Korosi pada dasarnya merupakan sifat alamiah dari logam untuk kembali ke bentuk semula. Dengan demikian sebenarnya korosi tidak dapat dihilangkan sama sekali. Akan tetapi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, proses korosi dapat dikendalikan sampai pada titik minimum yang dilakukan berdasarkan proses terjadinya. Salah satu metode pengendalian korosi untuk system perpipaan adalah proteksi katodik.
Proteksi katodik untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh Sir Humphrey Davy pada tahun 1820-an sebagai sarana control korosi utama pada alat pengiriman naval di Inggris. Kemudian lebih dikenal dan banyak dipakai pada tahun 1930-an di Gulf Coast Amerika dalam mengendalikan korosi pada pipa yang membawa hidrokarbon (gas bumi dan produk minyak) bertekanan tinggi. Di Indonesia metode ini dipergunakan secara lebih luas sejak tahun 1970-an.
Pada dasarnya proteksi katodik merupakan control korosi secara elektrokimia dimana reaksi oksida pada sel galvanis dipusatkan di daerah anoda dan menekan proses korosi pada daerah katoda dalam sel yang sama. Dengan demikian, teknologi ini sebenarnya merupakan gabungan yang terbentuk dari unsur-unsur elektrokimia, listrik dan pengetahuan tentang bahan. Unsur elektrokimia mencakup dasar-dasar proses terjadinya reaksi korosi, sedangkan unsur kelistrikan mencakup konsep dasar perilaku obyek yang diproteksi dan lingkungannya jika arus listrik dialirkan.
Untuk mendapatkan gambaran konsep dasar tentang proses korosi dan aplikasi proteksi katodik secara teoritis dapat dilihat pada Gambar 1.

Pada gambar 1(a) menunjukan ada dua buah logam besi dan zinc yang terpisah dan di celupkan ke dalam suatu elektrolit. Kedua logam tersebut akan terkorosi dan kedua reaksi korosi (oksidasi) diseimbangkan dengan reaksi reduksi yang sama, dimana pada kedua kasus tersebut terjadi pembebasan gas hydrogen. Kejadian akan berbeda jika kedua logam tersebut dihubungkan satu sama lain secara elektris seperti terlihat pada Gambar 1(b). disini reaksi korosi dipusatkan pada elektroda zinc (anode) dan hampir semua reaksi reduksi dipusatkan pada elektroda besi (katoda). Reaksi anoda zinc pada rangkaian Gambar 1(b) akan lebih cepat dari pada rangkaian (a). Pada waktu yang bersamaan, korosi pada besi akan berhenti. Dengan kata lain anoda zinc telah dikorbankan untuk memproteksi besi.
Pada aplikasi dilapangan , struktur yang dilindungi akan diusahakan menjadi lebih katoda dibandingkan dengan bahan lain yang dikorbankan untuk terkorosi. Proses ini dilakukan dengan cara mengalirkan arus searah dari sumber lain melalui elektrolit ke permukaan pipa dan menghindari adanya arus yang meninggalkan pipa. Jika jumlah arus yang dialirkan diatur dengan baik, maka akan mencegah mengalirnya arus korosi yang keluar dari daerah anoda dipermukaan pipa dan arus akan mengalir dalam pipa pada daerah tersebut. Sehingga permukaan pipa tersebut akan menjadi bersifat katodik, dengan demikian maka proteksi menjadi lengkap. Untuk jelasnya, prinsip kerja proteksi katodik dapat dilihat pada Gambar
2.

Pada gambar tersebut tampak bahwa arus mengalir ke pipa pada daerah dimana sebelumnya sebagai anoda. Driving voltage system proteksi katodik harus lebih besar dari pada driving voltage sel korosi yang sedang berlangsung. Supaya system proteksi katodik bekerja, harus ada arus yang mengalir dari groundbed. Selama terjadinya aliran arus ketanah, maka material groundbed akan menjadi subjek korosi. Oleh karena kegunaan groundbed untuk mengeluarkan arus, maka sebaiknya menggunakan bahan yang laju konsumsinya lebih rendah dari pada pipanya itu sendiri. Atau secara termodinamika, potensial pipa/struktur yang diproteksi dibuat menjadi imun yaitu pada -850 mV (CSE).....
Read more : HERE