Pada dasarnya Keluargaku boleh dibilang berkecukupan, hal ini selain karena kemampuan bisnis mama yang baik, juga orang tua mama memberikan jatah warisan yang banyak kepada anak–anaknya. Jadi untuk urusan finansial, tidak ada masalah yang terlalu berarti bagi kami.
Mamaku, Susy, usianya 35 tahun, keturunan Jakarta dan ada masih darah Jepang dari pihak ayahnya, menikah di usia muda, dengan ayah yang berbeda usia 13 tahunan, karena dijodohkan, dalam hal ini karena adanya hubungan bisnis antara orangtua mama dan papa, kini mama sudah men-janda, bercerai dengan papaku, saat aku berusia 9 tahun.
Kakakku Lisa, 4 tahun lebih tua dariku, paling disayang sama oma dan kakek ku, waktu kakak naik ke kelas 3 SMA diminta oleh nenek dan kakek ku melanjutkan di Jakarta menjadi kediaman mereka. Kuliahnya pun juga di kota tersebut. Kalau lagi rajin seminggu sekali dia pulang, tapi kalau tidak, maka aku dan mama yang ke sana.
Mamaku bercerai dengan papaku karena papaku menikahi simpanannya. Papaku sendiri adalah seorang pengusaha yang sukses dan memiliki banyak perusahaan. Tapi Mama tidak sudi untuk di duakan. Menurutku papaku itu amat sangat bodoh, meninggalkan wanita secantik dan seseksi mamaku.
Aku amat membenci papaku, tidak pernah terlintas untuk memaafkannya. Sewaktu bercerai, papa memberikan rumah mewah dua lantai kepada kami, juga memberikan uang cerai yang amat besar pada mama. Untuk urusan biaya pendidikan, papa akan menanggung semua biaya yang diperlukan. Mama kemudian menggunakan uang tersebut di tambah uang yang mama miliki untuk mendirikan perusahaan sendiri.
Bergerak di bidang jasa, pelayaran, trading dan eksport – import.
Kami kini hidup bertiga saja, untuk urusan rumah tangga, mama memutuskan untuk tidak memakai tenaga pembantu, katanya buat apa, toh tidak terlalu banyak kegiatan yang dilakukan kami bertiga, rumah juga tidak terlalu kotor, untuk urusan mencuci dan setrika, untuk cuci dan setrika mama menggaji mbak Eti yang tinggal di dekat komplek kami, sudah kerja tahunan dengan kami, mama mempercayakan kunci rumah juga padanya, tidak harus datang setiap hari. Untuk makan, bisa membeli di luar atau mama yang akan memasak.
Setelah bercerai, mama mencurahkan semua hidupnya untuk kami anak – anaknya, juga untuk mengurus Perusahaan yang dikelolanya. Ternyata otak bisnis mamaku juga oke, dalam waktu singkat Perusahaannya berkembang pesat dan memiliki beberapa anak Perusahaan di dalam dan luar kota. Papaku yang brengsek itu juga suka datang menjenguk anak – anaknya, tapi bagiku tidak ada yang special dan berkesan, cuma formalitas saja.
Kami bertiga hidup saling menyayangi, aku mencintai dan menyayangi mama dan kakakku, maklum ini mungkin karena aku merasa sebagai satu – satunya lelaki di rumah. Kehidupan sehari – hari berjalan biasa saja. Saat di rumah, mama tidak terlalu memperhatikan busana, kalau sudah pulang kerja atau saat santai, biasanya pakai daster atau baju tidur yang seksi dan mini. Mama tidak merasa canggung, biasa saja baginya. Kalau sedang ganti baju juga mama sering tidak menutup pintu kamarnya.
Baca Selengkapnya: KLIK DI SINI