Liputan P seri tiga - Pijat ala Gang Bang
Dari Mall belok kanan setelah pompa bensin belok kiri (tepat di depan
komplek ABRI) kemudian belok kiri setelah melewati markas abri, tidak
jauh dari situ perhatikan sebelah kanan tepat disebelah toko furniture
terdapat PPT dengan nama SW (Spesial Wanita).
Parkirnya ada di dalam (tapi kalau mau parkir di depan juga boleh
koq), tampak ada lima mobil dan empat motor, berarti kurang lebih ada
sembilan tamu (padahal kamar biasa ada sembilan kamar dan vip ada
tujuh / kalau nggak salah / diketahui setelah pulangnya - saya nggak
pernah ke kamar vip ; baca cerita di bawah ini kenapa koq pilih yang
biasa - beda dengan di SM (Spesial Masturbasi) sebaiknya pilih VIP)
Karena saya sudah pesan mbak Ixxxx dengan mbak yxxx melalui telpon
xxx5084, jadi tidak ada masalah dengan Wp-nya, saat nama mbak Ixxxx
dipanggil melalui intercom, saya menuju ke meja resepsionis (biasa
prieview dulu sebelum print) untuk melihat apakah ada nama-nama baru,
siapa saja yang lagi bertugas, dan siapa yang sudah dalam pesanan
(perhatikan bentuk dan logo plastik nama yang tertera di meja
resepsionis sama persis dengan yang di SM, begitupula dengan peletakan
WP yang tunggu, sudah dipesan, dan sedang kerja, sama dengan di SM -
hanya beda nama WP/bahkan ada satu dua nama yang sama - artinya ada
kemungkinan PPT ini satu group (walaupun nama sama yang pasti orangnya
berbeda, misalnya di SM tingkatannya x persegi, di sini tingkatannya x
kubik, dan tidak diperbolehkan WP pindah PPT dengan tingkat di
bawahnya / naik boleh - ada satu lagi PPT di daerah depan bank Bali
jakarta selatan yang merupakan bagian group ini dengan tingkatan x
kubkik+ dengan nama Marisini - yang ini notel tak terdaftar di YP).
Tampak di meja ada album foto (di SM tanpa album, sedangkan di
Marisini foto dipajang dalam kotak yang ditempel di dinding), jangan
terkecoh dengan wajah di foto - memang benar itu foto ybs tapi entah
kapan , daftar tarif untuk kamar biasa satu jam $25, satu setengah jam
$35, dua jam $45. Sedangkan VIP satu jam setengah $45, dua jam $54
(dengan kamar mandi di dalam dan sebuah AC split untuk 2 kamar). Kalau
mau observasi melihat para WP (bagi yg pd), pilihlah kamar vip-
belakang sebab melewati tempat WP istirahat (kadang lagi main kartu -
tidur2an - nyulam (?); tapi hampir semuanya nggak ada yang benar
duduknya, hingga "bagasi"-nya tampak).
Masuk dari ruang resepsionis arah kiri adalah kamar biasa, depan dan
kanan adalah VIP, saya langsung masuk ke kamar biasa (di sini
bangunannya tidak bertingkat) yang merupakan kamar besar (tertutup
tembok dan hanya satu pintu untuk keluar-masuk, dan pintu ini selalu
tertutup) yang di dalamnya dibagi menjadi sembilan kamar - dengan
partisi dua lembar triplek dan tingginya hanya dua meter setengah,
jadi tidak sampai plafon (akibatnya suara/bisikan di kamar akan
terdengar ke seluruh kamar), empat kamar di sebelah kiri pintu masuk
(sebut saja L) dengan tirai menghadap kamar (M), dua kamar di tengah
(M); dengan tirai menghadap kamar (L), empat kamar di sisi paling
kanan ( R) /dibelakang dua kamar (M) tadi, sedangkan kamar mandi ada
dua tepat di sebelah pintu masuk tadi.
Di atas kamar (L) ada AC split begitu pula diatas kamar ( R), saran
saya sebaiknya pilih kamar (M) yang dekat dengan arah masuk (favoritku
di sini, kecuali yang tidak tahan AC, karena ke dua AC tersebut
arahnya ke kamar ini), alasannya kamar ini merupakan titik temu
diagonal seluruh ruang yang ada di kamar ini - atau baca cerita di
bawah ini.
Dari tirai yang ditutup dengan sepatu di bawah tirai, nampak WP yang
sedang tugas ada enam (berarti tiga lagi ada di VIP) tapi cukup seru
dengan jumlah sebesar itu ???
Sambil menunggu mbak Ixxxx, kunyalakan lampu dinding, ada asbak dengan
sebuah puntung (berarti nih kamar sudah kepakai), di bawah ranjang ada
beberapa sobekan "Sutra" (murah lho, $4 untuk 12 bungkus), ku injak
tempat sampah - terlihat di dalamnya dua kaleng minuman dan dua
"sarung" berikut isinya. Selain itu terdapat juga sebuah nakas dan
kursi plastik, cermin, gantungan pakaian, dan tentunya tempat tidur
Aku duduk di tempat tidur, terdengar sayup-sayup musik dangdut (kalau
nggak salah liriiknya "hitam...... - orangnya hitam tetapi putih
isinya - itulah pilihan saya..."), aku jadi senyum sendiri, yah mana
ada sih orang yang ngecret-nya warnanya starwberry atau coklat, yang
pasti kan putih, dasar yang nyiptain lagu memang ngeres (apa akunya yg
ngeres?) - tapi ada juga sih WP yang lagi apes (bukan di ppt ini-lho),
waktu dia lagi "karaoke" (memang lagi apes nih orang; seharian dia
nggak dapet tamu+butuh uang; soalnya dia agak stnk (setengah-tuo-ning-
kepenak; dia nggantiin WP yang lagi nggak sreg dengan tamunya) pas
muncrat bukan sperma tapi "d a r a h" ke mulut dan wajahnya WP
(ternyata tamunya bawa penyakit - nih orang memang keterlaluan udah
tahu sakit, tega-teganya ngerjain WP), wah keluar tuh isi perut WP di
seprei (setelah tamunya pulang kasur+sprei nya dibakar sama kantor ppt
- kasihan nggak punya salah dibakar), kasihan tuh WP sampai libur
nggak kerja beberapa hari+nggak bisa makan, dan kapok ber"karaoke"-
ria, koq jadi ngelantur nih ceritanya (makanya setiap saya reply
email, saya cantumkan perlakukan mereka selayaknya manusia - soalnya
kalau mau tahu gapok-nya dia untuk satu bulan, tidak lebih dari
selembar pecahan terbesar uang kita, belum dipotong untuk keamanan,
room boy, kadang-kadang patungan untuk teman yang sakit, jadi
"tunjangannya" yang gede, yah maklumlah namanya juga "mata pencairan",
ya memang begitu (bisnis nyairin yang keras2 maksudnya; kata salah
seorang WP senior).
"Selamat siang pak, mau minum apa" sapa mbak Ixxxx,
"Tehh botol dingin" jawabku,
"Sebentar saya ambilkan ya pak" sambil meletakan handuk+sprei+sarung
bantal+sabun kecil ke atas kursi plastik. Terdengar suara agak gaduh
di ruangan lain atau di koridor, sepertinya tamu-tamu yang lain sudah
selesai tinggal kewajiban (bayar tip) yang belum, atau melepaskan
salam perpisahan (seperti di sekolahan aja).
"Kurang nih, mas" kata WP di ruang tepat di sebelah ku.
"Udah ntar kalau ke sini lagi" bujuk tamunya
"Ya kalau ke sini lagi sih lain lagi, kalau gitu depan bayar sendiri
ya.." rayu Wpnya
"Ya sudah" pasrah juga tamunya
"Enak aja mas, udah nambah, pinggang gua hampir putus tau, masak
dipotong lagi" gerutu Wpnya
Aku heran juga nih sama tamunya, kayak nawar di pasar tradisonal aja,
ya paling tidak kalau mau nawar, sebelum pekerjaan dimulai lah.
Sedangkan suara-suara lain cekikikan, mungkin uang tip yang diberikan
mencukupi atau sesuai dengan Voice of Intent (spt LOI-nya IMF aja)
yang mereka buat.
"Silahkan di minum pak" kata mbak Ixxxx, mengagetkan sensor
pendengaran yang sengaja aku pasang pada level more-sensitive.
"oh ya, terima kasih"
"Pernah ke sini, pak" tanya mbak Ixxxx, tuh kan pertanyaaan STD keluar
juga,
"Pernah"
"Sama siapa pak" nah terus deh, urutan pertanyaannya
"Wah, nggak aku ingat" jawabku, suara di luar sudah hening, artinya
hanya tinggal kita berdua saja.
"Mau dipijat pak"
"Nggak, saya mau makan" ejek ku
Dia senyum saja
"Kamu aslinya mana?" tanya ku
"Kuningan - cirebon" jawabnya
Wah kejutan nih, soalnya setahuku cewek cirebon yang asli - sekali
lagi asli - nggak punya bulu di kemaluan / bukan dicukur / tapi
plontos - kaya manekin.
"Nggak, koq belum di lepas bajunya, sini saya lepasin" ucap si mbak,
ini lah perbedaan para WP, kalau di rumah mungkin jarang kita
dilepasin sama pasangan kita, tapi self service, makanya semboyan
"anda mendapatkan apa yang tidak di dapatkan dirumah" ada benarnya.
"Jangan dulu, AC lumayan dingin nih" bayangin AC satu pk sebanyak dua
unit mengarah ke kamar yang hanya tiga kali dua meter.
Sengaja aku nggak memulai karena "sikon" belum tepat, jadi kita
ngobrol, nggak berapa lama, terdengar suara hak sepatu dan masuk ke
kamar di belakang ku (kamar R).
Sambil ngobrol sensor pendengaran kubuat agak sensitive, di kamar
sebelah pun terjadi pembicaraan STD spt halnya aku, nggak lama
terdengar
"Brett" kalau mau persis, coba sobek kondom dengan keras.
Nggak berapa lama
"kret, kret, kret" sepertinya sih orang naik ketempat tidur, nih
tempat tidur kalau bisa ngomong, mungkin udah minta pensiun saja.
Terdengar suara erangan (sengaja nggak saya tulis biar lebih "live"
jadi bayangin sendiri suka-suka lah). Tiba-tiba
"brottt, brottt, brottt"
aku ketawa, mbak Ixxxx juga, eh di kamar sumber suara malah lebih gila
ketawanya - ngakak.
Mau tahu, itu bukan suara kentut, tetapi seperti piston diruang bakar
yang didorong oleh crankshaft pas titik api dan meledak di ruang bakar
tapi klep ke exhaust-nya nggak di dorong sama camshaft, jadi angin
keluar melalaui vagina, gile nih orang, setahu aku yang bisa gitu cuma
doggy style dengan lubang vagina sempit dan tititnya segede dandang
jaman dulu - tapi kan, buset bukannya missionary - dulu keq - masak
langsung jurus pamungkas di keluarin.
"Mbak sebelah lagi ngapain sih" katakuu ppg.
"Ya pijatlah mas" jawabnya dengan meringis geli, sambil tangannya
mengusap paha ke arah kemaluan, mungkin sedang periksa apakah aku
sudah konak apa belum.
Terdengar lagi seperti suara orang tertindih;ngeden-enak dengan
birama/ketukan dua per empat seperti lagu lagu manuk dadali atau cing
cang keling (mungkin WP-nya ketindihan sakit, tapi rasa bagian
bawahnya enak sekali).
Kalau lihat suara "ngek"-nya sepertinya dia tertindih dengan tumit di
atas bahu tamunya (mungkin mata kakinya wp sebagai hp/headphone
tamunya, sehingga dengkulnya WP ke arah bahunya WP sendiri.
"Kret, kret, kret....." suara tempat tidur dan suara lenguhan silih
berganti, wah berisik banget nih tempat tidur, jarak antara suara
ngeden dengan tempat tidur nggak ada satu detik.
Akhirnya terdengar suara teriakan (nih orang nggak punya sopan santun
kali ye, mentang-mentang bayar, memangnya aku nggak bayar apa yah, nah
di sinilah seninya kamar biasa, bisa ramai-ramai ke surga dunia, hanya
dipisahkan triplek dua lembar setinggi dua meter lima puluh centi.)
atau tepatnya lenguhan seperti sapi atau kerbau dipotong, diikuti
tempat sampah yang diinjak, dan tirai yang dibuka, nggak lama suara
gemercik air - kulihat jam dinding - cuma lima menit; wah untung nih
WP-nya - mesin dua langkah tarikan cepat - tapi ya cepat juga
keluarnya, untung mesin ku empat langkah jadi makin panas makin kuat;
atau dia menggunakan sistim fifo (first in first out).
Suara gemercik air berhenti, diikuti suara tirai, nggak lama suara
tirai terbuka lagi, dan sepi - hanya tinggal kita berdua lagi. Gila
benar nih orang apa enaknya "sex five minute" untung sama WP, coba
kalau sama pasangannya kalau nggak ditendang bijinya (benar hasil
poling cerita lucu bahwa 2% setelah senggama kencing, 10% ngorok, 5%
ngerokok, sisanya pakai baju terus pulang ke istrinya - nah yang
barusan masuk golongan terakhir ini, kali)
Mungkin tamu tadi kepalanya botak di depan, biasanya orang botak di
depan itu cepat keluarnya, soalnya kalau udah keluar dia akan pegang
dahi, jadi habis panas-panas terus dielus-elus karena nggak bisa nahan
jadi rambutnya pada rontok, sedangkan yang botak dibagian belakang
kepala, biasanya lama keluarnya, sebab si wanita akan mengelus atau
menjambak atau meremas rambut si pria sambil menekan kepala si pria ke
arah leher si wanita (hp sangrilla), wah jadi ngelantur nih, kita
balik lagi yuk,
"mbak sini coba saya buka bajunya" saranku, aku duduk di bawah lampu,
sedangkan dia duduk di tempat tidur, sehingga aku dapat melihat jelas
wajahnya, sedangkan dia, akan sulit melihat wajahku, karena sinar ada
di belakangku, setelah melepas blazernya, tampak ada kaos dengan
bagian dada yang cukup longgar sehingga belahan dadanya cukup tampak,
hanya bagian putingnya yang tak tampak dan sinar datang dari samping
(wah sayang nggak bawa tustel digitalku, soalnya posenya cukup baik),
kemudian dia duduk kembali ke tempat tidur - boleh juga nih preview
yang diberikan - kugantungkan bajunya dekat cermin.
"mas, mau dipijat nggak"
"ya mau lah"
"koq nggak di buka bajunya" sambil berkata demikian dia duduk dengan
kaki di ayunkan dan agak mengangkang sehingga tampak celana krem
dengan banyak lubang (mungkin ventilasi untuk mengurangi kelembaban)
dan ada bagian yang agak gelap
"kemarin dapat berapa tamunya?"
"wah sepi mas, mungkin tanggal tua yah"
"iya kamu dapat berapa?"
"nggak dapet"
"yang benar"
"demi tuhan, mas"
"hus, jangan bawa-bawa tuhan ah"
"kalau kemarinnya lagi"
"dapat cuma satu, itupun rese"
"resenya gimana?"
"ya orangnyakan gemuk terus tititnya kecil, pas dia di atas,
masukkinnya susah banget, habis perutnya yang duluan sampai, udah gitu
minta dari belakang lagi, dari depan aja sulit" katanya sambil senyum
"tapi kan enak" kilahku
"yah kerja ginian sih enak gak enak, mas" jawabnya
"tuh kan enaknya aja dua, enggaknya cuma satu"
"mbak sini deh" panggilku, dia turun dari tempat tidur dan berjalan ke
arahku
"aku lepasin bajunya yah"
"mas ini mau dipijat atau main?" tanyanya
wah nantangin bikin kesepakatan kerja nih, memang sebaiknya begini
jadi tidak ribut diakhirnya, sebaiknya kita sanjung dulu, biasanya
wanita paling senang kalau disanjung
"saya mau dipijat tapi bayarannya bayaran main" ucapku dengan tegas
dan melihat bola matanya
"loh koq gitu, rugi dong si mas"
"koq rugi ?" tanyaku
"iya lah kalau pijatkan ngasihnyakan serelanya, kalau main yah ada
yang $200, $150, nggak tentu mas" jawabnya
"ya sudah $150 tidak pijat tidak main"
"lho koq lebih aneh lagi"
"gimana mau nggak?"
"ya sudah"
"lho koq jawabnya ya sudah, jangan pasrah gitu dong" tegasku
"iya deh mas, duh nih orang aneh amat yah, biasanya kalau orangnya
kalem kayak gini nih, biasanya mainnya kasar dan lama nih" ucapnya
sambil menunduk, menghindari tatapan mataku, sambil berbicara saya
selalu memandang wajahnya yang tidak jauh dari mataku, karena sinar
lampu sangat jelas jatuh ke wajahnya, dapat kulihat kerutan-kerutan di
kelopak bawah matanya, nampak kalau (mungkin) dia menikmati juga
pekerjaan yang dilakoni (yang kutahu bahwa wanita orgasme yang
bergetar/kejutan adalah anus, rahim, dan kejutan di rongga vagina -
tapi melihat kerutan itu mungkin menambah satu info buat liputanku).
Dengan tetap duduk dikursi plastik aku mulai mencoba melepas kaosnya,
sekarang tinggal cd+rok+bra, saat tangannya ke atas melepas kaos
tampak bulu ketiaknya habis dicukur dan mulai tumbuh, saat matanya
tertutup kaos, dengan memejamkan mata kucium ketiaknya, basah, bau,
tapi nggak bau kecut, mungkim mbk.
Dia meronta dan terlepaslah kaosnya.
"jangan mas, bau" protesnya
"yang nyium aja nggak protes" elakku
"iya tapi kan risih" jawabnya nggak mau kalah
Setelah menggantungkan kaosnya dekat blazernya, aku mulai berdiri dan
mendekatinya
"sini aku lepas branya" dia kusuruh membelakangiku, saat ku lepas
terlihat label: triumph, 34/75 D, dan logo-logo lainnya, wah keren
juganih wp, pakai bra mahal (untuk kelas PPT spt ini), dan
kugantungkan bra-nya di atas kaosnya tadi (bayangin aku yang
melepaskan dan aku juga yang menggantungkan - jangan terburu-buru -
nikmati saja - semua gerakan lakukan dengan perlahan tanpa terburu-
buru - atur napas biar tenang), saat dia membalikkan badan, tampak
payudara yang cukup indah, dan lobang pusar yang cukup dalam.
"udah ah, malu aku, lampunya terang banget sih" protesnya sama lampu
pijar enampuluh watt, duduk di tempat tidur sambil menutup payudaranya
dengan kedua tangannya, tampaknya dia ingin gelap.
"Berapa anakmu?"
"koq tahu saya punya anak, mas ini seperti ahli aja"
"nggak, tadi di perut ada bekas parutan dan lubang pusarnya dalam
sekali, biasanya orang hamil paling nggak bisa nahan nggaruk perut dan
bekas membengkaknya perut menjadikan lobang pusarnya agak dalam"
jawabku sok tahu, padahal asal bicara saja untuk maksud tertentu.
"oh itu, jadi malu, anakku satu mas" sambil menutup perut dan
pusarnya, tapi lupa menutup payudaranya, kan aku jadi bisa lihat lagi
(pakai trik dong).
"berapa umurnya?"
"satu tahun"
"kamu umurnya berapa?"
"delapan belas"
"kenapa cerai?" aku sih menduga saja, lagian pembicaraan di ppt, nggak
ubahnya seperti chat, bedanya hanya live.
"aku dimadu"
"kan enak manis dan lengket"
dia nggak jawab hanya senyum, duh manis banget, delapan belas, anak
satu, wah otakku mulai berhitung deh.
Setelah lama menatap payudaranya sambil bicara,
"sini aku bukakan roknya"
"mas koq masih lengkap bajunya"
"iya, kamu dulu"
"nggak ah, sama-sama dong!"
ya sudah aku mengalah, terpaksa deh kedinginan, kecuali cd yang nggak
aku lepas (sambil melepas aku melirik ke arah mana matanya si mbak
melihat) - nampaknya masih punya rasa malu juga dia melihat pria
melepas pakaian di depannya (itu perasaanku saja, nggak tahu yg
lainnya) sebab dia membuang muka dengan melihat ke cermin.
"sini aku bukain" sambil duduk di kursi plastik yang kumajukan
sehingga mendekati tempat tidur, dia menurut, kubuka roknya, dengan
posisi dia tetap duduk di tempat tidur, dengan membukakan pengait rok
di bagian belakang, sehingga mulutku mendekati payudaranya, sengaja
aku tidak menciumnya, tetapi hawa panas dari lubang hidung aku
hembuskan secara perlahan ke putingnya (panas karena aku kedinginan,
sehingga dalam berbicara terkadang aku menahan nafas), hasilnya dia
menghembuskan nafasnya secara mendadak ke punggungku (dari sini aku
mulai dapat signal)
Setelah pengait terlepas aku tarik ke depan, dia membantu melorotkan
rok+cdnya,
"celananya nggak usah mbak!" protesku
dan kakinya ditekuk dan diangkat ke atas, tak lupa aku melirik ke
bagasinya yg tertutup, not bad, cukup mulus, selanjutnya ku gantungkan
roknya dekat kaos+bh-nya (ini bukan rumus mtk, lho). Kadang wanita itu
indah dilihat bila masih menggunakan bra+cd, gimana gitu.
Aku angkat kursi plastik dan melangkah mundur ke bawah lampu, wah
nyesel aku nggak bawa tustel digitalku, dengan rambut sebahu,
payudaranya besar nggak kecil nggak dengan warna hitam nggak coklat
nggak (apa dong?, mau tahu warnanya, ada coklat ada hitam ada pink,
soalnya kan belum duapuluh, kulitnya putih nggak coklat nggak.
"coba kamu duduk di pangkuanku" pancingku untuk tujuan tertentu
dia menurut, aku perhatikan cara dia berjalan, saat dia akan duduk,
tirai agak bergoyang, soalnya ada tamu+wp yang lewat mau masuk kamar
sebelahku
"mbak tuh kainnya kurang nutup" pancingku
dia berjalan kemudian jongkok dan meletakkan sepatu dibawah tirai
(artinya dikamar ada tamunya), saat dia jalan dan jongkok, tuh
pinggang+pinggulnya bisa membuat jakun pria bergerak naik turun.
Dia duduk dipangkuan dengan jari memutar putingku, seolah-olah memutar
gelombang radio dua band dan mulutnya menjilati leher dan daun
telingaku, terpaksa tahan nafas lagi, lama-lama lemas juga
mangkusubroto eh salah mangku cewe.
"yuk kita tiduran aja" usulku sambil mematikan lampu, sebab kamar
sebelah menyalakan lampu yang sama terangnya.
Setelah dia terlentang, aku membukakan cd-nya (tahu nggak saat seperti
ini adalah saat yang indah buat kaum pria, karena akan tertegun
melihat keindahan alam - hutan kali), kemudian dirapatkan kedua
pahanya sehingga aku tak dapat melihat lebih jelas kemaluannya (pemalu
atau akting), aku turun dari tempat tidur untuk menggantungkan cd-nya
dan melepas cdku dengan rudal yang males bangun (30% gitu, kalau
pemula mungkin sudah 100%).
Ku angkat tangannya, dan kucium ketiak dan sekitar payudarannya
tepatnya sih menggesek kumis dan jenggot yang panjangnya cuma setengah
milimeter sambil membuang hawa panas),
Dia melenguh, aku pun segera protes
"mbak jangan bohongin aku yah" (memang para wp mungkin lebih baik dari
pemenang piala citra dan politikus untuk akting)
"maksudnya?" tanyanya
"jangan akting, aku senang yang alami"
dia mulai diam melenguh, aku meneruskan perjalan kumis dan jenggotku,
dari ketiak terus ke payudara bagian pinggir, pinggir pentilnya (ingat
jangan dihisap, karena kamu bukan bayi - eh salah yg benar, biarkan
atau tunggu hingga ada permintaan), ke perut, cukup.
Aku merasakan tubuhnya merinding dan bulu-bulu halusnya beridiri (yang
ini nggak bisa akting, pasti asli)
"mas aku merinding" protesnya, ya sudah aku menghentikan jalan-jalan
dengan kumis dan jenggotku, selanjutnya aku duduk diantara ke dua
pahanya, dengan memanfaatkan pantulan cahaya plafon yang mendapat
sinar dari kamar sebelah, aku mulai melihat keindahan alam (pernah
saking larisnya wp, sampai sperma yang tececer lupa dibersihkan
sehingga membentuk kerak di antara vagina dan anus).
Nampak bulu kemaluannya bagian kiri ke kanan, sedangkan yang kanan ke
kiri, bertemu tepat di garis penalti, eh salah, celah vagina, dan
menjulang tinggi tapi ketekan sama helm, eh bukan cd, jadi bentuknya
gimana yah, bayangin sendiri deh.
"mbak kamu cirebonnya mana sih" tanyaku, soalnya koq nggak botak
"kuningan" jawabnya, wah pantesan aja, aku sedikit senyum sendiri
"koq senyum, mas, kenapa punya saya lucu yah" protesnya dengan mata di
buat melotot, padahal dia juga tersenyum. Wah aku menertawakan
kuningan-nya, tapi karena di depan vagina jadi, disalah tafsirkan.
"nggak, nggak apa-apa"
Artinya nih rambut belum ada yang ngacak-ngacak, alias saya yang
pertama (hari ini, maksudku), tapi otakku kadang iseng,
"kamu hari ini sudah dapat berapa tamu?" tanyaku
"belum, kenapa sih koq tanya gitu?" balasnya
benerkan, otakku emang otak ngeres kali.
"nggak nih rambut masih rapih, apa habis dari salon" ledekku,
selanjutnya aku buka labia minor dan menunduk untuk bercermin, eh
bukan lihat doang koq.
"mas jangan dijilat, aku nggak suka" elaknya
"ya sudah" jawabku, padahal siapa yang akan nyium, lha saya Cuma cek
fisik (seperti orang gudang aja), tapi aku lihat bekas melahirkannya
sempurna tidak tampak, dan bibir kecilnya tidak jatuh (karena kecil-
pendek dan gemuk+rapet, ini kalau kemasukkan rudal pasti ditusuk
ngikut ditarik nurut)
"mbak, katanya punya anak satu, tapi, bibirnya koq........." ucapku
"iya kan dirawat mas" jawabnya
wah apa dioperasi plastik, atau gurah vagina.
Saat aku menyentuh clit, dan memijatnya (aku dapat menyentuh clit
tanpa membuka bibirnya, karena clit-nya bukan tipe yang tersembunyi,
alias tampak dengan jelas seperti helm tentara yang sembunyi di semak
belukar) dia mulai bergoyang
"ingat jangan akting" protesku
dia diam saja, dan bergoyang, saat saya akan memasukkan jariku,
"jangan dimasukkan pakai jari mas, kalau mau sama punya mas aja!"
wah, sulit juga nih, oral nggak nggak boleh, pakai jari nggak boleh,
jurus delapanku nggak laku deh,
"kenapa sih koq nggak boleh" protesku
"takut kukunya melukai punyaku, nanti infeksi" jawabnya
wah betul juga, yah nggak ada akar rotanpun jadi (kebalik yah), aku
meludah ke telapak tangan kiriku dan ku olesi jari telunjuk kananku,
selanjutnya, aku tetap memijat clit-nya dari arah bawah ke atas, dan
"mencium" ketiak dan sekitar payudaranya, dan
terdengar suara erangan, kaget juga aku, kupikir mbak yang bersama
aku, tapi ternyata dari kamar seberang, dan nggak lama terdengar lagi
lebih keras, dan ada yang mengerang lebih keras lagi, wah nih suara
jadi surround gini, ternyata di sebelah kiri, belakang dan depan,
kamarku wp-wp-nya pada mengerang, sampai
"mir, kecilin dikit volumenya" bentak wanita yang kutindih
"biarin aja mbak" bisikku takut terdengar
nggak lama terdengar beberapa tempat tidur berderit dan diikuti suara
lenguhan, ternyata semua kamar telah mematikan lampu sehingga suasana
gelap gulita.
Nampaknya pijatan jariku di clit-nya membuat bergoyang makin kuat dan
tanpa disadari jariku masuk dengan sendirinya, langsung deh pakai
jurus delapan (baca liputan ke dua - untuk lebih jelasnya), ternyata
di dalamnya sudah banyak cairan, semakin lama, terdengar bunyi aneh di
vaginanya, dan tampak matanya hanya bagian putih saja (serem lho,
seperti orang mati) dari penyesuaian mataku terhadap gelap dan
memanfaatkan cahaya remang dari pintu masuk, aku dapat melihat
getaran-getaran kecil di kelopak bagian bawahnya, pantes cepat
keriput, nahan enak, enak itu harusnya dilepas jangan ditahan ntar
jerawatan.
"mbak, kalau tititnya tamu gede, apa nggak sakit?" tanyaku
"aku cepat sekali basahnya, mas" jawabnya sambil menggoyangkan
pantatnya tanpa mengubah matanya yang tetap putih dan getaran kelopak
matanya
karena suasana gelap dengan suara lenguhan beberapa wp yang saling
bersahutan dam diikuti derit tempat tidur mengakibatkan rudalku
mengeras (susasananya jadi seperti gang bang)
"mas udahan ah, malu aku, sudah banjir tuh" bisiknya
memang sih cairan bening telah melelehi kelingking dan jari manisku
"ya sudah, saya di bawah, kamu di atas" usulku
aku terlentang, kemudian dia membersihkan vaginanya yang banjir dengan
ujung kain sprei baru, kemudian mengangkangi rudalku, saat digenggam
dan akan dimasukkan,
"eit, jangan dimasukkan"
"kenapa, mau pakai kondom, tuh di bajuku ada"
"nggak mau" rengekku seperti anak kecil
"dimasukkin nggak mau, pakai karet nggak mau, terus maunya apa?"
tanyanya seperti seorang ibu yang kesal sama anaknya
"kamu tidur saja di atasku" gantian luh tadi aku juga dengan susah
payah membuat kamu basah dengan kriteria yang cukup sulit, sekarang
gantian ucapku dalam hati
Nampaknya dia tahu isi hatiku, dia mulai menindihku, saat akan mencium
bibirku aku membuang muka (ingat jangan sekali-kali mencium wp, bisa
jadi dia melakukan oral sex, jadi kesehatan mulutnya tak terjamin),
dia tahu penolakanku dan melakukan jilatan di sekitar kuping dan leher
berjalan perlahan dengan lidahnya ke arah putingku (lidahnya seperti
ular saja) dan melumat habis putingku sehingga warna lipstick
berpindah ke putingku, hisapan dan pijatan dengan lidah, kemudian
jilatan lidah turun ke pusar, terus ke ujung rudal, sampai lubang
rudalpun dijilati, memasukkan sebagian palkon saja ke mulut tanpa
memegang, jilatan ke arah biji, terus ke arah anus, tapi anus tidak
dijilat (karena enak aku mencoba mengangkat pantat, agar anusku
terjilat, tapi dia tahu dan kepalanya pun ikut ke atas) nampaknya dia
juga mencoba menyiksaku,
Kembali dia menjilat biji dan ke palkon kali ini dia memegang
batangnya dan memasukkan ke mulut, saat masuk dihabisi sampai palkonku
menyentuh langit-langit bagian belakang mulutnya, saat ditarik
hisapannya kuat sehingga mulutnya agak kempot, saat kedua gerakan itu
berlangsung ditambahi dengan jilatan lubang rudal, wah sensasinya,
ditambah lagi dengan kegelapan dan suara lenguhan dan derit tempat
tidur tetangggaku, ku gigit bibir bawahku, untuk meyakinkan ini alam
nyata atau mimpi.
Ternyata sakit, wah berarti aku ada di alam nyata, saat dia menghisap,
matanya menatap ke arahku (kepalaku kuganjal dengan bantal yang
kutekuk jadi dua; jadi aku dapat melihat aktifitasnya), untuk ke tiga
kalinya aku menyesali atas tertinggalnya tustel digitalku
"mbak jangan terburu-buru untuk mengeluarkan, yah" rayuku
"iya, tapi jangan dikeluarkan dimulut yah" mohonnya
akhirnya tumbang juga saat akan keluar, aku benar-benar lupa,
akibatnya karena dia tahu akan keluar buru-buru dicekik batangku, dan
setelah keluar mulut baru dilepaskan sehingga letupannya menembak
dinding triplek dan tampak seperti dahak meleleh (coba kalau seng
pasti bunyi), diikuti degan lenguhan orgasme para tamu di sekeliling
kamarku (wah orgasme bareng nih - suaranya surround).
Sambil melap mulutnya yang banyak ludah, dia bilang
"mas aku kan tadi nafsu banget, kenapa sih koq nggak dimasukkin aja?"
rayunya
"nggak apa-apa"
"pasti ini kesayangan istrinya" sambil memijat rudalku
"bisa aja kamu, kenapa kamu koq nafsu banget?" balasku
"habis keras sih, udah gitu akukan sudah lama nggak dapet tamu, jadi
yah gatel gitu" ucapnya sambil senyum genit dan melap vaginanya dengan
sprei bersih
"kamu bisa aja" jawabku
"mas sudah lama nggak keluar yah, koq kentel banget?" tanyanya sambil
menatap "dahak" yang menempel di tembok
"koq tahu"
"lah itu" jawabnya sambil melap "dahak" dengan kain sprei yang kita
pakai
"aku mandi dulu yah" dengan melilitkan handukku sebatas menutupi
payudara dan bokongnya dia keluar kamar, nggak lama dia kembali dengan
sedikit berlari dan gemetar kedinginan.
"sini aku pakaikan" kataku, sambil mengambil cd-nya, kupakaikan, tak
lupa kupukul pantatnya, dianya melotot, dan kupakaikan bra-nya dari
belakang sambil meniup telinganya
"geli ah, ntar nambah nih" protesnya
setelah lengkap dia minta ijin,
"aku keluar dulu mau ambil handuk bersih buat kamu" aku mengangguk
setelah handuk ku pakai aku menuju kamar mandi, karena kamar mandi
tanpa pintu hanya menggunakan tirai plastik buram dan posisi tertutup
juga tidak ada bunyi gemericik air aku langsung masuk,
"oups, maaf mbak" jawabku, tanpa berusaha keluar kamar, tampak seorang
wanita dengan bulu ketek lebat dan bulu vag yang sangat lebat, dengan
posisi jongkok (jingkat persisnya - bertumpu pada jari kaki) sedang
membersihkan vaginanya dengan shower, sambil menggerakkan jari keluar
masuk vagina (yg jelas sih bukan lagi masturbasi - tapi membersihkan
bagasi)
"maaf mas, bisa keluar nggak?" katanya setengah berbisik, saran yang
baik coba kalau bukan di ppt, pasti akan dengar lolongan ala tarzan
"oh, iya, boleh tahu namanya?" bisa yah, kenalan di kamar mandi dan
lagi telanjang
"Exxx" jawabnya
"ya, terima kasih" aku langsung keluar sebelum disiram, dan langsung
masuk kamar mandi satunya
Selesai mandi langsung ke kamar, sprei telah diganti (inikan sprei
yang buat melap vag-nya tadi), dan si mbak telah rapi, kuberikan uang
jasanya
"jarang lho tamu kayak mas"
"maksudnya"
"iya nggak main, nggak nambah, nggak rese" cerocosnya
"kamu kalau nyanjung jangan tinggi-tinggi ntar aku jatuh" ledekku
"eh di sini, yang bulu keteknya lebat siapa sih?"
"oh itu sih mbak Exxx" jawabnya, wah berarti nggak bohong tuh cewek
"bisa nggak satu tamu dengan dua wp?" tanyaku
"boleh asal bayarnya tetap double!" jawabnya
"kalau satu kamar dengan dua wp dan dua tamu?"
"sama, boleh asal bayarnya double!, kenapa mau double"
"kamu biasa double sama siapa?" tanyaku
"sama mbak Exxx" jawabnya
"yah, sudah terima kasih ya" ucapku, sambil mencium pipinya
"balik lagi ya mas" bujuknya
"nggak janji" jawabku
Aku menuju resepsionis membayar kamar sekaligus memberi tip buat si
mbak (bukan apa-apa, nanti kalau sewaktu-waktu aku butuh dia ; bukan
tubuhnya lho, kecuali dia mau; untuk pesan wp biar mudah), dan meuju
tempat parkir belakang. Si mbak nyusul sampai pintu dan
"gus" teriaknya ke petugas parkir sambil tangannya memberi kode,
maksudnya jangan diminta biaya parkir.
Sesampainya dekat vw-kodokku
"selamat sore pak" tegurnya, pria hitam berumur duapuluh tahunan
"sore, siapa nama kamu?" tanyaku
"Agus, pak" jawabnya
"apa kerja kamu?" tanyaku
"kadang tukang parkir, kadang bawain mbak-mbak ke penginapan" jawabnya
"kamu pernah ngintip mbak-mbak lagi main?"
"nggak pak, paling si mbak kadang memamerkan teteknya saat di ruang
tunggu belakang, atau tampak pahanya saja, kalau yang kurang ajar sih
kadang nunjukin pejunya tamu yang keluar dari punyanya sebelum dicuci
di wastafel saat saya bawain minum buat tamu" cerososnya
"pernah nggak kamu main sama mbak-mbak di sini?" tanyaku
"duit dari mana pak, lagian mana mau mbaknya!" jawabnya
"kalau saya bayarin, mau nggak?" pancingku
"eh, yang benar pak, kapan?" jawabnya, nah dimakan deh umpanku
"saya nggak janji, tapi kamu mau kan"
"mau, mau, pak!" aku langsung masuk mobil, dan ditutupkan pintunya
olehnya, dan meluncur ke jalan besar, terpikir deh oleh otakku
rencana-rencana gila.
Saat aku akan keluar nampak seorang wp naik ojek (kalau berdiri saja
roknya setinggi lima jari dari lutut, kalau duduk di atas motor nah
bisa bayangin kan) iseng aku mengikuti kemana dia akan dipesan, tampak
tidak jauh dari PPT dia turun dan masuk ke rumah yang cukup besar, aku
coba menahan laju mobilku, tampak tulisan "kost putri" di depan rumah
yang dimasukin wp tadi. Wah ini toh mabes-nya.
Bye
Pesan : bagi yang belum pernah ke ppt, sebaiknya jangan ntar
ketagihan, bagi yang takut ramai, ya pesan saja bawa ke tempat sepi,
buat yang hobi jangan lupa pakai sarung dan kurangi frek-nya, bagi
yang sudah kepatil jangan diobati sendiri ntar nggak bisa bangun (od),
tapi ke bu dokter (kalau udah sakit, "bangun" itu sangat menyiksa
lho), siapa tahu bisa uji-mampu, bagi yang nggak punya duit baca ccs
sambil bawa babyoil, kalau nggak kuat beli babyoil pakai ludah - aman
and murah kan.