Bulan Ramadhan khususnya di negara Indonesia, kebutuhan akan konsumsi makanan melonjak naik, misalnya kebutuhan akan makanan baik makanan untuk berbuka puasa maupun makanan untuk sahur. Biasanya bulan Ramadhan bahan-bahan kebutuhan pokok tersebut akan naik sehingga masyarakat kesulitan untuk memenuhinya dan menjadi terbebani. Belum lagi adanya permainan para pedagang besar yang nakal, dengan sengaja menyimpan bahan pokok tersebut mengakibatkan dipsaran menjadi langka sehingga susah didapatkan dan kalaupun ada harganya menjadi mahal. Menurut, Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia Peter Jacobs menyatakan, bulan puasa dan lebaran seharusnya tidak ada kenaikan harga barang, sebab, pemerintah telah melakukan koordinasi terkait permintaan (demand) dan persediaan (supply) barang. Bulan ramadhan ini kita upayakan sosialisasikan dan komunikasikan kepada masyarakat, sehingga seharusnya harga tidak naik, karena kita sudah koordinasikan supply dan demand dijaga dengan baik. Bank Indonesia telah berkoordinasi dengan pemerintah untuk memastikan saat ramadhan dan lebaran tidak harus ada kenaikan harga barang. Jika terjadi kenaikan permintaan, pemerintah akan menambah suplai, supaya tidak harus ada kenaikan harga.
Namun, jika para pedagang sudah menaikkan harga, diperlukan sosialisasi ekstra kepada para pedagang dan suplier, jadi ketika ramadhan dan lebaran tidak terjadi kenaikan harga yang signifikan, paling tidak inflasinya rendah. Inflasi di Indonesia terjadi karena banyak hal, seperti proses distribusi, proses suplai, gagal panen, dan lain-lain. Dari sisi suplai barang yang kurang, bisa menimbulkan kenaikan harga. Tapi jika kondisi saat ini harga bahan kelompok inti dan bahan makanan bergejolak (volatile food) turun itu lebih disebabkan hasil panen bagus. Sehingga pemerintah menjaga supaya suplainya bagus, agar tidak ada inflasi dari sisi suplai. Namun, inflasi juga bisa terjadi dari sisi demand misalnya ada peningkatan uang beredar. Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan dan Pertanian (Diskopindagtan) Kota Cimahi, Jawa Barat, Huzen Rachmadi, mengatakan stok dan harga bahan-bahan pokok di Kota Cimahi masih normal, berdasarkan dari perkembangan harga, masih normal untuk sementara ini. Namun, biasanya kenaikan terjadi saat benar-benar sudah dekat dengan bulan Ramadhan. Karena itu, berencana membuat bazar murah untuk masyarakat, nantinya akan menyediakan kebutuhan pokok masyarakat antara lain pakaian dan sembako atau yang dibutuhkan dalam bulan puasa dan lebaran supaya kebutuhan masyarakat bisa terpenuhi. Dalam waktu dekat, pihaknya bakal mengirimkan surat resmi kepada perusahaan swasta yang menaungi supermarket ataupun minimarket, untuk meminta mereka agar membuat bazar murah selama Ramadhan. Nantinya akan diinventarisir di mana saja lokasi-lokasi yang harus dibuatkan bazar.
Pemda Cimahi, untuk mengantisipasi lonjakan harga kebutuhan pokok di pasar tradisional, memang tidak menyediakan stok cadangan, namun demikian jika kenaikan harga kebutuhan pokok sudah mencapai 10 persen, pihaknya akan mengajukan surat permohonan pihak pemerintah provinsi dan bulog, untuk membantu menyediakan kebutuhan pokok di Kota Cimahi. Saat ini bahan pokok, yang sudah ada di provinsi dan di pusat (bulog), sudah mampu memenuhi kebutuhan, tinggal kita lihat apabila diperlukan akan membuat surat permohonan terkait pasar khusus kepada mereka, karena kan nanti pasar khusus harganya murah dan nanti dibeli oleh masyarakat. Bahan-bahan pokok yang bakal dilindungi dari lonjakan harga, yakni beras, gula, terigu, telor, dan semacamnya. Sementara, untuk lonjakan harga terhadap komoditas seperti bawang merah dan cabai, itu tidak akan diintervensi pemerintah karena bukan kebutuhan pokok, namun tetap dimonitor.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo mengingatkan kepala daerah untuk mengendalikan inflasi berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi. Menurut Jokowi, target pertumbuhan ekonomi yang tercapai tidak ada artinya jika tingkat inflasinya mencapai 12 persen. Sebab, masyarakat akan membeli barang dengan kenaikan harga yang tinggi. Jokowi meminta agar komoditas harga penyumbang inflasi diperhatikan oleh masing-masing daerah serta dianggarkannya dana untuk kegiatan operasi pasar. Untuk bulan Ramadhan ini, adalah momentum untuk melakukan Financial Shutdown alias penghentian sementara keuangan kita untuk berubah total atau mengubah sebagian rencana dan mimpi keuangan keluarga sesuai dengan keadaan keuangan kita. Beberapa langkah sederhana yang bisa dilakukan ketika memutuskan untuk Financial Shutdown, yaitu memperbaiki pengeluaran bulanan dan mengurangi konsumsi, apakah pengeluaran bulanan kita memang sudah ideal ataukah masih bisa dikurangi demi menjamin keberlangsungan keuangan kita di masa depan. Sementara Menyesuaikan peta keuangan, dengan meninjau ulang pos-pos rutin setiap tahun, perlu dilakukan agar ketika bulan Ramadhan tiba, masyarakat bisa mempersiapkan menu-menu di bulan Ramadhan dengan maksimal, tanpa terbebani dengan naiknya harga barang-barang kebutuhan secara signifikan ketika menjelang bulan Ramadhan dan Syawal. Jika kebiasaan ini bisa dipupuk secara konsisten, maka persoalan naiknya harga barang di awal bulan Ramadhan dan Syawal akan bisa teratasi dengan sendirinya. Jika kebutuhan rutin tahunan bisa kita ubah polanya, maka untuk mimpi keuangan jangka panjang, bisa kita sesuaikan.
Berdasarkan fakta-fakta diatas, pemerintah pusat dan daerah telah siap untuk bulan suci Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri/lebaran. Dengan adanya pengalaman-pengalaman oleh pemerintah, selama berpuluh-puluhan tahun dalam menghadapai persediaan bahan pokok menjelang bulan Ramadhan dan lebaran seyogyanya masyarakat tidak perlu khawatir apabila nantinya ada kenaikan harga kebutuhan pokok. Pemerintah pusat sesuai dengan statement wapres JK, menjamin ketersediaan bahan pokok pada bulan suci Ramadhan dan lebaran 2015, tentunya harus didukung oleh pemerintah daerah yang ada diseluruh Indonesia agar persediaan bahan pokok menjelang Ramadhan dan lebaran harus bisa diantisipasi agar tidak ada kelangkaan dan kenaikan harga yang signifikan. Untuk masyarakat sendiri harus menjaga suasana Ramadhan agar situasi tetap kondusif. Apabila di tingkat masyarakat terjadi kelangkaan ataupun peningkatan harga bahan pokok maka diharapkan mendatangi pemerintah daerah setempat untuk berkonsultasi mencari solusinya, jangan melakukan aksi-aksi yang dapat merugikan diri dan masyarakat lainnya, misalnya malakukan aksi unjuk rasa atas ketidaksenangan dengan keadaan tersebut. Masyarakat juga harus dapat mengatur konsumsinya pada saat bulan Ramadhan, jangan menghambur-hamburkan uang secara berlebihan hanya untuk mengkonsumsi makanan ataupun membeli pakaian saat Hari Raya tiba, karena keadaan tersebut menjadi mubazir. Dengan demikian makna sebenarnya dari Bulan Ramadhan dan lebaran, dapat dirasakan masyarakat dengan suka cita.