Inilah awal mula kekalahan pasukan arab. Sementara ada beberapa batalion mereka yang memang 'Lion of the dessert' , sebagian besar pasukan darat yang tidak disiplin langsung tercerai berai dihantam dari atas oleh AU israel dan dari kanan-kiri oleh pasukan tank israel.Pasukan penyerang dipukul mundur, bahkan suriah harus kehilangan dataran tinggi golan yang sangat strategis bagi mereka, sementara mesir dipukul mundur hampir mendekati kairo.
Luar biasa. Bila tidak ada campur tangan dari Liga arab dengan cara mengembargo minyak ke US dan Eropa, serta campur tangan Amerika karena krisis ekonomi parah akibat embargo, kairo akan jatuh ketangan Israel. Bergabungnya Iraq dan PLO tidak memberikan perubahan berarti. Lain halnya, jikalau Jordania yang tadinya netral langsung melakukan serangan menusuk ke arah tel-Aviv ketika pasukan israel sedang berada di perbatasan suriah dan mesir, mungkin sejarah akan berbicara lain, namun Jordania kapok setelah kehilangan tepi barat saat perang enam hari, sehingga memilih netral saat Yom Kippur war
Memang, secara politis, mesir dan negara arab lain menang dimata dunia, karena akibat perang tersebut PM Israel, menhan serta panglima AB israel harus turun, namun bila kita tilik secara sudut pandang militer, rasanya itu hasil yang fenomenal ,karena korban di pihak Israel kurang lebih 'hanya' 2700 orang tewas dan 6000 luka , dibandingkan pasukan arab 35.000 korban tewas, lebih dari 20.000 yang luka luka dan ditawan.
Lantas apa yang dapat jadi pelajaran dari perang tersebut bagi TNI ?
Kita tahu konflik perbatasan yang akhir akhir ini memanas tentu menjadi perhatian utama dari petinggi militer kita. Memang dari sisi kualitas, kuantitas, dan pasukan cadangan, kemampuan pasukan kita cukup disegani negara tetangga, namun selain itu faktor yang tidak kalah menentukan adalah leadership, strategi perang, dan juga persenjataan. Kita sudah mampu mandiri untuk persenjataan personil, munisi dan angkut pasukan ringan , yang dicover oleh PINDAD dan PAL. Namun persenjataan strategis kita juga perlu ditingkatkan bila ingin menambah unsur gempuran kita.
Realistis saja, bila seandainya terjadi konfrontasi dengan negara 'pakcik', pangkalan aju kita tentu di sekitaran Kalimantan Timur dan Barat, serta sumatera tengah (Riau, Sumut dan Aceh). Untuk angkut pasukan, tentu kita butuh payung udara dan laut yang mumpuni, karena serangan marinir tidak bisa berdiri sendiri dengan hanya kapal angkut saja. Kita butuh kawalan KRI atas lau yang memiliki unsur anti serangan permukaan dan serangan udara ( AEGIS Cruiser), anti kapal selam (fregat dan Destroyer) , penempur bawah laut (kapal selam) serta kapal perang untuk unsur bantuan tembakan permukaan (battleship bombardment). Bila unsur ini masih lemah, walaupun secara personel kita jauh lebih besar dari tetangga, saat marinir kita sedang menyebrang , tentunya menjadi 'sitting duck' bagi pesawat2 tempur musuh, sehingga pasukan dihancurkan sebelum beachhead, kecuali bila kita melakukan serangan massive seperti D-Day, dengan menyebrangkan 2 juta tentara dengan ribuan kapal laut. Ini menjadi unsur pembeda, namun casualties sekitar 50-70% ,artinya 1,5 juta pasukan kita gugur karena tenggelam.
Pimpinan TNI tentu sangat menyadari hal ini, karena bila kita lihat saat ini penambahan armada tempur kita lebih kearah ALUTSISTA, mulai dari kapal selam, KRI kerjasama dengan Korsel, Pesawat tempur tambahan dari Rusia dan USA, angkut sedang (hercules hibah dari australia) serta pembuatan UAV oleh LIPI/LAPAN dan penjajakan alih teknologi UAV dari israel. Sebenarnya hal ini mulai membuat kebat kebit negara tetangga, tapi apa boleh buat. Ketika US bermaksud menempatkan marinir di australia , yang merupakan commonwealth dari sekutu tradisional US yaitu Inggris , serta pergerakan Agresif chinna di laut cina selatan, tentu kita tidak bermaksud hanya menjadi penonton saja, karena entah kapan, saya memiliki prasangka (semoga tidak benar) , theathre peperangan akan mulai bergeser, dari theatre teluk , menuju theatre pasifik. Indonesia yang sangat strategis tentulah yang menjadi incaran, karena dengan menguasai Indonesia berarti menguasai Asia tenggara.
Indonesia bukanlah mesir, suriah atau israel. Indonesia adalah indonesia, bangsa dengan sejarah yang panjang dan didominasi kerajaan kerajaan besar ,berikut permasalah dan problematikanya sendiri, tapi kita juga perlu realistis untuk memproyeksi kemampuan pertahanan negara kita kedepannya.
Kita tidak ingin berperang, bangsa indonesia adalah bangsa yang damai, namun seperti kata caesar,Si Vis Pacem Para Bellum: “Jika Ingin Damai, Maka Bersiaplah untuk berperang.