Dalam mendiagnosis
apakah seseorang benar menderita impotensi atau tidak, dokter biasanya akan
menanyakan beberapa hal. Di antaranya adalah sebagai berikut.
Gejala
apa saja yang dialami.
Riwayat
kesehatan fisik serta psikologi.
Obat-obatan
yang sedang dikonsumsi.
Gaya
hidup sehari-hari, apakah terbiasa merokok, mengonsumsi alkohol dan
lain-lain.
Apabila impotensi
dialami sepanjang waktu, maka hal ini dapat dianggap sebagai adanya indikasi bahwa
seseorang tengah menderita penyakit lain yang lebih serius. Akan tetapi apabila
impotensi hanya terjadi saat hendak melakukan hubungan seksual bersama
pasangan, maka penyebab impotensi dapat dipastikan berasal dari kondisi
psikologis pasien. Dokter juga akan menanyakan mengenai kondisi penis saat
berhubungan seksual, apakah dapat mencapai ejakulasi dan orgasme, serta apakah
penis ereksi saat bangun tidur di pagi hari. Dokter juga akan turut menanyakan
tingkat libido dan orientasi seksual serta perbandingan kehidupan seksual
antara yang dulu dan yang sekarang. Jika diperlukan, dokter akan melakukan
pemeriksaan testikel atau penis menggunakan tangan untuk mengukur sensitivitas.
Apabila dokter
mencurigai kondisi impotensi seseorang didasari faktor psikologis, maka pasien
dapat dirujuk ke dokter spesialis agar mendapat penanganan lebih lanjut. Akan
tetapi jika penyebabnya karena gangguan pada kesehatan fisik saja, maka
beberapa pemeriksaan lanjutan dapat dilakukan, di antaranya adalah:
Ultrasonografi
atau USG untuk mengetahui tingkat dari kelancaran aliran darah.
Tes
darah juga akan digunakan untuk mengetahui seberapa tinggi kadar
testosteron serta mendeteksi apakah ada tanda-tanda dari penyakit jantung,
diabetes atau penyakit lainnya.
Tes
urin untuk mendeteksi adanya diabetes atau penyakit lainnya.
Elektrokardiogram
atau EKG untuk mendeteksi apakah terdapat gangguan pada organ jantung.
Untuk itu, gunakanlah
obat kuat yang mengatasi impotensi dengan aman.