realitas kehidupan nyata saat ini ,, masalahnya cuma mau dijalankan seperti apa , :
berhubung sudah di GFT bahasnya lebih bebas :
beberapa pemikir dan filosof Muslim merujuk Tuhan sebagai Realitas, beberapa diantaranya Ibn Arabi dalam Futuhat Al Makiah, Suhrawardi dengan tafsir ayat-ayat Cahayanya, hallaj dalam apologinya juga menyebut Tuhan adalah Realitas tunggal. Mereka semua sepakat bahwa sang Realita tak terukur dan terperi suci dari pengejawantahan dari segala bentuk, imagi bahkan pemikiran sekalipun--merujuk perkataan Abu Bakar Shiddiq RA "ketidak-tahuanku akan Realitas adalah bentuk iman yg sesungguhnya"
Beda atheis tentang konsep Tuhan beda-beda tipis dengan pemeluk agama atau kepercayaan. yang percaya cuman bisa bilang Tuhan ada tanpa deskripsi final, sedangkan atheis lebih tidak peduli apa Tuhan memang ada atau tidak. Tuhan sendiri dalam pemahaman Muslim secara umum bersifat restrict untuk difahami, penekanannya pada implementasi wahyu tentang pentingnya ahlak sedangkan pembahasan tentang substansi Tuhan sendiri jarang dibahas dan cenderung eksplisit.
yg menarik, dalam "Futuhat" Ibn Arabi mengutip hadist Qudsi "Aku duduk di Singgasana kegelapan kemudian kuciptakan cahaya agar Aku dapat dikenal" dan "Aku adalah sebuah perbendaharaan yg tersembunyi dan Aku ingin diketahui". Dalam teka-teki penciptaan Qur'an bermain kata-kata Kun, permainan antara huruf kaf dan nun yg dalam matematika Qur'a merujuk pada Kalbu (kaf) dan Cahaya/nur (nun) perpaduan keduanya "jadilah maka jadilah" ciptaan seperti yg kita lihat sekarang ini. Dengan cahaya, kalbu dapat mengenali realitas. Sebagian ulama tafsir menganggap cahaya sama dengan pengetahuan.
Dalam persepsi Sufi tidak ada satu manusiapun yg atheis. Qur'an bercerita tentang syahadat primordial kita pada Tuhan sewaktu ditanya "Alastu birobbikum" bukankah Aku ini Tuhanmu, semua jiwa yg ditanya mengiyakan dan bersaksi bahwa mereka percaya akan eksistensi Tuhan. Pointnya, bagi seorang Muslim apa pantas kita memvonis keyakinan seseorang atas konsep Tuhan mereka masing-masing, sedangkan hal tersebut merupakan hak prerogatif Tuhan atas hambaNya.
Satu ilustrasi bagus ana kutip dari kitab Ilahinama Fariduddin Attar. Sepintas terbersit rasa bangga akan ibadah dan rasa akrab dengan Tuhan oleh Nabi Musa AS sehingga Ia berpikir tiada manusia yg melebihinya dalam hal tersebut. Akibatnya Tuhan mengutus Jibril untuk memberitahu Musa bahwa ada seseorang yg melebihinya dalam hal ibadah sekaligus takwa. Kemudian Musa meminta dipertemukan dengan orang tersebut. Jibril kemudian membawanya pada seorang gembala tua. Sengaja Nabi Musa datang mengendap karena ingin memperhatikan ibadah apa yg dilakukan sang pengembala tua sampai ia mendapat kedudukan setinggi itu. Tidak ada yg istimewa dalam laku dan tingkah polah selama seharian mengembalakan ternaknya, namun pada saat istirahat pengembala berbaring dan berteduh dibawa pohon sambil menggumamkan sesuatu. Nabi Musa mencoba mendekat untuk mendengarkan. Sejurus ia mendengar pengembala tersebut berkata dalam gumamannya "ya Tuhan jangan lupa sesudah selesai bekerja sore ini, aku akan membersihkan kaki dan tangan-Mu dengan air telaga yg segar sesudah itu Engkau akan kusuguhkan susu kambing gembalaku--aku ingin Engkau mencicipinya dan sebelum tidur nanti. aku juga akan menyisir rambut-Mu biar tidak kusut waktu Engkau tertidur, Tuhan, jangan lupa untuk mengingatkanku... Sontak Nabi Musa geram dan menghampiri pengembala tersebut sambil menghardiknya "apakah engkau sudah gila mengatakan Tuhan mempunyai tangan dan kaki layaknya manusia. Kemudian menganggap Tuhan perlu makan minum dan tidur, apa engkau tidak belajar syariat agama dengan menganggap Tuhan seperti itu sama dengan melecehkan-Nya. Sadar sedang berhadapan dengan siapa, si pengembala berlari menjerit ketakutan, lamunannya buyar sejurus kemudian ia terjatuh dan meninggal. Jibril kemudian datang membawa pesan dari Tuhan untuk Musa "jangan engkau mengganggu seorang hamba yang sedang berbicara dengan-Ku, Aku lebih mengetahui isi hati manusia dan sesungguhnya Aku maha mendengar. Aku tidak perduli dengan apa kalian menggambarkan realitas-Ku, singgasanaKu adalah disetiap kalbu manusia dan Aku menyukai hati yang tulus.
Kesimpulannya apa kita masih berhak menghakimi dan memberi penilaian kepada setiap konsep keimanan walau kepada atheis sekalipun. Biarpun akal dan mulut mereka berkata Tuhan tidak nyata, jelas tubuh dan jiwa mereka adalah fakta nyata eksistensi Tuhan mengada dalam setiap ciptaan-Nya.