Sebagai Mahasiswa dari daerah, aku masih lugu sekali tentang kehidupan Ibukota Jakarta. Di Jakarta aku tidak punya sanak famili, jadi aku tinggal disebuah rumah kos yang dikelola oleh seorang wanita dia janda muda. Wanita itu tidak punya suami dan tidak punya anak. Dia tinggal bersama dua orang pembantunya di rumah yang semegah itu.
Aku memilih rumah kos Mba Ririn karena lokasinya dekat dengan Kampusku. Rumah kos itu terdiri dari banyak kamar, yang dihuni oleh Mahasiswa/mahasiswi, pelajar, karyawan swasta, hostess, dan berbagai kalangan profesi. Aku memilih kamar yang paling murah dengan fasilitas yang paling sederhanya, letaknya paling belakang, pojok dekat dengan kamar pembantu.
Aku memilih kamar itu, karena sewanya yang paling murah. Jika mengambil kamar dilantai atas, bisa bangkrut aku. Apalagi kamar yang dekat kamarnya Mba Ririn, barangkali jauh lebih mahal. Memang ada dua kamar disamping kamar Mba Ririn, kamar itu dibiarkan kosong, katanya untuk sanak famili yang menginap.
Pergaulan di rumah kos itu tampaknya acuh tak acuh, Lu ya elu, gue ya gue, individualistis sekali. terus terang, aku yang paling minder disana, karena aku yang paling “kere”. Walau aku kere, tapi terkadang aku sok pede, sok yakin, sok percaya diri. Diantara penghuni kos, akulah yang paling sering ngobrol dengan Ibu Kos. yang lainnya sibuk enggak punya waktu. bahkan pernah diajak makan bersama diruang makannya yang megah itu. Ternyata dia ramah sekali, lembut, sopan santunnya tinggi sekali, bahkan dia selalu memaklumi aku jika aku terlambat membayar uang kos.
Kalau yang lainnya, ada yang sering nunggak bayar kos, dan nasibnya disuruh mengosongkan kamarnya alias disuruh pergi !!! Kabanyakan dari mereka adalah wanita. kayaknya dia tak suka sama wanita. Aku pernah nunggak tujuh bulan, Mba Ririn tetap senyum-senyum saja menerima penjelasanku, kenapa aku terlambat. Dan selalu mengatakan It's Okay No Problem !!!.
Kamu itu kan adik saya ?!. Jawabannya itu lho ? membuat aku GR banget, dan membuat aku bingung, kenapa hanya aku mendapat pelayanan istimewa ? mendapat prilaku berlebihan ? Semua jawaban itu baru terkuak ketika pada suatu malam dengan hujan yang sangat lebat kira-kira pukul 12.00 malam, dimana rumah kos itu sunyi sekali dan sebagian besar penghuninya pulang kampung karena musim liburan panjang.
Kamarku yang dibelakang dan pojok, malam itu bocor, gentingnya memang sudah pada enggak karuan, kasurku basah kuyup, aku kuwalahan menghadapi air hujan sialan itu. Aku hanya bisa mojok sambil kedinginan. Dan…..tiba-tiba pintu diketuk dari luar. Aku membukanya, astaga ! Ibu Ririn yang datang. ” Kamarmu bocor ya ?, yuk pindah diatas saja, kasihan kamu kedinginan ” Ajaknya. Aku mengangguk dan tanpa pikir panjang lantas bergegas pergi ke kamar atas bersama Mba kosku.
Aku diajaknya ke kamar dia, dan aku diberikan handuk untuk mengeringkan rambutku yang kena bocoran air hujan tadi dikamarku. Aku menuruti perintahnya, disuruhnya sekalian saja aku mandi air hangat di kamar mandi pribadinya, aku nurut saja. Kapan lagi ? kesempatan mendapat pelayanan dengan fasilitas yang sangat OK. Selesai mandi, aku keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk yang melingkar dibagian perutku, hanya untuk menutupi bagian vital tubuhku saja.
Begitu aku melihat Mba Ririn, aku terkejut sekali, dia sudah ganti pakaian dengan busana tidur yang tipis sekali, dia tidak pakai BH dan bagian bawahnya tampaknya juga begitu, gaun itu transparant sekali diterpa sinar lampu kamar itu yang terang benderang. Dia berdiri dihadapanku, aku sempat gugup dan salah tingkah. Tiba-tiba dia menarik lenganku, aku dipeluknya dan bibirku diciumnya. Kontan saja handuk yang melingkari alat vitalku melorot dan membuat aku bugil. Aku masih terdiam, pasrah saja, gugup tidak tahu apa yang harus kuperbuat.
Tanganku ditarik Mba Ririn, ditempelkannya di teteknya yang besar itu. ” Remas-remas dong sayang ? remas yang mesra ya ?” pintanya. Aku melakukannya dan ku elus dan kuremas-remas tetek itu. Dia menggeliat-geliat. Posisi kami masih berdiri tegak, alat vitalku berdiri tegak pula besar dan kencang sekali. Mba Ririn melepas pelukannya dan lantas menatapku sambil tersenyum manis sekali. ” Bingung ya ?” Tanyanya. Aku menggeleng tersipu. ” jangan takut, enggak ada siapa-siapa disini, tidak ada yang berani naik ke kamarku ini. Kamu suka ?” Aku mengangguk ****. Mba Ririn menuntunku ke tepi tempat tidurnya. Dia merebahkan tubuhnya dengan kaki menjulur keluar tempat tidur. Posisinya menantang sekali.
Lekuk tubuhnya tampak jelas sekali menerawang dari gaun transparan itu. Aku masih berdiri bugil. Ku perhatikan mekinya Mba Ririn yang besar dan seksi itu. Dia memberi isyarat agar aku mendekat. Setelah aku duduk disisinya, dia bangkit dan langsung membuka gaunnya hingga kami sama-sama bugil alias telanjang bulat. Jari jemari Mba Ririn mengelus-elus alat vitalku, sambil dia mendesah-desah manarik nafasnya panjang panjang. Dia birahi sekali tampaknya.
Tak lama kemudian dia menjilati alat vitalku, dari mulai biji kemaluanku hingga ke ujung atau kepala kemaluanku. Lantas diisapnya dengan penuh penghayatan. Matanya merem melek. Dikocok-kocoknya alat vitalku, yang membuat semakin tegang dan semakin membesar. ” Wah besar sekali ? ” katanya terkagum kagum melihat alat vitalku. ” Kamu macho banget, jantan sekalii . Tidak salah aku memilih kamu, kamu masih muda punyamu kelas super ” sambungnya sambil mengocok-ngocok kemaluanku. ” Kita main di sofa saja ya ? ”
Ajaknya mesra. ” Baik Mba” jawabku. ” Jangan panggil aku Mba, panggil saja aku Ririn, begitu kan lebih dekat rasanya “. Kami pindah ke sofa, aku disuruhnya duduk dengan kaki dibuka lebar. Dia naik diatasku dan langsung memasukkan kemaluan ke dalam lubang mekinya, lalu beraksi dengan gerakan naik turun mengocok-ngocok kontolku. Ku peluk dia, kuciumi teteknya, dia semakin bernafsu. Diluar sementara hujan semakin lebat angin bertiup kencang sekali. malam itu kami larut dalam buaian surga dunia yang indah dan nikmat sekali.
Ririn orangnya nyentrik sekali. Dibagian bahunya ada tato kupu-kupu, gaya hidupnya juga kayak anak muda. Meki Ririn pulen sekali rasanya dan dalam. Tubuhnya langsing tinggi, rambutnya sebahu lebat sekali, sama lebatnya seperti bulu mekinya itu. Kami masih bertempur habis-habisan diatas sofa. Aku masih dibawah, dia diatas. Goyangannya indah sekali, tampak dia profesional sekali melayani aku. ” Kamu sering jajan ya ?” tanyanya. ” Maksud kamu apa Ririn?
” Aku balik bertanya. ” Yah..itu tuh…sering cari itu tuh….wanita “P” , sering main dimana kamu ?” ” Ah…mana saya punya uang untuk yang begitu ” ” Tapi mainanmu lihay sekali, nyodoknya juga oke banget lho, aku sudah dua kali orgasme, masih belum puas, tapi kamu masih tetap bertahan kuat” Jelasnya memuji. Aku diam saja, aku masih menjilati teteknya yang besar dan montok itu. ” Sekarang kita main di tempat tidur, kamu diatas ya ?” Pintanya. Kami main diatas ranjang, aku posisi diatas. Aku dipeluknya erat sekali, bibirku dilumat habis oleh Mba Ririn. Wah permainanya hot sekali. ” Sudah lama aku kesepian, tolong puaskan aku Don, sepuas-puasnya ” Pintanya. ” Sampai pagi ?” jawabku. ” Ya bila perlu sampai pagi. Remas tetekku, goyangnya yang kenceng dong ? terus Don…terus Don…semakin kedalam, Oohhh..mentok Don ! enak banget Don, kontolmu besar banget, sampai mentok banget nih…? tapi nikmat sekali, jilati tetekku Don aku sudah mau keluar, bareng ya keluarnya ? ” Pintanya memelas.
Baca Selengkapnya KLIK DISINI