Umumnya, daripada mendengar mangrove, kita masih lebih mengenal bakau, untuk menunjuk tanaman yang tumbuh di pertemuan perairan tawar dan asin ini. Masyarakat pesisir, terutama di daerah tempat bakau berada, sebenarnya sudah mengembangkan kemampuan dalam mengolah bakau tersebut menjadi bahan makanan. Jenis Bruguera gymnorizza atau tanjang, bahkan bisa diolah menjadi bahan baku cake dan diolah menjadi minuman dawet. Bakau, atau dalam buku teks merujuk kepada species api-api atau avicienna, buahnya malah bisa diolah menjadi camilan yang gurih. Ada lagi, satu jenis buah yang olh masyarakat asli pesisir jakarta dinamakan pidada, diolah menjadi juice, dan di Surabaya, diolah menjadi sirup. Rasanya.. hmm, jangan tanya sebelum mencicipi sendiri.
Oleh karena itu, melestarikan bakau atau mangrove, sebenarnya lebih menguntungkan daripada kita merusaknya. Umumnya, kayu bakau sangat dibutuhkan dalam persiapan konstruksi bangunan. naun kecepatan tumbuhnya, ternyata tidak mampu menandingi kecepatan manusia dalam memanfaatkannya, sehingga keberadaannya terus menyusut. padahal, secara ekologis, bakau ditengarai memiliki peran strategis dalam menahan daratan sehingga tidak tergerus oleh ombak laut. Bahkan, dengan kemampuan akarnya, bakau mampu menahan tsunami sekalipun.
Jadi bagaimana menurut anda? Apakah lebih baik jika kita tidak menebang pohonnya, namun cukup dengan memetik buahnya.