sambungan ....
Rencana Pulau Tulip

Belanda merencanakan untuk membangun Pulau Tulip di tepi pantai yang menghadap ke Laut Utara. Konsep pulau ini mirip dengan Pulau Palem di Dubai yang dibuat dengan menggunakan sekitar 100 juta meter kubik pasir yang salah satu perancangnya adalah kontraktor asal Belanda, Van Oord. Rencana pembangunan Pulau Tulip tersebut bukannya tanpa sebab, melainkan karena beberapa pertimbangan diantaranya:
1. untuk membentengi wilayah garis pantai utara dari arus pasang laut.
2. untuk mengatasi kepadatan penduduk.
3. untuk meningkatkan produksi pertanian.
4. untuk memberikan peluang kepada perusahaan-perusahaan Belanda yang bergerak dalam bidang manajemen air dan tanah agar dapat tumbuh dan berkembang dengan merespon permintaan global terkait pemanasan global yang terjadi saat ini.
Pulau berbentuk Bunga Tulip ini didesain dengan panjang 50 kilometer dan luas 48,6 ribu hingga 101,2 ribu hektare di lepas pantai Randstad yaitu wilayah disekitar Amsterdam, Rotterdam, The Haque, dan Utrecht, yang tergolong wilayah padat penduduk. Pulau itu bisa digunakan untuk lahan perumahan, pertanian, wilayah cagar alam dan suaka margasatwa.
Kepadatan penduduk di Belanda telah meningkatkan kebutuhan akan lahan perumahan yang menyebabkan melambungnya harga lahan dan berkurangnya lahan pertanian. Padahal, Belanda adalah negara eksportir hasil pertanian terbesar di dunia. Jumlah penduduk tercatat 16 juta jiwa dengan luas wilayah 41.526 kilometer persegi sehingga kepadatan penduduk mencapai 385 jiwa per kilometer persegi pada tahun 2007. Jika pulau dibangun seluas 100 ribu hektare area, diperkirakan akan menghasilkan uang senilai 10 Milyar Euro (US$14,69 milliar) yang sudah cukup untuk mengembalikan modal awal pembuatan pulau.

Partai yang menguasai parlemen menginisiasikan pulau ini berbentuk Bunga Tulip, bukan kincir angin atau pun kelom (sepatu kayu khas Belanda) karena Belanda identik dengan Tulip dan nantinya pulau ini diharapkan dapat mempromosikan pariwisata Belanda juga.
Rencana ini masih menimbulkan pro dan kontra dikalangan aktivis lingkungan dan anggota parlemen lainnya. Namun, pemerintah optimis akan kelayakan investasi dalam pembangunan pulau ini karena selama ini Belanda memang telah terbukti pionir dalam penanganan proyek manajemen air dan tanah. Amerika Serikat juga pernah meminta bantuan pada Belanda untuk manajemen air setelah banjir yang melanda New Orleans pada tahun 2005. Selain itu, perusahaan-perusahaan Belanda juga sudah menjadi pelopor utama pengembangan wilayah pesisir di seluruh dunia.
Pembangunan dengan Sistem Terapung
Proyek pembangunan rumah dan apartemen mengapung (floating) di Belanda kini semakin menjadi trend. Hal ini juga merupakan salah satu bentuk adaptasi masyarakat Belanda terhadap lingkungannya. Semua bangunan dan gedung dirancang agar dapat naik dan turun menyesuaikan dengan ketinggian air. Kita bisa melihat beberapa contoh proyek yang sudah dan akan dilaksanakan oleh salah satu perusahaan arsitektur terkenal Belanda, Waterstudio, yang berbasis di Rijswijk yang mendesain struktur bangunan mengapung di berbagai negara di dunia. Waterstudio merupakan perusahaan pionir dalam bidang arsitektur dan desain, perencanaan kota dan ekonomi, serta inovasi dan konsep. Perusahaan besar lainnya di Belanda yang bergerak dalam manajemen air antara lain Deltares, Fugro, dan ARCADIS.
A. Arsitektur dan Desain
Waterstudio merancang semua bangunan agar bisa naik dan turun sesuai dengan ketinggian air. Proyek yang sudah terealisasi sejak pertengahan tahun 2008 lalu diantaranya adalah beberapa Watervillas sedangkan apartemen akan mulai direalisasikan pada akhir tahun 2010. Berikut contoh Watervillas dan apartemen yang dirancang oleh Waterstudio.
* Watervillas

Watervilla Kortenhoef, The Netherlands, realisasi: Mei 2008

Watervilla IJburg 2, Amsterdam, The Netherlands, realisasi November 2008
* Apartemen

Floating apartmentcomplex Amsterdam, the Netherlands

The Citadel
bersambung ....