Survey Harga Property Residensial Bank Indonesia memberikan indikasi perlambatan kenaikan harga property residensial di pasar primer selama kuartal ke-3 tahun ini. Searah dengan itu, penjualan property residensial turun juga makin dalam.
Berdasar pada Survey Harga Property Residensial yang launching BI, Kamis (8/11), Indeks harga property residensial (IHPR) tumbuh 0,42% dengan kuartalan (qoq) atau 3,14% dengan tahunan (yoy).
Perkembangan itu melambat dibanding dengan IHPR kuartal awal mulanya yang sampai 0,76% qoq ataupun perkembangan periode yang sama di tahun awal mulanya yakni 3,26% yoy.
Dengan kuartalan, melambatnya kenaikan harga property residensial berlangsung pada type rumah kecil serta menengah.
Kenaikan harga rumah type kecil melambat dari 1,35% qoq jadi 0,69% qoq di kuartal-III 2018. Begitu juga dengan kenaikan harga rumah type menengah yang melambat dari 0,68% qoq jadi 0,26% qoq.
Cuma rumah type besar yang alami dikit penambahan kenaikan harga dari 0,27% qoq jadi 0,3% qoq.
Mengenai dengan tahunan, melambatnya kenaikan harga rumah property residensial berlangsung pada rumah type menengah dari 3,4% yoy pada kuartal awal mulanya jadi 3,06% yoy di kuartal ke-3 tahun ini.
Baca : <a rel="nofollow" href="http://hargadepo.com/rumah-type-45.html">denah 3D rumah type 45</a>
Sesaat, rumah type kecil serta rumah type besar alami perkembangan kenaikan harga semasing jadi 4,85% yoy serta 1,66% yoy.
Walau kenaikan IHPR dengan kuartalan melambat, BI mencatat cost yang dikeluarkan oleh rumah tangga untuk rumah makin bertambah.
Ini tecermin dari kenaikan Indeks Harga Customer (IHK) subkelompok cost rumah sebesar 0,73% qoq, tambah tinggi dari 0,64% qoq pada kuartal awal mulanya.
Sesaat, perkembangan penjualan property residensial di kuartal-III 2018 ikut alami penurunan sebesar -14,14% qoq. Ini lebih rendah dibanding -0,08% qoq pada kuartal awal mulanya, akan tetapi masih tetap lebih baik daripada -24,74% qoq pada periode yang sama di tahun awal mulanya.
Turunnya penjualan pada kuartal ke-3 dikarenakan oleh penurunan penjualan pada semua type rumah, yakni rumah type kecil -15,92% qoq, type menengah -11,14% qoq, serta type besar -11,11% qoq.
BI mengatakan, sejumlah besar responden memiliki pendapat aspek terpenting yang mengakibatkan penurunan penjualan rumah ialah lesunya keinginan customer, kurangnya penawaran perumahan dari responden, suku bunga KPR yang dipandang masih tetap tinggi, serta harga rumah yang kurang dapat dijangkau oleh customer.
Mengenai, suku bunga KPR paling tinggi per September 2018 berada di Propinsi Bengkulu yakni 14,48% serta paling rendah di Yogyakarta sebesar 8,82%. Berdasar pada grup bank, suku bunga KPR paling tinggi terdaftar pada Bank Pembangunan Daerah (BPD) sebesar 12,21% serta terendag di Bank Asing serta Kombinasi sebesar 6,82%.