Cerita Seks Merasakan Nikmatnya
Mencicipi Body Semok Mahasiswi. Aku baru menikah, karena suamiku belum
punya rumah, kamu numpang di rumah om nya yang duda tanpa anak dan
tinggal sendiri. Sebagai pengantin baru, tentunya aku dan suamiku lebih
sering menghabiskan waktu di kamar. Sayangnya suamiku tidak perkasa kalo
di ranjang. Sering ditengah permainan, saat aku sedang nikmat2nya
suamiku keok duluan. Suatu sore, sepulang dari kantor, om lupa membawa
kunci rumah.Dia rupanya mengetuk pintu cukup lama tetapi aku tidak
mendengarnya karena aku sedang di kamar mandi. Ketika keluar dari kamar
mandi, baru samar-samar aku mendengar ketukan pintu.
Siapa, pikirku sambil segera mengenakan
kimono dari bahan handuk yang pendek, sekitar 15 cm diatas lutut. Aku
membukakan pintu. Om ternganga melihat kondisi aku yang baru selesai
mandi. Tinggiku sekitar 167 cm. Rambutku tergerai sebahu. Wajah ku
cantik dengan bentuk mata, alis, hidung, dan bibir yang indah, itu kata
suamiku lo. Karena kimonoku pendek, maka paha dan betis ku tampak dengan
jelas.. Kulitku kelihatan licin, dihiasi oleh rambut-rambut halus yang
pendek. Pinggulku besar melebar. Pinggangku kelihatan ramping.
Sementara kimono yang menutupi dadaku
belum sempat kuikat secara sempurna, menyebabkan belahan toketku yang
montok itu menyembul di belahan baju, pentilku membayang di kimonoku.Aku
belum sempat mengenakan bra.
Leherku jenjang dengan beberapa helai
rambut terjuntai. Sementara bau harum sabun mandi terpancar dari
tubuhku. Dari samping toketku begitu menonjol dari balik kimonoku. Om
berjalan mengikutiku menuju ruang makan. Pasti dia memperhatikan gerak
tubuhku dari belakang. Pinggulku yang besar itu meliuk ke kiri-kanan
mengimbangi langkah-langkah kakiku.“Sori Sin, om lupa bawa kunci. Kamu
terganggu mandinya ya”, katanya. “Udah selesai kok om”, jawabku. Dia
duduk di meja makan. Aku mengambilkan teh untuknya dan kemudian masuk ke
kamar. Tak lama kemudian aku keluar hanya mengenakan daster tipis
berbahan licin, tonjolan toketku membusung. Aku tidak mengenakan bra,
sehingga kedua pentilku tampak jelas sekali tercetak di dasterku.Aku
mengambil toples berisi kue dari lemari makan. Pada posisi
membelakanginya, pasti dia menatap tubuhku dari belakang. Kita ngobrol
ngalor ngidul soal macem2.
Dia menatapku dari dekat tanpa rasa
risih. Aku tidak menyadari bahwa belahan daster di dadaku
mempertontonkan toketku yang montok kala agak merunduk. Akhirnya
pembicaraan menyerempet soal sex. “Sin, kamu gak puas ya sama suami
kamu”, kataku to the point.Aku tertunduk malu, mukaku semu kemerahan.
“Kok om tau sih”, jawabku lirih. “Om kan pernah denger kamu melenguh
awalnya, cuma akhirnya mengeluh. Suami kamu cepet ngecretnya ya”,
katanya lagi. “Iya om, cepet banget keluarnya. Sintia baru mulai ngerasa
enak, dia udah keluar. Kesel deh jadinya, kaya Sintia cuma jadi pemuas
napsunya aja”, aku mulai curhat. Dia hanya mendengarkan curhatanku saja.
“Om, mandi dulu deh, udah waktunya makan. Sintia nyiapin makan dulu
ya”, kataku mengakhiri pembicaraan seru. “Kirain Sintia nawarin mau
mandiin”, godanya. “Ih si om, genit”, jawabku tersipu. “Kalo Sintia mau,
om gak keberatan lo”, jawabnya lagi.Aku tidak menjawab hanya berlalu ke
dapur, menyiapkan makan. Sementara itu dia masuk kamarnya dan mandi.
Selesai mandi, dia hanya
memakai celana pendek dan kaos. Kelihatannya dia tidak mengenakan CD
karena kontolnya yang ternyata ngaceng berat kelihatan jelas tercetak di
celana pendeknya. Aku diam saja melihat ngacengnya kontolnya dari luar
celana pendeknya. Rupanya om terangsang ketika ngobrol seru sebelum dia
mandi itu. Ketika makan malem, kita ngobrol soal yang lain, aku berusaha
tidak mengarahkan pembicaraan kearah yang tadi. Tetapi om masih
diabawah pengaruh napsu berahinya. Dia menatapku dengan pandangan yang
seakan2 mau menelanjangiku.
Selesai makan, aku membereskan piring
dan gelas. Sekembalinya dari dapur, aku terpeleset sehingga terjatuh.
Rupanya ada air yang tumpah ketika aku membawa peralatan makan ke dapur.
Betis kanan ku membentur rak kayu.“Aduh”, aku mengerang kesakitan. Dia
segera menolongnya. Punggung dan pinggulku diraihnya. Dia membopong ku
kekamarku.
Dia meletakkan aku di ranjang. Belahan
dasterku terbuka lebih lebar sehingga dia dapat dengan leluasa melihat
kemontokan toketku.Aku berusaha meraih betisku yang terbentur rak tadi.
Kulihat bekas benturan tadi membuat sedikit memar di betis ku. Dia pun
berusaha membantuku. Diraihnya betisku seraya diraba dan diurut bagian
betis yang memar tersebut.“Pelan om, sakit”, erangku lagi. Sambil terus
memijit betisku, dia memandang wajahku. Mataku akhirnya terpejam.
Nafasku jadi teratur. Aku sudah tertidur. Mungkin karena lelah seharian
membereskan rumah.Mendadak aku terbangun karena om membuka dasterku.
“Om, Sintia mau diapain”, kataku lirih.
Dia terkejut dan segera menghentikan
aksinya. Dia memandangi tubuh mulusku tanpa daster yang menghalanginya.
Tubuh molekku sungguh membangkitkan birahi. toket yang besar membusung,
pinggang yang ramping, dan pinggul yang besar melebar. pentilku berdiri
tegak.Rupanya selama aku tertidur, dia menggerayangi sekujur tubuhku
sehingga naspunya tak terbendung lagi. Dia sudah bertelanjang bulat. Aku
terkejut melihat kontolnya yang begitu besar dan panjang (dibandingkan
dengan kontol suamiku) dalam keadaan sangat tegang. Napsuku bangkit juga
melihat kontolnya, timbul hasratku untuk merasakan bagaimana nikmatnya
kalo kontol besar itu menggesek keluar masuk nonokku.
“Sin, om mau ngasi kenikmatan sama
kamu, mau enggak”, katanya perlahan sambil mencium toket ku yang
montok.Aku diam saja, mataku terpejam. Dia mengendus-endus kedua toketku
yang berbau harum sambil sesekali mengecupkan bibir dan menjilatkan
lidahnya. pentil toket kananku dilahap ke dalam mulutnya. Badanku
sedikit tersentak ketika pentil itu digencet perlahan dengan menggunakan
lidah dan gigi atasnya.
<b>Selanjutnya</b>