buat bro uday + sampela saya coba jawab :
seorang pastur hidup selibat (tidak menikah) dasarnya adalah mencoba meneladani Yesus untuk tidak menikah. dan juga ada pertimbangan dari surat rasul paulus (saya lupa) yg menyatakan (+/-) alangkah baiknya jika seorang imam (pastur) tidak menikah.
dasar pemikirannya adalah : jika kita berkeluarga (menikah mempunyai anak) kita tidak mungkin atau lebih tepat sangat sulit melayani umat secara total. test case: bayangkan seandainya saya seorang pastur dan sudah berkeluarga dpanggil untuk melayani umat yg sedang sakit di tempat yg jauh dari rumah saya, sedangkan anak saya sendiri lagi sakit bagaimana apakah saya hrs mengorbankan umat atau anak saya.
itu salah satu alasan yg mendasar untuk hidup selibat bagi pastur. belum lagi soal keuangan.
TOTALITAS dalam melayani, itu niat awalnya.
kalo soal hasrat kelelakiannya saya tidak bisa jawab karena saya bukan seorang pastur. tapi mungkin saja mereka dapat mengekangnya mengalihkannya menjadi energi positif seperti para pertapa.
Sakramen tobat atau pengakuan dosa, pastur tidak bisa menghapus dosa. dosa tetap Allah yg mengatur. dengan mengaku dosa ke pastor sebenarnya kita meringankan hati kita dari perasaan bersalah. dalam sakramen pengakuan dosa kita mengakui dosa2 kita (terutama yg berat2) kemudian pastor mencoba membantu kita dengan doa agar Allah memberikan keringanan memberikan kelapangan hati, memberikan kekuatan kepada kita. biasanya kita juga akan diminta berdoa yang khusus, entah berapa kali tergantung sberapa besar dosa kita. dan kalau memungkinkan (sebenarnya wajib) kita diminta untuk mengakui perbuatan dosa kita kepada org yg menjadi korban kita (biasanya kita tidak akan mau) untuk itulah perlu kekuatan dan kelapangan hati.
Esesnsi tobat dalam ajaran kami adalah mengakui kesalahan dan berusaha untuk tidak mengulanginya lagi.
mungkin itu jawaban yg bisa saya berikan secara umum karena keterbatasan pengetahuan saya. Thank's
bisa juga sih jika beranggapan seperti itu lalu bagimana jika rekan-rekan saya dalam profesi dokter mereka juga mengabdikan hidup mereka untuk orang lain, mereka dipanggil pasien malam hari dan sesuai sumpah dokter untuk melayani masyarakat dalam situasi apapun dan kondisi apapun, tentunya lebih baik kami dan rekan2 kami tidak usah nikah dan berkeleluarga, saya rasa itu terlalu berlebihan, adakah setiap hari pastur melayani 24 jam? hingga pergi kesana kemari demi melayani umat? saya rasa terlalu berlebihan jika menngunakan alasan tersebut.
yang kedua harus digaris bawahi saya akan mengutip sebuah ayat dari kitab suci anda tentang pernyataan bahwa tidak menikah mengikuti pertimbangan surat rasul paulus dalam meneladani yesus tidak menikah, dalam ayat ini mengatakan bahwa yesus menikah
Marilah kita bersuka cita dan bersorak sorai, dan memnuliakan Dia! karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba dan pengantin-Nya telah siap sedia... Dia memakai kain katun yang bersih dan dan mengkilap karena kain katun adalah kain para pendeta lalu Dia berkata kepadaku, "Tuliskanlah: Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan pernikahan Anak Domba". Dia berkata. "Itu adalah Tuhan yang Benar".
Anak Domba disini adalah Yesus ditegaskan dalam Yohanes 1 "Ini dia Anak Domba Tuhan yang mengapus...."
ditegaskan lagi dalam Wahyu 7-10, Wahyu 21, Wahyu 5, wahyu 5, Korintus 5
disana ditegaskan ANAK DOMABA ADLAH YESUS.
Maaf anda bukan seorang katolik jadi jika anda beranggapan itu berlebihan ya sah2 saja.
tapi persoalannya bukan cuma pelayanan terhadap umat saja, itu hanya test case. sekarang saya berikan test case lagi.
Anggaplah saya seorang pastur dan berkeluarga sudah mepunyai anak, 1. saya harus memberi nafkah bagi mereka dan saya juga harus melayani umat. taruhlah saya berdagang dalam mencari nafkah, di siang hari ketika ramainya toko saya ada telepon dari umat yg membutuhkan saya sedangkan saya tidak mungkin meninggalkan toko, bagaimana?
2. tak lama kemudian toko saya bangkrut sedangkan kewajiban saya sebagai kepala keluarga harus tetap dipenuhi yakni mencari nafkah. hutang menumpuk, bagaimana saya dapat melayani umat sedangkan saya sendiri membutuhkan pertolongan?
anda membandingkan kerja seorang imam dengan kerja dokter :
kayaknya gak nyambung. dokter dengan sumpah dokternya berkarya dan mendapat bayaran yang lumayan besar, pelayanan yg diberikan dokter itu dibalas dengan uang (saya tahu karena adik saya seorang dokter), sedangkan pastur melayani dibayar dengan pahala dari Allah.
Soal Yesus menikah atau tidak bukan disini threadnya. saya tidak akan comment.
dan saya hanya menyampaikan apa yg saya ketahui karena ada permintaan bro uday yg mau mengenal agama lain bukan untuk menjelekkannya. :