Bab 11
Wajah Asli
“Oh, teteh. Si Joni kalau sudah besar mukanya mirip mas Ade yah? Walaupun saya baru 2 kali lihat mukanya mas Ade.” Yadi mencoba mencairkan suasana.
“Di, jangan sebut nama mas Ade didepan saya.”
“Maaf, teh. Saya ga tahu.” Yadi kikuk.
“Eh, jawab dong pertanyaan teteh tadi.”
“Iya deh, teteh Bad. Adik sudah lupa rasanya ASI, karena adik sudah besar. Jelas kan teh?” kata Yadi berusaha melucu dengan gaya kekanak-kanakkan.
“Hahaha...Hahaha” Bad tertawa cekikikan..
“Hahaha...Hahaha...”Yadi pun tertawa lepas, Yadi senang dapat membuat Bad tertawa sebenarnya Yadi menaruh hati kepada Bad semenjak pertama kali Bad pindah tinggal bersama dengan Sarin. Ia terpesona kepada kemolekan Bad, ia mengira Bad adalah seumur dengannya.
“Di, kamu tuh paling jago bikin orang tertawa.” Bad bangkit kemudian mengelus bahu Yadi. “Upahnya aku pijitin bahunya deh! Ntar upah yang lain diambil di Surga.”
Bad memijiti bahu Yadi, tangan Bad semakin turun ke tengah dada Yadi dan mengelus-elus, lalu bergerak ke arah puting Yadi dan mengelus-elus dengan lembut disana. Yadi yang sedari tadi terdiam mulai gelisah tubuhnya gemetaran setelah putingnya dielus Bad. “Ya Allah, wanita ini tidak ketahuan maksud sebenarnya!!”. Yadi terangsang kembali karena Bad, seketika Yadi bangkit dari duduknya. “Sudah, teh terima kasih.” Bad sampai terjengkang ke sofa karena terkejut dan terdorong tubuh Yadi.
“Aduh, tali kutang gua putus deh. Gara-gara kamu nih, Di!”
Bad pun mengangkat kausnya yang ketat di bagian punggung, ia mencoba mengaitkan kembali tali kutangnya. “JEDERRRRR!!!!” bunyi kilat diluar terdengar amat kuat, hingga jendela sampai bergetar. “Auuuwww!!” Bad meloncat dan memeluk dalam posisi dipangku Jayadi. Yadi terkejut refleks ia memeluk tangannya melingkari dan menyentuh punggung Bad yang polos. “Geledeknya gede banget yah, Di? Teteh takut banget dengernya!” Bad lalu menarik tangan Yadi agar melepaskan pelukannya dan menarik turun kaus ketatnya sampai punggungnya tertutup kembali. Yadi merasakan himpitan tetek Bad yang sekal didadanya, kontolnya sudah tidak dapat menahan nafsu lagi. Kali ini ia biarkan Bad duduk diatas pangkuannya, Bad pun merasa perlawanan Yadi mulai melemah ia merasakan selangkangannya tertekan batang kejantanan yang mengeras dibawah sana. “Teteh numpang bentar yah, oh yah sekalian tolong kaitin tali BH teteh dong. Susah nih tadi, maaf ya teteh lepas kaus aza deh. Kamu juga udah sering liat teteh netekkin Joni kan?Hahaha...” Bad melepaskan kausnya hingga ia hanya mengenakan kutang dan jeans saja. Yadi panik dan gelagapan, lalu tangannya gemetaran mencoba menyambungkan tali BH Bad.
Creeekk! Tali kutang Bad bertaut kembali, Bad tersenyum kepada Yadi “Di, tolong garukin dong gatal nih kena talinya tadi!” Yadi menggaruk punggung Bad dengan pelan, Bad merasakan ada getaran ditangan Yadi, yah tangan Yadi gemetar sekali...
“Sekaranglah saatnya!” Pikir Bad, ia berpura-pura melenguh pendek dan mendesis-desis seolah menikmati “Ooohhh...mssssss....mssss, iya disitu gatalnya disana...”.
Yadi tidak tahan lagi, ia memberanikan jemarinya meraba ke arah pinggul Bad “Maaf, teh. Ada semut disini tadi gatal ga?” Bad tersenyum tentu saja senyuman Bad tidak dapat terlihat oleh Yadi yang memunggunginya “Enggak ah, Di. Yang dibawah ini lebih gatal sih, tapi kamu ga boleh garukin...hahahaha”. Dasar si bodoh Jayadi, ia menjawab “Iya, teh. Tenang aja Yadi ga garuk ke bawah kok.” Bad kecewa sungguh pengecut lelaki satu ini, ia lalu mencoba memancing “Tapi kalau Yadi mau coba garukkin gapapa kok!” Suasana hening sesaat, Bad sudah tidak tahan lagi dengan sikap pura-pura acuh Yadi. Ia lalu merapatkan punggungnya ke badan Yadi, “Di, bahu teteh gatal nih! Tolong garukkin juga yah!” “Iya, teh.” Perlahan tangan Yadi merayap ke bahu Bad, kini tubuh mereka merapat Bad dapat merasakan benda yang panjang dan keras itu menekan di pinggangnya. Tak mau kehilangan kesempatan, “Di, kok burung kamu tegang? Jangan-jangan kamu terangsang sama teteh? Teteh jadi takut nih!” “Hah, enggak kok teh. Itu mah tali pinggang yang kesangkut!”
“Hahahaha, jangan pura-pura ah. Coba teteh pegang!” Tangan Bad meraih ke arah belakang dan meremas-remas benda tersebut. “aaauuwww....apaan ini, Di? Panjang banget, ini bukannya si burung?” Bad tertawa. “Hmmmm, iya ini burung. Dan sekarang gua minta maaf.” Yadi tidak dapat mengendalikan dirinya lagi, tangannya merayap kedepan meremas tetek Bad. “Eh, apaan ini? Kok ngeremes tetek segala sih? Jangan kurang ajar, Di!” Yadi yang sudah kesetanan bagaikan kucing dapat ikan asin merangsek terus tangannya apalagi melihat sikap Bad yang tidak menolak, hanya mulut Bad saja yang terus berceloteh...
Ia melepaskan kutang Bad, lalu meremas-remas tetek dengan lembut ia mengarahkan ke atas, kanan, kiri dan bawah memijatnya seperti orang yang sedang membuat adonan kue. Setelah puas memijat dan meremas, Yadi menghisap puting Bad. Walau amatir dan tanpa pengalaman, Bad menikmati cara Yadi menghisap putingnya. Yadi mengecup-ngecup dahulu daerah sekitar puting Bad yang berwarna coklat kemerahan, lalu ia mengatupkan giginya dengan lembut diputing Bad dan menggerak-gerakkan lidahnya.
Bad sampai kegelian dibuatnya dan mengerang-erang penuh kenikmatann “Ahhhh....ssss....ssssssshhhh....Ahhhh.....udah.....udahhh....gelliiiii...hihihihi.....ssshh”
Yadi bertambah gila, kini ia menghisap puting Bad dijejalkan tetek Bad sepenuh-penuhnya masuk kedalam mulut dan dihisapnya dengan kuat-kuat. Terus diulanginya pada tetek kanan dan kiri, sampai tetek Bad basah oleh liurnya. Tak puas bermain di tetek, Lidah Yadi turun keperut dan menciumi perut ia dengan cepat melucuti jeans dan kolor Bad. Hingga Bad kini bugil tanpa sehelai benang pun yang melekat, sedangkan Yadi entah kapan sudah melucuti bajunya sendiri dan kini ia sudah bugil...
Lidah Yadi menari-nari di atas pusar Bad, dan ia terus menciumi perut Bad hingga turun ke selangkangan. Tapi Yadi menghentikan ciumannya disana, ia ragu untuk meneruskan ciumannya lebih kebawah lagi menuju kelamin Bad. Ia membatalkan niatnya dan mencium bibir Bad, ia melihat Bad hanya memejamkan mata. Ditindihlah tubuh Bad, dan ia mencoba memasukkan kontolnya kedalam memek Bad.
“Blessssss!!!” Mata Bad tiba-tiba terbuka, Bad merasakan nikmat sekali seperti rasa gatalnya yang belum hilang dari pagi ada yang menggaruk. Yadi mulai memompa tubuh Bad dari atas, peluhnya mulai keluar membanjiri tubuh. Ia memberikan variasi tusukan, tusukan langsung dan cepat menuju kedalam terkadang tusukan lambat dan menusuk kedalam serta tusukan lambat menusuk menggantung. Bad sudah tidak tahan, Bad membanting Yadi sehingga posisi Bad sekarang diatas. Dia mengerakkan pinggulnya kedepan dan belakang, merasakan kenikmatan yang tiada tara dari gosokan kontol yang berada dalam liang memeknya. “Di, pernah ngerasain ini ga? Teteh kasi tau pelajaran ini yah?” Bad lalu menggoyangkan pinggulnya membentuk lingkaran, ia mengulek-ngulek pinggulnya . “Aaarrggghhh...” Yadi menceracau, merasakan kenikmatan liukan pinggul Bad yang membawa kontolnya berputar-putar didalam liang memek sana.
Setelah beberapa kali liukan Bad mulai capai, liukannya mulai melemah. Yadi tidak puas dengan ini, kemudian ia menyuruh Bad nungging ia bersimpuh di belakang dan memasukkan kontol dari posisi bersimpuh. “Clesss!” Memek Bad sudah basah terangsang hebat sehingga jalan bagi kontol terbuka, Yadi mulai memompa kembali.
Ia gemas karena pinggul Bad yang berukuran sedang dan pantatnya membulat menciptakan sensasi yang nikmat bila bersetubuh dengan gaya seperti ini. Yadi
memompa dengan cepat, semakin gemas ia menjatuhkan Bad hingga tertelungkup disofa. Lalu Yadi melanjutkan kembali perbuatannya, kali ini dengan posisi telungkup Bad. Peluh mereka sudah bercampur menjadi satu, Bad melenguh-lenguh panjang “Aaaaaahhh....hssssshh..iyaaahhhh.....sshhhhh...mmhh...dalaman dong...kurang dalam....iya...disituuu..”
Yadi mempercepat gerakannya, “aaarrrggghhhh....ooohhh..sssshhhh...”
Bad merasakan semprotan hangat didalam memeknya seiring dengan orgasme yang ia alami.. ia pun mendesiss “Ssssshhhhhhhhhhhh...........aaahhh.....!”. Yadi berbisik “Hosh...hoshh makasih yah, teh. Gua janji bakal tanggung jawab sama lu, tapi anak2 lu gua agak keberatan! Nanti kita omongin deh, kalo kita dah resmi pacaran”
Tiba-tiba pintu terbuka “Krieeett!” Tampak Sarpan sudah berada didepan pintu
“Teteh, Mas Yadi?? Pada ngapain disiniii??”
“Pan, tutupin pintunya. Dasar bodoh luhh, gua lagi enak-enak sama kakak tiri luu!”
"Astagfirullahh, sarpannn??! Ini ga seperti yang lu bayangin, teteh lagi mijitin..." belum sempat kata2 dari bibir Bad terucap Sarpan sudah memotong,
“Mas Yadi, sudah puas belon? Akhirnya bisa menikmati tubuh teteh Bad kan? Gua udah bilang semua cewek cantik bisa dipesan kok, Bos. Yang penting ada duitnya dehhh! Sekarang ongkosnya 500 rebu kan kemarin udah janji? Hahahaha....”
"Iya udah nihhh!! Besok lu ambil aza di rumah deh!"
"????!” Bad kagettttt!!
Bad terkejut ternyata bukan ia yang sedang menipu Yadi tapi Yadi pun sebenarnya sedang menipunya. Yadi berpura-pura tidak mau karena ia sedang menikmati foreplay permainan kata-kata dari bibir Bad.... Bad menangis menahan malu disofa, cerita inilah cikal bakal alasan mengapa Bad kini menjadi salah satu terapist freelance yang terkenal di daerah Jakarta..
Tamat