Secara grammatikal, elohîm adalah sebuah bentuk plural dan kadang-kadang memang berfungsi untuk menunjuk pada 'ilah-ilah' (dewa-dewa, allah-allah), misalnya dalam Kel 12; 18. Hal yang khas adalah pemakaian bentuk plural elohîm justru untuk menunjuk pada Allah Israel yang satu. Bagaimana gejala ini dijelaskan? Sebagian ahli menjelaskannya sebagai sebuah "plural majestatis" (plural of majesty). Ahli lain lebih melihat bentuk plural elohîm sebagai sebuah intensifikasi yang mengarah pada absolutisasi: "Allah dari segala allah" (God of gods) atau "Allah Maha Tinggi" (The Highest God), pokoknya: satu-satunya Allah yang menghadirkan Yang Ilahi secara komprehensif dan absolut! Nah, dalam alur pemahaman ini jelas padanan kata "Allah" untuk elohîm dapat dipertanggung-jawabkan, sebab secara etimologis, kata "Allah" berasal dari kata Arab "Al" (sang, satu-satunya, The) dan "ilah" (Yg Ilahi, god). Yang mau ditekankan adalah: keabsolutan dan keunikan dari Yang Ilahi. Kata "Allah" sendiri bukanlah istilah milik agama Islam saja. Istilah ini sebelumnya justru sudah dipakai orang-orang Kristen Arab jauh sebelum orang-orang muslim menggunakannya, dan ketika mendengar kata "Allah" saat ini orang-orang Kristenpun tidak pernah memahaminya sebagai Tuhan kaum muslim.
Jadi, kalo seorang muslim, khususnya muslim Arab bersikukuh bahwa : kata "Allah" mustahil memiliki bentuk jamaknya dan dengan demikian kata "Allah" bukan berasal dari kata "al-ilah." Karena kata “Allah” adalah ghairu musytaq (tidak ada asal katanya dan bukan pecahan dari kata lain), karena kata ini tidak bisa dirubah menjadi bentuk tatsniyah (ganda) dan jama’ (plural), dan tidak dapat dijadikan sebagai mudhaf.
Berarti dia tidaklah memahami asal usul bahasa2 turunan Aram, dimana diantaranya adalah bahasa Ibrani dan bahasa Arab. Secara ilmu tata bahasa, semua kata adalah ada asal katanya, baik secara turunan dari bahasa kuno sebelumnya, maupun dari serapan dialek2 setempat yang lazim dipakai ataupun yang timbul karena pemadanan dengan suatu kondisi ataupun suatu "benda" tertentu yang mungkin sebelumnya belumlah ada sebutan kata untuk itu . Termasuk kata "allah" sekalipun, kalo disebut murni timbul karena adanya penyebutan dari umat muslim, kenyataanya sebelum adanya agama islam, sudah dipakai orang2 Kristen Arab didaerah tsb.
Bahkan nabi muhammad sendiri menyebut tuhan-nya orang Islam, Yahudi dan Kristen sebagai "Allah" :
"(Yaitu) orang2 yang diusir dari negerinya, tanpa kebenaran, melainkan karena mereka mengatakan: Tuhan kami Allah. Jikalau tiadalah pertahanan Allah terhadap manusia, sebagian mereka terhadap yang lain, niscaya robohlah gereja2 pendeta dan gereja2 Nasrani dan gereja2 Yahudi dan mesjid2, di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah menolong orang yang menolong (agama)Nya. Sungguh Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa." (Mahmud Yunus, Tafsir Quran Karim, QS.22)
Di kalangan orang Arab pengikut Yesus, penggunaan nama 'Allah' sudah terjadi sejak awal kekristenan. Pada Konsili Efesus (431) wilayah suku Arab Harits dipimpin uskup bernama 'Abd Allah.' Inskripsi Zabad (512) diawali 'Bismai-Ilah' (Dengan nama Allah, band. Ezra 5) lengkap dengan tanda salib diikuti nama-nama Kristen, demikian juga Inskripsi 'Umm al-Jimmai' (abad-6) menyebut 'Allahu ghafran' (Allah yang mengampuni).
Jadi, kalo setelah agama islam lahir dan umatnya meng-klaim bahwa nama "Allah" adalah bersifat "benar2 tunggal / tidak ada jamaknya" dan "tidak ada asal katanya", bagaimana dengan kata2 dari nabi muhammad sendiri??
Secara simpel, logika umum saja bisa menjelaskan bahwa dengan lazimnya penggunaan kata "Allah" tsb sejak sebelum islam lahir, maka jika ada klaim tentang asal usul kata "Allah" yang "tidak ada bentuk jamaknya", dst... berarti ada 2 versi sejarah bahasa Arab
tentang asal usul "Allah" tsb. Sebelum islam ada dan setelah islam ada...
Lalu, apakah pemakaian kata "Allah" oleh orang2 Kristen Arab tsb, yang sampai sekarangpun masih lazim dipakai dan tidak ada masalah samasekali dengan orang2 muslim disana, adalah salah? Atau berarti dengan lahirnya islam lalu "mengubah" asal usul kata dan pengertian tunggal / jamak dari kata "Allah" tsb??
Yah, mungkin agar sesuai dengan pemahaman islam bahwa "Allah" nya orang Kristen adalah "jamak" atau lebih dari satu...
Lalu bagaimana dengan statement dari nabi mereka sendiri diatas tadi?? :
Tentang penyebutan Jesus dan bukan Yesus, orang Ibrani, Yunani, dan Yahudi pun punya sebutan sendiri. Kenapa gak dibahas sekalian nak Mime, misalnya soal "Yahweh" tadi..??
Setahu saya, orang muslim Amrik pun mengeja / mengucapkan "Allah", bukan "Alloh"...
Nah, gantian saya nanya, kalo islam sebagai agama "rahmat bagi sekalian alam", kenapa juga semua orang islam "harus" beribadah dalam bahasa Arab?? Kalo tuhannya orang islam adalah bagi semua bangsa, kenapa gak boleh beribadah / sholat pake bahasa lain??
Seperti adzan, syahadat, harus pake bahasa Arab, emangnya tuhannya gak paham bahasa lain yaa..??
Apa jangan2 ini cuma akal2an bangsa Arab saja, biar semua pada nurut..
Buktinya kalo mau lengkap "rukun iman" nya, ujung2nya harus pergi kesono juga naik haji. Ujung2nya mereka juga yang dapet duit dari sono sini...
Mau berdoa harus ngadep kesono, lha emangnya tuhannya maha ada, atau cuma ada di Arab sono?? :