
"Tapi misi kapal perang Xuzhou bukan sekedar misi kemanusiaan. Jika pemerintahan-pemerintahan demokratis muncul di antara padang pasir bangsa-bangsa otokrasi Timur Tengah, mereka tidak akan lagi menjadi sekutu barat. Mereka akan mencari sekutu-sekutu baru, dan Xuzhou berada di sana untuk menunjukkan benderanya."
Hampir 600 tahun telah berlalu sejak kapal-kapal perang Cina berlabuh di pantai-pantai Afrika. Namun kini mereka kembali.
Pada abad 15 Dinasti Ming Cina mengirim armada terbesar dalam sejarah ke Samudra Hindia di bawah komando Laksamana Zheng He (Cheng Ho). Menyingkirkan semua musuh, menghancurkan para perompak dan menarik upeti dari para penguasa dan mengirimkan misi hingga ke Arab dan Kenya.
(Dengan armada yang sangat besar tersebut memang Cheng Ho bisa melakukan misi militer. Namun di Indonesia, ia hanya "berani" menjalankan misi perdamaian. Tentu ia menyadari kekuatan bangsa Indonesia kala itu. Majapahit adalah negara maritim superpower dengan kapal-kapal bermeriam api-nya. Sisa-sisa kerajaan Majapahit setelah kedatangan Cheng Ho bahkan berhasil mengusir Portugis dari Jawa dan orang-orang Maluku mengusirnya dari Ternate. Padahal kala itu Portugis adalah superpower laut baru. Terlebih lagi Cheng Ho juga menyadari, orang-orang Indonesia pula yang pernah mengalahkan tentara Mongol, bangsa yang pernah menjajah Cina)
Dan kemudian, seperti saat mereka datang, kapal-kapal itu menghilang begitu saja. Dan mereka baru kembali setelah tahun 2008. Sekali lagi para perompak mengganggu kapal-kapal Cina, kali ini para perampok Somalia di Teluk Aden. Dan kapal-kapal Cina datang untuk menghancurkan mereka.
Namun sejarah tidak pernah benar-benar berulang dengan sendirinya. Pada abad 15 Cina tidak banyak mengenal Afrika. Kini Cina adalah mitra dagang Afrika terbesar. Ratusan ribu pekerja Cina bekerja di sana, di semua sektor. Dari perminyakan, industri baja, hingga pertanian dan sektor keuangan.
Bulan lalu, Cina melakukan langkah baru, jauh di atas apa yang terjadi 6 abad yang lalu.
Saat Libya diguncang oleh revolusi dan perang saudara, Cina mengirimkan kapal fregat Xuzhou seberat 4.000 ton, untuk mengawal kepulangan 30.000 warga negara Cina dari Libya. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, kapal perang Cina berlayar di Laut Mediterania.
Tapi misi kapal perang Xuzhou bukan sekedar misi kemanusiaan. Jika pemerintahan-pemerintahan demokratis muncul di antara padang pasir bangsa-bangsa otokrasi Timur Tengah, mereka tidak akan lagi menjadi sekutu barat. Mereka akan mencari sekutu-sekutu baru, dan Xuzhou berada di sana untuk menunjukkan benderanya.
Dan jika, para diktator peenguasa Arab itu tetap bertahan, mereka juga akan mencari teman baru, karena mereka tahu bahwa kini Amerika Cs telah mengabaikan mereka. Untuk mereka pun, Xuzhou berada di sana untuk menunjukkan benderanya.
Maka pemenang terbesar dari Revolusi Melati di Libya mungkin saja adalah Cina.
Beberapa dekade sejak saat ini, pelayaran Xuzhous mungkin akan menjadi simbol dari perubahan kekuatan global, dari Barat ke Timur.
Namun sebagaimana sebuah perubahan arah sejarah, konsekuensinya membutuhkan waktu bertahun-tahun. Amerika saat ini memiliki 11 kapal induk yang menguasai seluruh penjuru dunia. Inggris memiliki 2 kapal induk. Perancis dan Rusia masing-masing memiliki 1 kapal induk. Cina belum memiliki satu pun.
Cina memang telah mengembangkan kekuatan kapal selam dan peluru kendali anti-kapal dan akan membuat Amerika mengalami kerugian besar jika berani melakukan konflik dengan Cina di Selat Taiwan. Namun Cina tidak bisa berharap menang perang laut melawan Amerika di perairannya sendiri. Barat masih menguasai laut, namun Xuzhou mungkin menjadi simbol perubahan kekuatan di masa mendatang.
Minggu lalu Cina mengumumkan kenaikan anggaran militernya sebesar 12,7% menjadi $95 miliar.
Menurut sumber-sumber militer dan politik Cina, Cina kemungkinan besar akan meluncurkan kapal induk pertamanya tahun ini, setahun lebih cepat dari perkiraan para analis militer. AL Cina telah membangun armada kapalnya dengan gencar sejak tahun 2001 dan berencana mengganti semua kapal kunonya dekade ini. Pada tahun 2009 berhasil meluncurkan kapal selam nuklir pertamanya dan kini tengah membangun pangkalan kapal selam modern di Hainan.
Pada bulan Januari lalu Cina memperkenalkan pesawat tempur siluman pertamanya, dan musim semi ini diperkirakan kapal induk pertama Cina mulai beroperasi. Pada tahun 2020 diperkirakan Cina telah memiliki 3 kapal induk konvensional dan 2 kapal induk nuklir.
Dan sementara angkatan laut Cina tumbuh pesat, kekuatan barat justru mengalami kemerosotan. Kedodoran mengatasi anggaran belanjanya akibat krisis keuangan namun ketakutan dengan ketidak puasan rakyatnya sendiri, pemerintahan-perintahan barat dengan bernafsu menatap anggaran pertahanannya.
AL Amerika saat ini memiliki 285 kapal perang, lebih kecil dari kebutuhan sebanyak 313 kapal. Dan dengan anggaran militer yang masih belum mendapat persetujuan Congress, kemungkinan besar akan terjadi pengurangan anggaran militernya.
Inggris masih menjadi kekuatan laut nomor 2 terbesar di dunia dan telah berencana mengganti kapal-kapal induknya. Namun dengan masalah keuangan yang lebih parah dari Amerika, khususnya karena oposisi masyarakat, Inggris kemungkinan akan menghentikan operasi kapal-kapal induknya sebelum kapal induk yang baru mulai dibuat.
Ada banyak cerita menarik mengenai ambruknya kekuatan laut Inggris ini. Misalnya saja kabar mengenai kapal amphibi Amerika yang akan berlayar di Sungai Thames untuk melindungi kota London selama Olimpiade tahun 2012 mendatang. Cerita menarik lainnya adalah kemungkinan Inggris hanya mengoperasikan 1 kapal induk baru, dan menyatukan angkatan lautnya dengan angkatan laut Perancis.