dulu ada pepatah;
"Di atas langit masih ada langit yang lain”
apakah sama bila saya mengatakan, "diatas Tuhan masih ada Tuhan yang lain?"
pepatah kuno itu kan berintikan bahwa kita tidak boleh sombong, karena pasti masih ada yang "lebih" dari kita...
bukankah sesuatu yang kau puja juga sangat sombong?
dia mengekalkan dirinya sebagai yang paling "MAHA"....
padahal mungkin saja ada kuasa yang lebih tinggi dari dia.... mana kita tahu? :
bodohnya umat manusia ya. sesuatu yang sombong dipuja puja, disembah dan diagungkan. : :
:
Dengan menyebut Nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang..
Saya tidak tahu yang anda sebut ini Tuhan siapa ?
Diatas langit memang masih ada langit. Tetapi diatas Allah tidak ada Tuhan yg berhak disembah Kecuali Dia yang memiliki semua yang ada di bumi dan alam semesta ini..
Selanjutnya..
Allah SWT tidak perlu sombong karena memang secara hakikatnya tidak ada satupun yang menyamai Allah SWT alias tidak ada yang sederajat sehingga ‘tidak ada persaingan’ yang membuat Allah SWT itu harus bersifat sombong.
Apalagi kalau hanya sekedar kepada manusia yang merupakan ciptaannya yang sepenuhnya berada dalam ‘genggaman’ Allah SWT alias Allah SWT berkuasa terhadap manusia namun tidak sebaliknya. Benar-benar sombong itu tidak diperlukan Allah SWT dan sangat tidak relevan.
Berdasarkan uraian pemahaman saya tersebut maka menurut pendapat subyektif saya, sifat sombong itu tidak ada relevansinya jika dianggap/dijadikan sebagai sifat Allah SWT. Benar-benar tidak relevan.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, “Keperkasaan adalah sarang-Ku dan kesombongan merupakan selendang-Ku. Barangsiapa merebutnya dari-Ku maka Aku akan menyiksanya,” (HR Muslim ).
Menurut pendapat subyektif saya, kalimat hadist tersebut tidak harus diartikan bahwa kesombongan itu adalah sifat Allah SWT.
Beda dengan keperkasaan, karena salah satu nama Allah (Asmaul Husna) adalah Al-Qahhar (Al Qahhar) yang artinya Yang Maha Perkasa.. dan tidak ada nama Allah yang menunjukkan bahwa Allah itu Maha Sombong..
Perumpamaan kesombongan sebagai suatu selendang dan Allah SWT akan menyiksa orang yang merebut selendangNya itu menunjukkan bahwa Allah SWT sangat tidak menyukai orang yang sombong.
Dari sudut pandang kita hamba yang beriman kepada Allah SWT, tentu saja sifat sombong itu adalah sifat yang konyol sekali..
Jadi, saya menafsirkan hadist diatas tetap pada pemahaman bahwa kesombongan itu bukan sifat Allah SWT dan Allah SWT tidak pernah menyatakan bahwa dia Maha Sombong..
Ada yang bertanya sebenarnya cukup jelas. “Sombong itu merupakan selendangKu” itu menunjukkan bahwa sombong adalah kepunyaan Allah dan Hak Allah.Oleh sebab itu makhluk tidak boleh sombong karena sombong itu adalah hak Allah. Perumpamaannya kenapa makhluk tidak boleh sombong adalah …jika hak kita dipakai oleh orang lain kita marah bukan…? Sombong itu terpuji disisi Allah tapi tercela bagi makhlukNya. Kepunyaan Allah Langit dan bumi. Tidak selembar daun yang gugur dari pohon tanpa sepengetahuan Allah. Dia Maha Besar, Maha Mengetahui, Maha sempurnya, yang kekal abadi sementara yang lainnya fana. maka tidak pantaskah Allah Sombong…?
Salam
Jadi singkatnya memang ada perbedaan pendapat dalam memahami maksud Hadits Riwayat Muslim tersebut. Itu alamiah sekali. Itu sunnatullah..
Perumpamaan Selendang
Saya mencoba menuliskan ulang tanggapan diatas dalam menyimpulkan kalimat “kesombongan merupakan selendang-Ku” dalam hadist qudsi riwayat Muslim tersebut:
sombong adalah kepunyaan Allah dan Hak Allah
Oleh sebab itu makhluk tidak boleh sombong karena sombong itu adalah hak Allah.
Saya tidak menolak jika kalimat hadist tersebut difahami bahwa “sombong adalah kepunyaan Allah dan Hak Allah” tetapi itu tidak berarti bahwa Allah SWT memiliki sifat sombong.
Menurut pendapat subyektif saya, itu hanya menunjukkan bahwa manusia itu tidak ada pantas-pantasnya untuk bersifat sombong karena kalau mau sombong-sombong an maka siapa yang bisa mengalahkan Allah SWT (kalimatnya bukan : maka siapa yang bisa mengalahkan kesombongan Allah SWT).
Secara hakikat, Allah SWT dan manusia itu beda buanget. Jadi tidak akan pernah ada ceritanya manusia bisa mengalahkan Allah SWT.
Jadi kalimat pada hadist tersebut bukan bermaksud untuk bilang bahwa Allah itu sombong atau sifat sombong itu hanya milik Allah SWT dan bukan milik manusia, TETAPI lebih bermaksud untuk mengingatkan manusia untuk jangan sombong karena memang percuma, konyol dan sangat menggelikan kalau kita bandingkan dengan semua apa yang dimiliki oleh Allah SWT dari mulai harta yang dimiliki Allah SWT; Kekuasaan Allah SWT terhadap nyawa, fisik dan kehidupan manusia dan lain-lain.
Jadi kalau ada manusia yang sombong itu artinya dia tidak memahami keterbatasan dan kefanaan dia sebagai manusia. Lha wong manusia tidak pernah tahu dengan sebenar-benarnya apa yang akan dia alami setelah mati kok ya berani-beraninya sombong.
Oleh karena itu lah saya berbeda pendapat dengan pernyataan diatas di kalimat selanjutnya yang berbunyi ‘Perumpamaannya kenapa makhluk tidak boleh sombong adalah …jika hak kita dipakai oleh orang lain kita marah bukan…? ‘
Jadi, sekali lagi menurut pendapat subyektif saya, perumpamaan selendang Allah itu bukan soal jika selendang (baca: hak Allah) itu digunakan oleh orang lain lalu pemilik selendang (baca: Allah SWT) akan marah. Karena faktanya, ada banyak hal yang dimiliki Allah SWT diberikan kepada kita sebagai ciptaannya.
Berdasarkan uraian pemahaman subyektif saya diatas maka pernyataan ‘Sombong itu terpuji disisi Allah tapi tercela bagi makhlukNya’ itu menjadi terlalu jauh alias sudah tidak relevan.
Bersambung..