Namaku Antok. Di kotaku, Internet bukan merupakan hal yang asing,
bahkan
cukup memasyarakat, hal ini dengan ditandainya merebaknya
warnet-warnet,
hingga suatu hari, di dekat rumahku didirikan sebuah warnet, aku, salah
seorang penggemar Internet (walau ku akui aku tidak memiliki koneksi
Internet), Menyambutnya dengan senang hati, karena aku tidak perlu,
jauh-jauh lagi untuk mengunjungi situs kesayanganku (CCS-nya bung Wiro
tentunya), hari-hari berjalan dengan biasa, dengan hadirnya Warnet di
dekat
rumahku, membuat frekuensi ku untuk ber Internet-ria pun semakin
meninggi,
hingga akhirnya aku mengenal beberapa orang yang bekerja di sana.
Sekilas tentang warnet ini, warnet ini dikelola olah beberapa orang
mahasiswa (6 orang yang tampak aktiv), hal ini didukung karena ditempat
warnet itu juga merupakan sebuah kos-kosan, salah satu diantara "para
aktivis" yaitu Sari, seorang mahasiswi 21 tahun, orangnya sih
biasa-biasa
saja, tetapi aku punya pengalaman khusus yang tak terlupakan dengan
Sari.
Hal itu berawal karena seringnya aku ke warnet itu pada akhir-akhir
ini, aku
ng-internet, sebenarnya bukan hanya untuk mencari informasi/hiburan,
tetapi
juga kuanggap sebagai pelepas stress dan kepenatan. Dan pada waktu itu
aku
sedang stress dengan pelajaran-pelajaran di sekolah dan les-les untuk
persiapan EBTANAS & UMPTN (maklum, kelas 3 SMU), Bila warnet itu sedang
ramai, biasanya aku ngomong-ngomong sama Sari (kalo' pas yang njaga
Sari),
kalo' waktu sepi, biasanya Sari juga ikut mbuka'-mbuka' internet sambil
ngomong-ngomong (maklumlah, walau aku tidak punya internet, tetapi aku
memiliki kemampuan ber-Internet yang cukup lumayan), atau sambil
teriak-teriak, maklumlah penataan warnet ini dengan menggunakan
bilik-bilik,
jadi kalo' sama-sama makai komputer, tentunya harus ngomong sambil
teriak,
kadang-kadang Sari juga suka teriak kalimat-kalimat yang agak vulgar
menurutku, yang kukira-kira ia kalo' ribut kayak gitu, pasti ia sedang
buka
IRC, apalgi kalau sama, temen-temennya, !
WAOO, ramainya bukan main, sampe-sampe ako nggak bisa konsentrasi mbaca
CCS.
Suatu hari, malam hari aku pergi ke warnet, maksudku sih Cuma mau check
mail, sama ambil FAQ, waktu itu yang jaga Sari, dan waktu itu, situasi
kos-kosan agak sepi (biasanya aku lihat ada beberapa sepeda motor di
depan
pintu kos, dan lampunya nyala terang)dan agak gelap. Memang sudah
kebiasaan
Sari kalo' jaga malam hari pakai pakaian sekenanya (biasanya baju
tidur,
dengan lengan sangat pendek, dan celana yang pendek - aku nggak tahu
model
apa- ), aku masuk menyapanya.
"Mau makek ya mas ?" tanyanya ramah, tanpa menoleh kearahku
"He..eh, iya nih.." jawabku sekenanya melihat tingkah lakunya. Waktu
itu
aku tidak peduli dengan apa yang ia lakukan, kaarena ia juga tidak
tampak
menimbulkan suara apa-apa, sehingga aku menjadi lebih konsentrasi dalam
mengobok-obok internet. Tidak lama, konsentrasi ku terpecah oleh suara
hajan
jang jatuh di atap. Aku dengan tanpa sadar melongok keluar...
"Ya... Hujan...." Kataku sambil aku juga melihat Sari menatapku dengan
senyum ramah seakan ikut merasakan kekecewaanku karena hujan. Aku lalu
kembali lagi ke bilikku. Hujan turun semakin deras, AC di ruangan
membuat
udara di dalam warnet semakin dingin (aku lumayan semakin menggigil
sejenak ).
"Dingin ya mas.. ??" Tanyanya didepan bilikku sambil memegang remote
AC.
"Iya nih mbak... dingin... tolong AC-nya dikecilan dong mbak" ujarku
tanpa
beranjak dari tempat dudukku. Sebentar kulihat ia meng-utek-utek remote
tersebut lalu aku kembali mangalihkan pandanganku ke monitor "Eh..
mas...AC-nya di matiin aja ya..??" " Ya.. terserah deh..." kemudian aku
mendengar decit dari remote itu, lalu kuperhatikan Sari kembali ke meja
operator. Aku kembali mencoba konsentrasi dengan situs yang sedang
kubuka..
Hingga tiba-tiba...
"Hayo...!!! Buka apan..!!!" aku di kejutkan suara Sari yang udah
disamping
komputer, dan berusaha melihat ke monitor. Aku terkejut juga, tapi
terkejutku mulai reda, karena saat itu window yang sedang aktiv bukan
menampilkan situs yang masuk katagori XXX (maklumlah waktu itu aku
masih
malu-malu untuk terang-terangan kalo aku sudah "mengunjungi" situs
tersebut). "Oh... Ini...." aku nggak menyelesaikan kalimatku karena aku
sedang males untuk nerang-nerangin. Sari lalu duduk disebelahku, aku
mulai
sedikit panik karena satu diantara lima Browser yang kubuka, salah
satunya
adalah situs yang masuk katagori XXX, aku bingung, gimana ini untuk
cari
cara untuk menutup jendela itu, sehingga ia aku tampak sibuk mbaca di
situs
yang sedang aktiv dan bolak-balik ganti window (padahal di kedua situs
itu,
mayoritas yang tampil Cuma image-image dan Shockwave).
"Hayo..!!! Apannih..??!!!" katanya setengah teriak, sambil nunjuk
task-bar
paling ujung yang titelnya benar-benar udah nunjukin dengan pasti apa
isi
nya, keringat dinginku terus mengucur, aku berusaha menolak untuk
membuka
situs itu, tapi ia terus memaksa, akhirnya ku buka juga. "IH...!!! Suka
buka
yang begituan ya....!!!!" "Habis disini dingin sih ..."jawabku
sekenanya.
Aku melihat ekspresinya, tampaknya dia tertarik juga dengan gambar
cewek
yang sedang berpose di atas meja itu.. "Eh.. lihat yang lain dong..."
katanya memecahkan konsentrasiku.. "oh.. disini gambarnya Cuma sedikit,
kalo
mo' lihat di sini aja.." aku lalu menutup jendela XXX tadi lalu
menggantinya
dengan ACDSee yang langsung ku buka folder Cache, ia tampak terkejut
lihat
gambar porno sekian banyak (kalo' nggak salah ada 1,000-an file).
"eh.. jangan cepet-cepet dong". Sambil menahan jariku yang terus
menekan
tombol Page Down.
"Emang kamu belum pernah lihat gambar kayak gini ya...??" tanyaku
"pernah-pernah sih pernah.... tapi nggak pernah sebanyak ini... lagian
kan
aku ditempat terbuka kayak gitu"sambil mencubit pinggangku. "Eh.. ini
Cuma
gambar thok ya...??" katanya agak penasaran (kuperhatikan nafasnya
sedikit
agak memburu). Tiba-tiba aku ingat dengan file AVI yang pernah
kutemukan
berisi orang yang lagi ngentot. Langsung aja, kutuju folder itu, lalu
kubuka
file-nya (aku agak terkejut juga, ternyata file-nya menjadi 13 file ).
Langsung adegan seorang cowok-dan cewek yang lagi telanjang bulat
muncul,
mereka saling mencumbu, lalu yang cowok tampak megang-megang memeknya
yang
cewek, hingga ceweknya kelihatan kegelian. Ku perhatikan nafasnya mulai
memburu (lebih cepat dari yang tadi ) setelah sekian menit, adegan itu
usai
dengan ditampilkan orgasmenya si cewek (aku nggak tahu berapa lama),
lalu
kubuka file yang ke-dua, tampak seorang cewek yang diikat, lalu
cowoknya
datang lalu cewek itu dientot dengan buas, kuperhatikan Sari mulai
merapatkan kedua pahanya, dia tidak berkata-kata, hingga aku dapat
mendengar
nafasnya agak gemetar (saat itu sebenarnya nafsuku-sudah di ubun-ubun,
berhubung aku jaga etika, jadi ya... aku diam saja). Adegan di file
kedeua
pun usai, kulanjutkan ke file yang ketiga, sejenak kualihkan
perhatianku ke
luar, kembali kudengar suara hujan yang semakin deras (bahkan deras
sekali).
Saat itu Sari mengenggam tanganku erat-erat, nafasnya makin keras,
tangan
yang satunya tampak memegang selangkangannya, Wah.... Aku mulai
bingung...
aku sudah diantara nafsu dan malu, sehingga yang terjadi aku hanya diam
saja, aku nggak bisa memperhatikan adegan yang terjadi di monitor,
perhatianku terpusat ke pada Sari yang mulai berkeringat, atas dadanya
(yang
memang tampak terbuka) tampak mengkilat dan naik turun, kakinya tampak
bergetar untuk mencoba saling bergesekan, tangannya berusaha untuk
menekan-nekan selangkangannya, matanya tampak sayu. Hingga aku tak
sadar
file ketiga udah habis, saat itu aku nggak segera membuka file keempat
k!
arena perhatianku masih terpusat pada Sari. "Eh.. Gituan tuh rasanya
kayak
gimana sih..?" tanyanya, suaranya tampak gemetar, dan matanya masih
menatap
layar monitor seakan menunggu adegan berikutnya. "Enak kali..."
jawabku,
ternyata suaraku gemetar juga, tak kuduka kontolku sudah menegang keras
sehingga dudukku pun jadi susah "Eh..?"tanyanya heran "habis aku belum
pernah nyoba sih..." jawabku seenaknya, suraku mulai normal lagi, lalu
adegan ke-4 berputar.
"Kita cobain yuk...?!!" katanya. Kalimat itu bagaikan geledek yang
menyambar
telingaku, seakan aku tidak mempercayainya. Ditengah keherananku, ia
lalu
segera beranjak, pintunya ia tutup, tirai pun ia tutup sehingga tinggal
tersisa celah kecil, lampupun ia matikan, hingga tinggal lampu di
operator,
dan diatas tiap-tiap bilik, dari dalam sih situasi nggak terlalu galap,
tapi
bila dari luar orang susah untuk lihat kedalam. "Yuk...!!" ia lalu
menarikku
ke ujung ruangan dimana disana biliknya agak luas, dan ada lampu
aksesoris
yang membuat ruangan bilik lebih terang. Dia duduk dilantai, tampa
matanya
yang sayu mengharapkan sesuatu dariku "Ayo.. !!" katanya mengundang
birahi.
Ragu-ragu kudekatkan bibirku, hingga akhirnya kami saling berpagutan,
lidahku mulai menggerayangi mulutnya, nafsuku tampak telah mendapat
jalan,
lalu tanpa malu-malu ku pegang dadanya, ternyata lumayan besar juga
(aku
nggak tahu berapa ukurannya) dadanya kuremas-remas dengan tangan
kiriku,
sedang tang kananku memegang kepalanya, "nghhhh...." Ia tampak mendesah
keenkan dimulutku, secara jujur aku nggak punya penglaman untuk
bercinta
karena ini adalah pertama kalinya bagiku, aku Cuma coba mempraktekkan
apa
yang sudah kubaca dari CCS, ciumanku semakin buas, remasanku semakin
keras
sehingga Sari pun mengerang dengan lebih keras lagi. Sambil terus
menciumiku, ia berusaha melepas kausku, aku pun membantunya melepaskan
kausku, di lalu maju lagi untuk berusaha menciumku lagi tapi, kucegah,
aku
lalu meraih kancing baju tidurnya, satu persatu kulucuti bajunya,
tampak
sebuah BH menutupi dadanya yang mengkilat karena kerinagat, kusisipkan
tanganku dar bawah ke dadanya sebelah kanan sehingga aku menyentuh
langsung
kulit dadanya (baru pertama ini aku menyentuh dada wanita), kepalanya
mendongak sambil mengerang menunjukkan lehernya yang jenjang, aku lalu
menciumi lehernya. Kuciumi sambil terus kebawah hingga aku berhenti
diatas
dadanya, kurasakan asinnya keringatnya, dia mendesah beberapa kali,
ketika!
aku menjilati keringatnya, tanganku yang satu meraba punggungnya aku
merasakan punggungnya mulai basah, tanganku lalu mulai merayap keatas
mencari kancing BH-nya, cukup susah juga,ternyata, karena punggungnya
menempel kedinding, punggungnya ku jauhkan dulu dari dinding, baru
akhirnya
bisa kulepaskan, kini di depan mataku, telah tergantung buah dadanya.
Pemandangan itu membuatku semakin bernafsu, aku makin penasaran untuk
melihat memeknya. Aku lalu sedikit menjauhi dirinya, aku lalu menarik
celana
Sari yang dari kolor itu, sebelum celana itu sampai ke lututnya, aku
lalu
menarik celana dalamnya, dan kulucuti kedua celananya bersamaan. Kini
ada
seorang wanita telanjang dihadapanku. Setelah kuperhatikan, ternyata
Sari
itu lumayan cantik. Badannya langsing, kulitnya kekuning-kuningan
mukanya
bulat. Lehernya jenjang, buah dadanya tampak kencang, padat, dan
lumayan
besar, perutnya agak sedikit cekung, otot kakinya pun padat, dan yang
makin
membuatku tidak kuat yaitu, bukit kemaluannya, yang ditumbuhi oleh
bulu-bulu
halus yang tertata rapi (dia mengaku nggak pernah menata jadi kayak
gitu),
dan bau memeknya yang cukup harum. Hal itu membuat kontolku makin
ngaceng
lagi, lebih-lebih ketika Sari mulai memegang kontolku dari luar. Aku
lalu
melepaskan celanaku (luar dan dalam), hingga akhirnya tampak dihadapnya
kontolku yang memang tidak panjang( +13cm) dan tidak besar, tapi aku
cukup
mensyukurinya karena mampu memuaskan Sari. Aku lalu mendekatkan
kepalaku ke
memeknya, bau khas memeknya mulai tercium (baru kali ini aku
benar-benar
merasakan bau memek). aku lalu menjilati daging luarnya yang ditumbuhi
bulu,
Sari tampak menggeliat, bau dari memeknya pun semakit menyengat,
membuatku
semakin ingin meng-entot-nya, tapi aku benar-benar ingin membuat
sensasi
bagi Sari, setelah beberapa lama aku berkuta di daging luarnya (daerah
pangkal paha), akhirnya aku menuju ke itilnya, yang benar-benar tampak
di
depan mataku, warnanya merah, bentuknya yang mungil diantara bulu-bu!
lu halus yang rapi itu membuatku gemas, aku lalu menjilatinya itlinya.
Badan
sari pun tampak tersentak saat kujilat itilnya, hingga memeknya
menghantam
bibirku. aku sempat terkejut sejenak, aku lalu melihat raut muka Sari
dengan
dari mengernyit yang tampak menahan sesuatu, aku lalu sadar kalau
itilnya
merupakan titik lemahnya. Aku lalu menyodorkan mukaku, pantatnya ku
tahan
(aku takut, kalau badannya menghentak lagi), lalu itlinya ku
gigit-gigit
kecil, hasilnya benar. "ngh!!!!! ngh!!!!!" dia tampak mendesah dengan
sangat
keras, badannya menghentak hentak (untuk pantatnya sudah ku pegang,
sehingga
gigitanku dapat bertahan), entah beberapa, badannya kembali tenang, aku
merasakan dari lubang memeknya mengalir suatu cairan, aku lalu
menggigit-gigit dan menjilat-jilat memeknya, Sari tampak
beringsut-ingsut.
Setelah agak puas dengan memeknya, aku lalu mulai turun, aku dapat
mencium
bau memeknya yang sangat keras, aku lalu menjilati, cairannya yang
keluar,
rasanya benar-benar sensasional, aku lalu mulai memasukkan lidahku ke
lubang
memeknya, memeknya benar-benar sudah basah, hingga aku merasa agak
sedikit
mabuk.
Aku lalu mendongakkan kepalaku, aku melilhat mata Sari yang tadi
tertutup
menikmati sensasi di kemaluannya, mulai terbuka dia tersenyum kepadaku,
seakan meminta sesuatu. Aku lalu merangkak kedepan hingga mukaku
berhadapn
dengan buah dadanya yang menggiurkan, aku lalu merebahkan badanku
menindih
sari, sehingga sari benar-benar merasakan kulumanku di dadanya. Sari
pun
tampaknya mulai tidak tahan, ia mendorong-dorong pantatku agar perutku
bergesekan dengan itilnya, aku lalu berpikir, kenapa harus perut. Aku
lalu
mulai bangkit, dan mendekatkan kontolku ke memeknya, Sari yang tahu aku
akan
menggarap memeknya lagi, mengangkat kepalanya dan berharap dapat
melihat
yang kulakukan antara kontolku dengan memeknya. Melihat Sari seperti
itu aku
lalu menciumnya, ia membalasnya dengan buas, tapi tidak lama
kulepaskan, ia
tampak kaget. Aku lalu memegang kontolku, kali ini kuarahkan kelubang
memeknya,
Sari pun menunggu dengan menopangkan badannya pada kedua tangannya dan
semakin meregangkan p!
ahanya. Kepala kontolku sudah mulai masuk, saat kontolku bersentuhan
dengan
bibir memeknya Sari mendongak. Baru kepalanya saja yang masuk, aku
merasakan
memek Sari didepannya terasa sangat sempit, sehingga walau kudorong
(dengan
pelan-pelan tentunya) tetap tidak bisa melewatinya. Sari benar-benar
merasapi perasaan ini. Walau belum masuk benar, aku mulai memaju
mundurkan
kontolku. Sari pun mulai mengerang keras, tampaknya ia benar-benar
menyukainya, sehingga buah dadanya tampak berguncang-guncang. melihat
buah
dadanya berguncang dengan indahnya, aku jadi ingin mengulumnya. Sambil
terus
memaju mundurkan, aku mencoba untuk merunduk menggapai putingnya. Pada
saat
gesekanku mengemai daerah itilnya, Sari sedikit mengejang, pantatnya di
naikkan keatas sehingga akupun menjadi ikut terdorong (tapi sayang
kontolku
tidak semakin masuk), dari kejadian itu aku mulai sadar akan titik
kelemahan
Sari (di memeknya, belakang itil). Tahu hal itu, dengan bertopang kedua
siku, mukaku berhadapan de!
ngan atas dadanya, aku mulai mendorong-dorong keatas. Sari mulai
menggeliat-geliat. Aku mencoba untuk mempertahankan ritme. Gerakan Sari
makin liar. Erangan-erangan kecil sedikit demi sedikit berubah menjadi
jeritan. Bahkan lama kelamaan jeritannya makin keras "Aaaahhh........!!
Aaaaaaaahhhhhh......!!" "eeeeeenghhh..... Eeeeeennngh...!!!
eeeengh...!!!!!!!!! EEEENNNGGHHHHHHH!!!!!!!!!!!". Badannya mulai
mengejang
keras. Dia orgasme pikirku. "AAAAAAHHHHHHHHHH!!!!!!!!!!" Dia berteriak!
Aku
takut suaranya terdengar keluar, aku lalu mengulum bibirnya
"MMMMMHHHHHHHHHHHH!!!!!!" lama sekali orgasmenya. Ia memelukku
keras-keras.
Hingga ia menekan dadaku ke dadanya dengan keras (dadaku sampai sesak,
entah
dengan dia). Kepala penisku pun terasa di tekan-tekan, nikmat juga
rasanya.
Berapa saat kemudian pelukannya terasa melemah, bahkan tampak lemas.
aku
coba mengangkat punggungku. Tangannya yang lemas terjatuh dari
punggungku.
Aku melihat sendiri, dengan mataku, seorang cewek yang habis or!
gasme. Matanya terpejam, dengan dahi agak mengernyit. dadanya naik
turun
mengatur nafas, badannya mengkilat penuh keringat, tangannya terlentang
(sehabis jatuh dari punggungku) tanpa ia coba untuk ditariknya, kakinya
setengah mengangkang, dan bau yang tersebarpun sangat khas...
Aku mengangkat tubuhnya untuk coba kusandarkan. Badanya benar-benar
lemas.
hingga aku harus menahan kepalanya. Dengan mudahnya badannya kuatur
untuk
bersandar di dinding (tentunya setelah kusingkirkan bangku kayu yang
cukup
berat dengan satu tangan (!) ). Aku meraba tubuhnya, halus, licin,
indah
tanpa cacat, sejenak akkupun tampak kagum dengan seni yang diciptakn
oleh
Pencipta Alam ini. Setelah Sari dapat membuka matanya aku berbisik
padanya
"kali ini kumasukkin benar-benar ya..?" "Ya... Terserah... Tapi
cepet...,
segera masukin aja....." jawabnya dengan suraa lirih karena kehabisan
tenaga
"Tapi kamu masih...(virgin) nggak??!!" "nggak pa.. pa... koq..."
suaranya
tampak mulai pulih. Agar ia dapat mempunyai tenaga untuk ronde
berikutnya,
aku memberinya kesempatan dengan menciuminya, merabanya, mengecup
bibirnya
dan dadanya. Pada saat jariku meraba memeknya, reaksi Sari tidak
seperti
sebelumnya, ia hanya mendesah tanpa suara (aku hanya mendengar nafasnya
yang
mendesah). Iseng-is!
eng kumasukkan jariku ke lubang memeknya, dan ternyata jariku dapat
menguak
lubang yang tadi menghambat, tampaknya dengan orgasmenya Sari, maka
lobang
memeknya pun semakin siap untuk di masuki. Aku pun mulai semangat lagi.
Rangsanganku padanya pun semakin memburu. Setelah kudengar Sari mulai
mendesah agak keras, maka aku pun siap untuk penetrasi..
Aku pun mulai duduk dihadapan Sari. Kedua paha sari ku angkat hingga
diatas
pahaku, sehingga memeknya pun sedikit menghadap kearah kontolku. Sari
pun
tampak menatapku dengan harap-harap cemas. Kali ini expresi Sari tidak
ku
perdulikan, Yang kupikirkan hanya bagaimana memasukkan kontolku kedalam
memeknya yang tadi gagal. Setelah kepala kontolku menyentuh bibir
memeknya,
ku coba mendorongnya, mask hingga beberapa senti. Kemudian aku sedikit
mengalami hambatan lagi, walau kudorong-dorong akhirnya masuk juga
sih...
tapi aku nggak ingin menyakiti Sari (Kalo' aku masukinnya sulit, pasti
kalau
kupaksa Sari akan kesakitan), akhirnya cara yang pertama pun kulakukan
lagi,
aku menekan-nekan atas memeknya dengan kontolku yang masih didalam,
sambil
terus kudorong, untunglah, Sari masih bisa dirangsang dengan cara itu.
Beberapa saat kemudian erangan nikmatnya makin keras, dan kontolku pun
mulai
masuk sedikit demi sedikit, dan akupun merasakan lubangnya agak mulai
melebar, karena aku keasikan merangsang Sari untuk orgasme (karena aku
senang melihat cewek yang orgasme) hingga konsentrasiku untuk mendorong
masuk kontolku, pun agak buyar, hingga aku tersadar saat badan Sari
yang
agak lemas tadi mengejang keras, Sari berteriak untuk orgasmenya yang
kedua
(tak kusangka ternyata jedanya pendek sekali). Bersamaan dengan itu ku
hunjamkan keras-keras kontolku, hingga masuk semua (dan agak terasa
mentok)
"aaaahhhhhh......AAAAAAAAAAAAAAAHHH!!!!!!!" erangan sensualnya berubah
menjadi jeritan pilu, tubuhnya yang tadi mengejang nikmat terdiam
karena
menahan pedih di liang kenikmatannya. Sari pasti merasa sakit yang amat
sangat ditengah orgasmenya. Dahinya mengernyit kuat dan meringis dengan
desis yang tertahan. Air matanya tampak meleleh, aku merasa kecewa,
karena
Sari merasa kesakitan. Aku lalu mengecup bibirnya, dan menenangkannya.
Aku
benar-benar menyesal!. "kamu nggak pa-pa kan ??". Sari tidak menjawab.
"Sakit sekali ya...?" Sekali lagi Sari nggak menjawab. Aku lalu
menciuminya
lagi. "Sar...". tanyaku dengan cemas. "nggak pa-pa kok, ntok....
terusin
aja..." "tapi masih sakit kan..." "sedikit sih...". Perlahan-lahan ku
maju-mundurkan penisku, ia tampak meringis, lalu aku berhenti sebentar,
lalu
ku maju-mundurkan lagi. Aku benar-benar nggak ingin Sari kesakitan.
Agar
sari dapat melupakan sakitnya, aku lalu mencoba merangsang itilnya,
sukar
juga rupanya. Setelah aku berusaha dengan 1001 cara, akhirnya Sari,
tampak
melupakan sakitnya, kini dari mulutnya mulai keluar lagi,
desahan-desahan
sensualnya, badannya pun mulai menggeliat berirama. Melihat ia mulai
menikmati permainanku, akhirnya aku pun mulai memaju-mundurkan kontolku
di
lobang memeknya. Enak juga rupanya. Sari pun juga merasa nikmat dengan
kontolku, lama-lama aku pun merasa kontolku seakan-akan diremas-remas
dengan
lembut. Sambil merasakan nikmat di kontolku, aku pun lalu merebahkan
diri
diatas Sari, kuciumi habis-habisan, lalu kuraba-raba dadanya, ternyata
kombinasi antara sodokan Kontolku, dan remasan di dadanya membuat dia
mengerang, kurasakan dadanya pun semakin menegang, hingga putingnya
tampak
mencuat keatas, Kutekan-tekan putingnya,
"hhhhhh.......hhhhhhhhhhh.............." ia mulai makin mendesah dengan
menggeleng-gelengkan kepalanya. Melihat putingnya yang keras (walau tak
sekeras dengan itilnya) aku pun mulai meng-gigit-gigit putingnya,
Erangannya
makin menjadi. Badannya makin berkuncang dengan hebat, sehingga
keluar-masuknya penisku pun makin kuat. Aku pun mulai nggak sabar untuk
orgasme (entah dengan dia), aku pun berkonsentrasi untuk mengeluarkan
cairan
kajantananku. Aku bertopang dengan kedua siku sedangkan tanganku
kuletakkan
di bawah badanya SAri, sehingga badannya Sari dapat sedikit kuangkat
agar
mukaku makin dekat dengan dadanya (jujur kukatakan keringat didadanya
sangat
harum). dengan posisi seperti itu maka aku pun dapat mengayuh dengan
lebih
keras. Aku pun mulai mengayuh dengan keras, sehingga Badan Sari pun
ikut
berguncang-guncang, tak la!
ma kemudian "Sar.... Aku mau keluar....." "ngh..... keluarin
aja...........
aku juga mau keluar........" tak lama kemudian kami keluar bersamaan,
aku
merasakan kontolku di pijit-pijit dengan lembut dan pasti, lalu disiram
dengan cairan yang hangat. Kami pun mengerang bersamaan, aku lalu lemas
dan
berusaha untuk tidak menindih SAri (aku nggak ingin Sari ngrasa berat
kutindih, habis orgasme bareng tentunya ia ngrasa lemes banget). Baru
kali
inilah aku ngentot dengan cewek.
Saat aku mencoba untuk menegakkan badannya, kontolku hampir nyolong
keluar,
jadi sekalian aja aku keluarin. Setelah aku dan SAri terduduk, aku
terkejut
sekali, ternyata dari selangkang Sari keluar darah.. "Eh.. SAri... Kamu
masih perawan ya....". Sari tampak terkejut dengan ucapanku, ia lalu
melihat
kearah selangkangannya. "koq.. keluar darah...??" (tampaknyaaa sari
juga
terkejut) "padahal aku udah pernah masukin spidol lho... (Spidol
Whiteboard
maksudnya)". Aku sendiripun berperasaan lain, karena baru inilah aku
mem-perawani cewek. Aku lalu mengajaknya untuk sedikit bergeser mencari
tempat yang kering, agar aku bisa lebih menikmati tubuhnya (aku nggak
bosen-bosennya melihat tubuhnya yang molek). Pada saat aku berdiri,
ternyata
masih ada air maniku yang menetes, dan menetes di perut SAri. "Eh...
Antok.... Aku coba emut kontolmu ya...". Aku sih kaget plus senang.
"Boleh....." Aku lalu berdiri dan menyodorkan kontolku yang masih lemas
ke
mukanya. Sari memegang kontolku dengan jari telunjuk dan ibu jari.
Tampaknya
ia sedikit ragu-ragu. Aku yakin, memasukkan kontol ke mulut adalah
pengalaman baru baginya. Pelan pelan ia dekatkan mulutnya ke kontolku.
Aku
diam saja dan menyaksikan apa yang akan Sari perbuat. Mula-mula ia
tempelkan
kepala kontolku ke mulutnya dan ia cium-cium. setelah beberapa saat
kontolku
akhirnya masuk ke mulut Sari, dan ternyata masuk semuanya (maklumlah,
saat
itu kontolku masih lemes habis orgasme -eh- habis merawanin cewek).
Didalam
mulutnya, kepala kontolku mulai diputar-puter sama lidahnya, dan
sekali-sekali ditekan-tekan ke langit-langit mulutnya. Karena kontolku
masih
lemes maka, Sari pun dengan mudah dan lincahnya memutar-mutar kontolku.
Aku
pun mulai ON lagi dengan rangsangan yang diberikan Sari. Makin lama,
kontolku makin besar. Hingga akhirnya Sari kesulitan untuk
memutar-mutar
kontolku dengan lidahnya. Setelah kira-kira cukup keras, ia mulai
memaju
mundurkan mulutnya dan sekali-kali menekan-nekan lobang kontolku.
wahh...!
... nikmat benget rasanya, benar-benar belum pernah ku bayangkan.
"hhhhhh........hhhhhhhhhh........." Aku mulai merasa kenenakan,
kutekan-tekan kepalanya agar dapat lebih masuk, tapi tampaknya ia nggak
tahan kalo' kontolku terlalu masuk (jadi yang tadi masuk semua sekarang
hanya tinggal 3/4-nya saja). Makin lama, sari pun tampak lebih
berpengalaman. maju mundurnya kepalanya pun mulai dikombinasikan dengan
kocokan tangannya. Rasanya sangat LUAR BIASA!!! Sampai kaki lemas
(padahal
belum keluar). aku pun mulai meraba sekenanya, mulai rambut, bahu,
punggung,
lengan, lalu kembali lagi ke rambut, tapi kadang-kadang juga sampai
juga ke
dada. Bahkan sekali-kali kontolku ditiupnya, kemudian disedot lagi,
ditiup
lsgi, disedot lsgi, kadang-kadang ia juga memainkan lidahnya
mendorong-dorong kepala penisku, sedangkan tangannya tetap mengocok.
Mendapat perlakuan yang belum pernah kubayangkan nikmatnya, aku mulai
merasa
ingin orgasme, tapi kutahan, hingga kadang-kadang kontolku mengedut,
dan
juga keluar sedikit cairan. Sari tahu kalau aku sudah mau keluar, ia
lalu
mempercepat gerakannya. Aku berusaha memperlambatnya (agar nggak cepat
keluar) tapi gagal. Perasaan itu makin memuncak, makin memuncak, dan
semakin
memuncak, tapi agak sukar keluar. Sari memperlambat gerakannya. Aku pun
juga
mulai turun dari puncak. Tapi, tiba-tiba Sari mengocok kontolku dengan
cepat
(tentu saja dengan mulut dan tangannya). Aku sudah tak tahan lagi.
lututku
lemes, badanku terasa menegang cukup lama, hingga aku nggak bisa
berkata-kata, akhinya pejuhku keluar juga (ternyata cukup banyak)
hingga
mulutnya yang mungil tidak dapat menampung semuanya (tampak banyak yang
keluar dari mulutnya). Dia tampak terpejam sebentar. Kemudian aku
merasakn
dia menelan air maniku, bahkan kontolku yang baru meledak tadi pun
dihisap-hisapnya, hingga aku merasakan ada beberapa cc yang mengalir
keluar
dari kontolku karena hisapannya.
Setelah cukup menghisap kontolku, ia lalu membuka mulutnya, tampak
kontolku
yang uadah kecapekan, tapi masih lumayan besar, keluar dari mulutnya
dan
hanya di topang dengan jari-jari lentik SAri. Dia tersenyum menatapku.
Wajahnya yang manis, kini terdapat cairan kenikmatanku. Dia berusaha
menyekanya, tapi justru membuatnya semakin rata saja di wajahnya
sehingga
wajahnya tampak berkilau menakjubkan. Aku lalu menjatuhkan lututku
(yang
memang udah lemes) hingga mukaku berhadapan dengan mukanya. Aku lalu
mencium
bibirnya, dan menjilati mukanya yang telah rata dengan cairanku.
Rasanya pun
lumayan. Sari pun tampak kembali bergairah. Ia mulai meremas remas
kontolku,
tapi sayang, kontolku tidak merespon. setelah beberapa lama aku
menciumi
wajahnya. sari lalu mendorong tubuhku, hingga aku terlentang di lantai.
kini
ia yang menindihku. Ia kini yang tampak aktif. Ia menciumiku dengan
menekan
kuat bibirnya ke bibirku, dan bukan hanya itu, ia bukan juga
menggeliat-geliat diatas tubuhku, se!
hingga bagian muka badanku, bergesekan dengan sangat giat dengan bagian
depan tubuhnya. Ia pun tampak agak meninggikan dadanya, agar ia dapat
menggeliat lebih leluasa, sehingga pentilnya bergesekan dengan kulit
dadaku.
Aku benar-benar menjadi gemas, sekali-kali aku menekan punggungnya
sehingga
dadanya menekan dadaku. Peernah sekali aku menekannya terlalu kuat,
hingga
Sari menjadi sesak.
Karena ia terlalu bersemangat, maka aku dan dia mulai terasa pedih di
kulit
kami masing-masing, hingga akhirnya ia merubah geraknya. Pada saat itu
ia
menurunkan badannya untuk mendekati kontolku. Ternyata dugaanku benar
ia
ingin mengulum kontolku. Kontolku yang telah cukup mendapat
pendinginan,
kini diserang Sari, kontolku bangkit kembali. Kenikmatan permainan
lidah
Sari mulai kurasakan lagi di organ kenikmatanku. Tapi aku nggak ingin
keluar
sendirian lagi. Aku lalu menyuruh Sari untuk memutar badannya. Kini
posisi
kami 69. Aku kembali merasakan aroma khas kewanitaan Sari, bahkan kini
terasa lebih harum lagi. Entah untuk berapa lama aku mengkagumi aroma
kewanitaannya, aku lalu mulai menjilati bibir luar memeknya, dan di
itilnya,
bersamaan dengan itu, Sari menghisap kuat kontolku seakan mau ditelan
semua,
tampaknya Sari sudah terangsang. Setelah dua kali orgasme, aku kini
mudah
trangsang, tapi lama untuk sampai ke puncak. Aku lalu mulai menjilati
sekitar memeknya dengan irama yang tetap. SAri pun mulai mengerang,
kadang-kadang ia menghisap kontolku dengan keras. Cukup lama juga kami
melakukan posisi ini tanpa berganti-ganti, hingga erangan Sari pun
makin
keras (tapi aku tidak menemukan tanda-tanda ia akan orgasme). Aku lalu
merasakan makin ke puncak (tapi dengan sangat lambat), untuk
memepercepatnya
aku lalu mulai memaju mundurkan kontolku, hingga Sari tampak bingung
dalam
mengatur ritme. Mendapat perlakuan seperti itu, Sari lalu menekan
pangkal
pahaku kuat-kuat dan menutup pahanya hingga kepalaku terjepit
diantaranya,
aku benar-benar dibuatnya tidak bergerak. Dia pun tampaknya juga ingin
segera orgasme, ia lalu sedikit meninggikan punggungnya dan mulai
menggerakkan kepalanya turun naik, dengan dikombinasikan dengan
lidahnya, ia
benar-benar membuat sensasi yang berbeda. Perasaan untuk kembali
kepuncak
kembali hadir, aku pun mulai menjilati memek Sari dengan ganasnya untuk
mengimbangi gerakkanya, hingga sesekali, kontolku dilepaskannya hanya
untuk
m!
elenguh. beberapa saat kemudian, badan kami mulai mengejang, Sari
benar-benar menghisap dengan seluruh tenaga. Kami lalu orgasme
berbarengan,
aroma memeknya meningkat dengan cepat, otot-otot dimemeknya mengejang
dan
mengeras, badan SAri mengejang cukup lama (aku selesai orgasme,
tampaknya ia
belum), hingga ia pun kesulitan untuk menelan pejuhku yang keluar,
hingga
aku merasakan pejuhku yang menyembur ke mulutnya, kembali meleleh
keluar.
Tak lama kemudian, Sari kembali normal, ia mulai menghisap-hisap
kontolku
lagi, seakan-akan ia ingin menelan pejuhku yang tadi meleleh keluar
dari
mulutnya. Setelah orgasme yang ketiga itu, kontolku terasa mati rasa,
untuk
beberapa saat aku sukar merasakan hisapan SAri dikontolku.
"Eh... Hujannya udah reda..." serunya memecah kenikmatan ku, aku pun
mulai
berkonsentrasi mendengar suara diluar, ternyata suara hujan sudah tidak
ada
lagi, tapi apa peduliku. Sari lalu memutar badannya hingga berhadapan
denganku. "eh.. ntok.. Sudah dulu ya.. hujannya udah reda..." ia lalu
mencium bibirku lalu bangkit dari badanku, aku lalu melirik ke jam
dinding
yang terpasang diruangan tersebut. ASTAGA, ternyata sudah larut malam
(aku
tidak tahu udah berapa lama aku tadi ngentot dengan sari. Sari ternyata
benar-benar kehabisan tenaga, bahkan untuk berdiri pun ia masih lemas
(saat
itu Sari hanya bisa terduduk dengan ditopang oleh kedua tangannya, aku
lalu
bangkit mendekatinya, memeluknya dengan erat dan menciuminya. Aku
benar-benar puas dengannya baru kali ini aku benar-benar mendapat
pengalaman
ngentot dengan cewek hingga lemas kaya' gini. Setelah kira-kira tenaga
kami
kembali pulih, aku lalu membantunya bangkit. Ia lalu mulai memunguti
pakaian
kami yang berserakan, melihat caranya berjalan denagan bugil, aku mulai
terangsang lagi. Pada saat mengambil pakaian, ia lalu memanggilku, ia
menunjukkan ke pangkal pahanya, ternyata ia mau menunjukkan cairannya
dan
cairanku yang mengalir keluar. Ia hanya tersenyum. Setelah, ia
memunguti
seluruh pakaian, aku lalu mendekatinya, kusuruh ia membuka pahanya
(dalam
posisi berdiri, dan sambil membawa pakainku, dan pakaiannya) aku lalu
menjilati cairan tadi yang mengalir dipahanya. Ia tertawa geli. aku
lalu
memakai pakainku lagi, begitu juga Sari. "Eh.. Antok.. tolong bantuin
bersihin itu ya...." sambil menunjuk ke sudut ruangan, dimana terdapat
genangan cairan kenikmatan (ples darahnya SAri). Aku mengangguk saja.
"sebentar ya mas..." ia keluar sebentar. aku lalu kembali teringat,
akan
tujuan awalku kesini yaitu pakai Internet. Aku lalu kembali ke bilikku
dimana aku tadi nyalain komputer, Aku pun duduk didepan layar tanpa
tahuh
apa lagi yang harus kulakukan, aku benar-benar mendapat kepuasan. aku
hanya
menggerakkan-gerakkan mouse saja, menunggu SAri datang. Sari kembali
dengan
membawa ember dan kain pel. Aku lalu mendekatinya, dan mulai
ber-"gotong
royong" membersihkan sisa-sisa aktivitas kami. capek juga rasanya,
habis
"olahraga" disuruh kerja. Ditengah-tengah keasikan kami mengepel. Pintu
depan warnet dibuka. "Alo.... Sari... Warnetnya masih buka ya...." Aku
terkejut juga, ternyata teman kost Sari masuk tanpa permisi, untung
saja
sekarang aktivitas kami berdua sudah berbeda (jadi.. aman...). "Eh..
Sari...
lagi ngapain lu..." "udah tahu ngepel gini.... nanya..." "Emang warnet
itu
bocorya..?" "iya kali'..." "Wah.. tampaknya besok aku harus panggil
tukang
nih....". Temen Sari lalu mulai melihat-lihat keatas seakan
mencari-cari
tempat mana yang bocor. Kami berdua hanya dapat tersenyum menahan geli.
"Eh.. makasih ya mas.. udah mau mbantu.." kata Sari kepadaku (tentunya
dengan kepura-puraan). Sari lalu menuju ke meja operator, disusul
olehku,
yang seakan-akan akan membayar pemakaian int!
ernet. "Rp 8.000 mas.." katanya... . Setelah itu aku lalu keluar. "wah
makasih ya mas.. sorry lho kalo' terganggu oleh bocor..." Kata temen
SAri
yang ternyata masih ada diluar Warnwt bersama-sama temennya. Aku lalu
senyum
sebentar, lalu meninggalkan mereka. SAmbil berlalu, aku sempat melihat,
Sari
yang mulai menata korden, karena Warnetnya udah mau tutup. Aku
berjalanb
dengan perasaan yang bangga, baru kali ini aku mendapat pengalaman yang
sangat indah.