Sejumlah perhelatan acara-acara besar kian banyak digelar di Indonesia. Hal ini sendiri tak lepas dari peran pesatnya pertumbuhan perekonomian dan pembangunan di Indonesia yang mempengaruhi berbagai sektor, baik dari sektor keuangan, infrastruktur, hingga sarana dan prasarana yang memadai sehingga mampu mendukung persiapan pelaksanaan konferensi-konferensi internasional. Meski beberapa tahun terakhir, keadaan politik tidak begitu bersahabat di dalam negeri. Namun, keadaan itu tidak membuat laju pertumbuhan ekonomi menjadi melambat di Negeri yang kaya akan rempah-rempah ini.
Pasalnya, di tengah perekonomian dunia yang sedang mengalami guncangan, Indonesia yang juga merupakan salah satu anggota ekonomi Asia Pasific Economic coorperation atau disingkat APEC, berhasil menempati posisi ke 16 di dunia dengan pertumbuhan ekonomi yang mencapai 6,5%.
Berbagai acara atau event-event internasional tidak lagi segan di gelar di Indonesia. Sebenarnya, jika semua acara yang mengundang banyak tamu dari luar negeri ini bisa dimanfaatkan dengan baik, tentunya akan mendongrak perekonomian kerakyatan. Padahal, jika Indonesia dapat melihat dan menjadikan setiap ajang internasional yang digelar di negeri ini, sebagai sebuah peluang yang dapat memajukan perekonomian bangsa, terutama ekonomi kerakyatannya, bisa dipastikan kesejahteraan yang selama ini diidam-idamkan oleh bangsa ini, bukan lagi hanya sekedar mimpi atau janji para calon pemimpin yang ingin maju ke pemilihan kepala daerah atau kepala Negara.
Diharapkan, dengan adanya momentum APEC CEO Summit 2013 bisa dijadikan sebagai cambuk untuk membawa perubahan besar terhadap negeri ini. Apalagi, sejak tahun 1995 silam sebuah organisasi yang menaungi grup bisnis tingkat tinggi atau lebih dikenal dengan sebutan APEC Business Advisory Council yang disingkat dengan ABAC, memudahkan untuk mengidentifikasi masalah dan memberikan rekomentasi prioritas dalam sektor bisnis dalam mencapai sebuah kebijakan yang lebih efektif, untuk membangun hubungan ekonomi yang lebih baik di Kawasan Asia Pasifik.
Keberadaan organisasi ini, juga diharapkan mampu lebih memberikan kesempatan bagi generasi muda untuk ikut berpartisipasi di dalamnya. Apalagi, jika melihat fakta dilapangan bahwa para pelaku bisnis saat ini, banyak dilakukan oleh generasi muda. Namun, disayangkan masih lemahnya regulasi yang mengatur tentang pebisnis muda, agar aman dalam menjalankan bisnis secara legal. Ini lantaran, banyaknya bisnis ilegal yang marak dipasaran akibat tidak adanya aturan yang membatasi berkembangan dunia bisnis ilegal di Negara ini.
Dipercayanya Indonesia sebagai tuan rumah dalam KTT APEC lalu, bisa dimanfaatkan oleh seluruh warga Negara dalam memperkenalkan dan memperlihatkan semua potensi yang dimiliki dengan jalan menjadi tuan rumah yang baik. Sehingga, dengan terciptanya kondisi yang aman, bisa menjadi awal untuk menumbuhkan kepercayaan di mata dunia untuk melakukan kerjasama baik regional maupun bilateral di masa yang akan datang.
Sudah waktunya masyarakat negeri ini, lebih terbuka dan lebih siap terhadap perubahan dunia. Bukankah menghargai keberagaman adat istiadat sudah mendarah daging pada diri rakyat Indonesia? Jika, hal ini dijadikan sebagai landasan dalam menerima setiap perubahan yang masuk dan diperkenalkan oleh dunia pada Indonesia, seharusnya penolakan demi penolakan yang hanya akan merugikan negeri ini tidak lagi harus terjadi. Perlu digaris bawahi kembali bahwa Negara ini berdasarkan asas Bhineka Tunggal Ika, dimana seharusnya bangsa ini bisa menghormati segala perbedaan yang ada. Bukan malah dijadikan alasan untuk menolak setiap perubahan yang terjadi.
Ayo, kembalikan semangat Bhineka Tunggal Ika dalam setiap kegiatan berbangsa, sehingga mampu menciptakan Negara yang siap menjadikan setiap momentum yang datang menjadi sebuah peluang untuk memajukan bangsa dan Negara.