Hari itu adalah hari Minggu sebulan setelah peristiwaku di vila bersama Pak Jarwo dan Ray, selama ini aku belum ke sana lagi akibat kesibukan kuliahku. Hari Minggu itu aku pergi ke sana untuk refreshing seperti biasa karena Seninnya tanggal merah atau libur. Kali ini aku tidak sendiri tapi bersama 2 orang teman cewekku yaitu Vina dan Icha, kami semua adalah teman akrab di kampus, sebenarnya geng kami ini ada 4 orang, satu lagi si Rika yang hari ini tidak bisa ikut karena ada acara dengan keluarganya.
Kami sama-sama terbuka tentang seks dan sama-sama penggemar seks, Vina dikaruniai tubuh tinggi semampai dengan buah dada yang bulat montok yang membuat pikiran kotor para cowok melayang-layang, beruntunglah mereka karena Vina tidak sulit diajak naik ranjang karena dia sudah ketagihan seks sejak SMP. Sedangkan Icha mempunyai wajah yang imut dengan rambut panjang yang indah, bodynya pun tidak kalah dari Vina walaupun payudaranya lebih kecil, namun dibalik wajah imutnya ternyata Icha termasuk cewek yang lihai memanfaatkan cowok, sudah berkali-kali dia ganti pacar gara-gara sifat materenya. Sedangkan aku sendiri sepertinya kalian sudah tahulah cewek seperti apa aku ini dari cerita-ceritaku dulu.
Baiklah, sekarang kita kembali ke kejadian hari itu yang rencananya mau mengadakan orgy party setelah sekian lama otak kami dijejali bahan-bahan kuliah dan urusan sehari-hari. Waktu itu Vina protes karena aku tidak memperbolehkannya mengajak teman-teman cowok yang biasa diajak, begitu juga Icha yang ikut mendukung Vina karena pacarnya juga tidak boleh diajak.
Emangnya lu ngundang siapa aja sih Na, masa si Charlie aja ga boleh ikutan? kata Icha.
Iya nih, emangnya kita mau pesta lesbian apa, wah gua kan cewek normal nih timpal Vina.
"Udahlah, lu orang tenang aja, cowok-cowoknya nanti nyusul, pokoknya yang kali ini surprise deh! dijamin kalian puas sampe ga bisa bangun lagi deh.
Aku ingin sedikit membuat kejutan agar acara kali ini lain dari yang lain, karena itulah aku merahasiakan siapa pejantannya yang tidak lain adalah penjaga vilaku dan vila tetanggaku, Pak Jarwo dan Ray.
Kemarinnya aku memang sudah mengabari Pak Jarwo lewat telepon bahwa aku besok akan ke sana dengan teman-temanku yang pernah kujanjikan pada mereka dulu. Pak Jarwo tentu antusias sekali dengan acara kali ini, kami telah mengatur skenario acaranya agar seru. Beberapa jam kemudian kami sampai di villaku, Pak Jarwo seperti biasa membukakan pintu garasi, bola matanya melihat jelalatan pada kami terutama Vina yang hari itu pakaiannya seksi berupa sebuah tank top merah berdada rendah dengan rok mini. Dia kusuruh keluar dulu sampai aku memberi syarat padanya, dia menunggunya di villa tetangga yang tidak lain vila yang dijaga si Ray. Setelah membereskan barang bawaan, kami menyantap makan siang, lalu ngobrol-ngobrol dan istirahat. Icha yang daritadi kelihatan letih terlelap lebih dulu. Kami bangun sore hari sekitar jam 4 sore.
“Eh.. sambil nunggu cowok-cowoknya mendingan kita berenang dulu yuk ajakku pada mereka.
Aku melepaskan semua bajuku tanpa tersisa dan berjalan ke arah kolam dengan santainya.
“Wei.. gila lo Na, masa mau berenang ga pake apa-apa gitu, kalo keliatan orang gimana? tegur Icha.
“Iya Na, lagian kan kalo si tua Jarwo itu dateng gimana tuh sambung Vina.
“Yah kalian, katanya mo party, masa berenang bugil aja ga berani, tenang aja Pak Jarwo udah gua suruh jangan ke sini sampai kita pulang nanti bujukku sambil menarik tangan Vina.
Di tepi kolam mereka masih agak ragu melepas pakaiannya, alasannya takut kepergok tetangga, setelah kutantang Vina baru mulai berani melepas satu demi satu yang melekat di tubuhnya, aku membantu Icha yang masih agak malu mempreteli pakaiannya. Akhirnya kami bertiga nyebur ke kolam tanpa memakai apapun.
Perlahan-lahan rasa risih mereka pun mulai berkurang, kami tertawa-tawa, main siram-siraman air, dan balapan renang kesana kemari dengan bebasnya. Mungkin seperti inilah kira-kira gambaran tempat pemandian di istana haremnya para raja. Sesudah agak lama bermain di air aku naik ke atas dan mengelap tubuhku yang basah, lalu membalut tubuhku dengan kimono.
“Na, sekalian ambilin kita minum yah pinta Vina.
Akupun berjalan ke dalam dan meminum segelas air.
“Ok, it's the showtime gumamku dalam hati, inilah saat yang tepat untuk menjalankan skenario ini. Aku segera menelepon vila sebelah menyuruh Pak Jarwo dan Ray segera kesini karena pesta akan segera dimulai.
Iya neng, kita segera ke sana sahut Ray sambil menutup gagang telepon.
Hanya dalam hitungan menit mereka sudah nampak di pekarangan depan vilaku. Aku yang sudah menunggu membukakan pintu untuk mereka.
“Wah udah ga sabaran nih, daritadi cuma ngintipin neng sama temen-temen neng dari loteng kata Pak Jarwo.
“Pokoknya yang rambutnya dikuncir itu buat saya dulu yah neng ujar Ray merujuk pada Icha.
“Iya tenang, sabar, Pokoknya semua kebagian, ok? kataku “yang penting sekarang surprise buat mereka dulu.
Setelah beberapa saat berbicara kasak-kusuk, akhirnya operasi pun siap dilaksanakan. Pertama-tama dimulai dari Vina. Aku berjalan ke arah kolam membawakan mereka dua gelas air, disana Icha sedang tiduran di kursi santai tanpa busana, sementara Vina masih berendam di air.
Vin, lu bisa ke kamar gua sebentar ga, gua mo minta tolong dikit nih pintaku padanya.
lap badan dulu gih, gua tunggu di sana.
Aku masuk ke dalam terlebih dahulu dan duduk di pinggir ranjang menunggunya. Di balik pintu itu Pak Jarwo dan Ray yang sudah kusuruh bugil telah siap memangsa temanku itu, kemaluan mereka sudah mengeras dan berdiri tegak seperti pedang yang terhunus. Tak lama kemudian Vina memasuki kamarku sambil mengelap rambutnya yang masih basah.
“Kenapa Na, ada perlu apa emang? tanyanya.
“Ngga, cuma mau ngasih surprise dikit kok jawabku dengan menyeringai dan memberi aba-aba pada mereka.
Sebelum Vina sempat membalikkan badan, sepasang lengan hitam sudah memeluknya dari belakang dan tangan yang satunya dengan sigap membekap mulutnya agar tidak berteriak. Vina yang terkejut tentu saja meronta-ronta, namun pemberontakan itu justru makin membakar nafsu kedua orang itu.
Pak Jarwo dengan gemas meremas payudara kirinya dan memilin-milin putingnya. Si Ray berhasil menangkap kedua pergelangan kakinya yang menendang-nendang. Dibentangkannya kedua tungkai itu, lalu dia berjongkok dengan wajah tepat di hadapan kemaluan Vina.
“Wah jembutnya lebat juga yah, kaya si neng komentar Ray sambil menyentuhkan lidahnya ke liang vagina Vina, diperlakukan seperti itu Vina cuma bisa merem melek dan mengeluarkan desahan tertahan karena bekapan Pak Jarwo begitu kokoh.
“Hei, jangan rakus dong Ray, dia kan buat Pak Jarwo, tuh jatahlu masih nunggu di luar sana kataku padanya.
Mengingat kembali sasarannya semula, Ray menurunkan kembali kaki Vina dan bergegas menuju ke kolam.
“Jangan terlalu kasar yah ke dia, bisa-bisa pingsan gara-gara lu godaku.
Setelah Ray keluar tinggallah kami bertiga di kamarku. Pak Jarwo langsung menghempaskan dirinya bersama Vina ke ranjang spring bed-ku. Tak berapa lama terdengarlah jeritan Icha dari kolam, aku melihat dari jendela kamarku apa yang terjadi antara mereka. Icha terpelanting dari kursi santai dan berusaha melepaskan diri dari Ray. Dia berhasil berdiri dan mendapat kesempatan menghindar, tapi kalah cepat dari Ray, tukang kebun itu berhasil mendekapnya dari belakang lalu mengangkat badannya.
“Jangan.. tolong! jeritnya sambil meronta-ronta dalam gendongan Ray.
Baca Selengkapnya KLIK DISINI YA BOS
Sumber : Cerita Lendir 168