentu bakal membenciku. Tuhan! Aku terlampau membutuhkan keselamatan-Mu—kumohon Engkau menuntunku untuk menjadi seorang yang jujur, dan kecuali aku berdusta atau menipu lagi, kumohon Engkau mendisiplinkan diriku." Setelah mempersembahkan doa seperti ini, kala kita sekali kembali miliki permohonan untuk berbohong demi keperluan kita sendiri, kita bakal merasakan teguran Roh Kudus di dalam diri kita. Kita bakal mengerti bersama dengan mengerti bahwa Tuhan menuntut kita untuk menjadi orang yang jujur, dan Dia bersukacita dan memberkati orang-orang yang jujur. Kita tidak boleh berdusta demi menegakkan keperluan kita sendiri, sebab itu menjijikkan bagi Tuhan. Setelah kita mengerti semua ini, kita bakal dapat meninggalkan motif licik dari hati kita, mencari kebenaran dari kenyataan, dan berbicara jujur. Dengan selamanya jalankan seperti ini, sebelum akan mengetahuinya, dusta kita bakal tambah berkurang, dan kita bakal dapat masuk ke dalam realitas kebenaran dalam menjadi orang yang jujur, selangkah demi selangkah. Ini adalah buah dari doa untuk pertumbuhan dalam kehidupan. Tuhan Yesus berkata: "Dan Aku berbicara kepadamu: Mintalah, maka bakal diberikan kepadamu; carilah, maka engkau bakal menemukan; ketuklah, maka pintu bakal dibukakan bagimu. Siapa yang mencari bakal mendapat, siapa yang mengetuk, baginya pintu bakal dibukakan" (Lukas 11:9-10). Jelas, asalkan kita berdoa kepada Tuhan untuk mengerti kebenaran dan kemampuan untuk menerapkan firman Tuhan, dan kita memperlakukan jalan masuk ke dalam kebenaran bersama dengan terlampau serius, Tuhan bakal membimbing kita untuk mengerti kebenaran dan masuk ke dalam realitas kebenaran, dan kita bakal dapat bertumbuh dalam kehidupan rohani kita sedikit demi sedikit.
- Apakah Engkau Berdoa untuk Mencari Pemahaman atas Kehendak Tuhan dan untuk Menjadi Kesaksian bagi-Nya?
Dalam hidup, kadang waktu kita menghadapi kasus yang tidak sejalan bersama dengan gagasan kita, seperti kasus di tempat kerja atau di rumah, atau kita bahkan mungkin dihadapkan bersama dengan semacam bencana. Ketika hal-hal ini terjadi, biasanya dari kita berharap Tuhan untuk menyita lingkungan yang tidak menyenangkan ini dan memberi kita damai sejahtera dan kebahagiaan. Meskipun kita bekerja keras atau bahkan melepas relasi dan pekerjaan kita untuk melayani Tuhan, kecuali kita mendapatkan suatu hal seperti penyakit parah, kita tidak dapat menenangkan diri dan mencari niat Tuhan, dan berdoa sehingga kita dapat mengimbuhkan kesaksian dan memuaskan Tuhan. Sebaliknya, kita berdoa kepada Tuhan, memohon kepada-Nya sehingga mengobati penyakit kita sehingga kita dapat terbebas dari siksaan penyakit sesegera mungkin. Ketika Tuhan mengabulkan permohonan kita, kita berterima kasih dan memuji-Nya, tetapi kala Dia tidak membawa dampak kita sehat, kita berkecil hati dan kecewa pada Tuhan; kita hidup dalam kenegatifan, mengeluh mengenai Dia dan kita bahkan miliki stimulus untuk tidak kembali jalankan usaha apa pun bagi-Nya. Kita dapat lihat dari sini bahwa kita terlampau terpikat pada keperluan daging kita sendiri; di dalam hati, kita tidak mencintai atau mengidamkan memuaskan Tuhan. Kita sering membawa dampak permohonan yang tidak masuk akal dalam doa-doa kita, mengajukan tuntutan kepada-Nya bersama dengan cara yang mementingkan diri sendiri dan tercela sehingga Dia jalankan suatu hal cocok bersama dengan apa yang kita inginkan. Kita mirip sekali tidak menyembah Sang Pencipta dari kedudukan yang sepantasnya sebagai makhluk ciptaan. Mengapa Tuhan rela menghiraukan doa seperti itu? Lalu bagaimana kita perlu berdoa sehingga sejalan bersama dengan niat Tuhan? Firman-Nya mengarahkan kita ke jalan itu: "Ketika engkau menghadapi kesulitan, bergegaslah berdoa kepada Tuhan: 'Ya, Tuhan! Aku mengidamkan memuaskan-Mu, aku mengidamkan menjamin ada problem ini hingga akhir untuk memuaskan hati-Mu, dan betapa pun besarnya kendala yang aku hadapi, aku perlu selamanya memuaskan-Mu. Sekalipun aku perlu menyerahkan semua hidupku, aku perlu selamanya memuaskan-Mu!' Dengan tekad ini, tatkala berdoa seperti ini, engkau bakal dapat berdiri teguh dalam kesaksianmu" ("Hanya Mengasihi Tuhan-lah yang Berarti Sungguh-Sungguh Percaya kepada Tuhan"). "Engkau merana di dalam, dan penderitaanmu sudah capai titik tertentu, tetapi engkau selamanya bersedia mampir di hadapan Tuhan dan berdoa, mengucapkan: 'Ya, Tuhan! Aku tidak dapat meninggalkan Engkau. Walaupun tersedia kegelapan dalam diriku, aku mengidamkan memuaskan Engkau; Engkau menyelami hatiku, dan aku mengidamkan Engkau menanamkan lebih banyak kasih-Mu dalam diriku'" ("Hanya bersama dengan Mengalami Pemurnian Manusia Dapat Sungguh-Sungguh Mengasihi Tuhan").
Ketika ada problem menimpa, kita perlu mencari niat Tuhan dan berdoa sehingga kita dapat menjadi kesaksian dan memuaskan Tuhan. Kita juga perlu miliki tekad untuk mengasihi dan memuaskan Tuhan, dan bersedia menjamin penderitaan fisik kecuali itu artinya menjadi kesaksian bagi Tuhan daripada berdoa demi keperluan kita sendiri. Hanya doa semacam inilah yang sejalan bersama dengan niat Tuhan, dan ini juga artinya miliki type hati nurani dan akal sehat yang seharusnya kita miliki sebagai makhluk ciptaan. Sebagai contoh, Ayub kehilangan semua harta benda dan anak-anaknya lewat ujian yang ia menghadapi dan dia sendiri menderita bisul dari kepala hingga ujung kaki; dia menderita rasa sakit emosional dan fisik yang luar biasa. Namun dia tidak mengeluh kepada Tuhan mengenai mengapa Tuhan membiarkannya mengalami semua ini, dia juga tidak berharap Tuhan untuk menghilangkan penderitaannya. Sebaliknya, dia lebih-lebih dahulu tunduk dan berdoa untuk mencari niat Tuhan. Dia mengerti bahwa semua yang dimilikinya tidak diperoleh lewat kerja kerasnya sendiri, tetapi sudah dianugerahkan kepadanya oleh Tuhan; apakah Tuhan memberi atau mengambil, sebagai makhluk ciptaan kita tentu saja perlu tunduk pada aturan dan pengaturan Tuhan. Kita tidak boleh miliki tuntutan apa pun pada Tuhan, atau keluhan apa pun. Inilah akal sehat yang seharusnya kita miliki sebagai manusia. Ayub berkata: "Dengan telanjang aku nampak dari rahim ibuku, bersama dengan telanjang aku juga bakal kembali ke situ: Yahweh yang memberi, Yahweh juga yang mengambil; terpujilah nama Yahweh" (Ayub 1:21) Ayub selanjutnya menjadi kesaksian yang kuat bagi Tuhan bersama dengan mengandalkan sikap hormatnya, ketaatannya, dan imannya kepada Tuhan. Kita perlu studi dari teladan Ayub dan kala menjumpai suatu hal yang tidak cocok bersama dengan gagasan kita, lebih-lebih dahulu kita perlu menenangkan diri di hadapan Tuhan dan bergegas berdoa untuk mencari niat Tuhan, dan berdoa sehingga kita dapat memberi kesaksian dan memuaskan Tuhan. Inilah segi paling mutlak dalam penerapan kita. Dengan cara ini, Tuhan dapat membimbing kita; Dia dapat memberi kita iman dan kemampuan untuk mendukung kita lewat segala kendala yang mungkin kita hadapi, sehingga kita dapat berdiri teguh dalam kesaksian kita di tengah beragam ujian.
Inilah tiga kasus yang perlu kita merampungkan dalam doa kita. Selama kita jalankan dan ikuti prinsip-prinsip ini dalam kehidupan kita sehari-hari, aku percaya bahwa kita semua, saudara-saudari, bakal menuai hasil yang tidak dulu kita impikan.
Referensi : yukampus.com