lanjut......
Damarwulan

Bagaimana dengan tokoh Damarwulan? Benarkan ia sebenarnya adalah Raden Gadjah seperti yang dikemukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Dalam sejarah Perang Paregrek diceritakan bahwa pada awalnya pasukan Majapahit mengalami kekalahan. Kemudian diutuslah Raden Gadjah sebagai panglima perang. Raden Gadjah berhasil mengusir pasukan Blambangan dan membunuh Brhe Wirabumi pada saat ia ingin melarikan diri dengan menumpang sebuah perahu. Raden Gadjah kemudian memenggal kepala Bhre Wirabumi dan dibawa ke Majapahit. Seperti dijelaskan sebelumnya peristiwa ini terjadi pada masa pemerintahan Wikramawardana. Hal yang menarik adalah bahwa pada tahun 1433, pada masa pemerintahan Dewi Suhita (1429-1447), Raden Gadjah dihukum mati sebagai pembalasan atas kematian Bhre Wirabumi.
Berdasarkan fakta-fakta di atas maka sulit dipahami jika Raden Gadjah ini disamakan dengan Damarwulan. Karena dalam Serat Damarwulan diceritakan bahwa setelah berhasil membunuh Menak Jingga ia dinobatkan menjadi Raja Majapahit dan mempersunting Kencanawungu sebagai permaisurinya. Hal ini tidak terjadi pada fakta-fakta yang ada tentang riwayat Raden Gadjah. Fakta lain yang dapat membantah asosiasi Raden Dadjah-Damarwulan ini disebutkan bahwa suami Dewi Suhita bukanlah Raden Gadjah tetapi Bhre Prameswara. Apakah Brhe Prameswara ini adalah nama lain dari Raden Gadjah? Tampaknya juga bukan, karena disebutkan bahwa Raden Gadjah dihukum mati pada tahun 1433, sedangkan Bhre Prameswara baru mangkat 13 tahun kemudian, yaitu pada tahun 1446.
Stutterheim memiliki pandangan lain, bahwa Damarwulan adalah Kertawardana, suami Tribuanatunggadewi yang diasosiasikan dengan Kencanawungu, sedangkan Menakjingga adalah adipati Sadeng. Pendapat Stutterheim ini didasarkan pada Serat Pararaton, dimana didalamnya menyebut Anjasmara sebagai selir Kertawardana. Dalam serat Damarwulan Anjasmara adalah selir Damarwulan, putri Patih Majapahit, Logender, dan memiliki saudara kembar bernama Layangseta dan Layangkumitir.

Pendapat Sutterheim ini mengandung beberapa permasalahan. Memang pada masa pemerintahan Tribuanatunggadewi, Majapahit pernah menghadapi pemberontakan dari Sadeng yang terletak di Besuki yang juga wilayah kekuasaan Blambangan. Namun pemberontakan ini dapat segera dipadamkan karena kecakapan Patih Gadjah Mada. Dalam menumpas pemberontakan Sadeng ini ada persaingan antara Patih Gadjah Mada dengan seorang tokoh yang bernama Ra Kembar. Ra kembar sangat iri kepada Gadjah Mada yang diberi kepercayaan Ratu untuk menumpas pemberontakan ini. Oleh karena itu iapun melakukan upaya-upaya untuk mendapatkan perhatian ratu dengan ikut terlibat dalam penumpasan pemberontakan Sadeng ini. Di akhir pemberontakan Sadeng terjadi duel antara Gadjah Mada dan Ra Kembar yang kemudian ditandai sebagai sebuah episode terpenting dari sejarah Majapahit, karena dalam peristiwa itulah sumpah Gadjah Mada yang terkenal, “Sumpah Palapa” diucapkan. Dalam duel ini Gadjah Mada berhasil mengalahkan Ra Kembar, dan atas jasa-jasanya ia diangkat sebagai Patih Majapahit.

Tokoh Ra Kembar ini diasosiasikan dengan Layangseta dan Layangkumitir dalam cerita Damarwulan. Layangseta dan Layangkumitir ini adalah saudara kembar putra patih Majapahit, Logender. Diceritakan dua-duanya sangat berambisi juga mendapatkan kedudukan tertinggi di Majapahit dan ikut serta memerangi Menakjingga untuk mendapat perhatian Kencanawungu. Dua tokoh kembar ini memiliki ciri yang mirip dengan tokoh Ra Kembar yang juga sangat ambisius, licik dan berkhianat. Di akhir pemberontakan Menankjingga memang terjadi duel antara Damarwulan melawan Layangseta dan Layangkumitir. Dalam duel ini Damarwulan berhasil mengalahkan Layangseta dan Layangkumitir, dan atas jasanya ia diangkat menjadi raja dan menjadi suami Kencanawungu. Dari perbandingan ini disimpulkan bahwa Damarwulan adalah Gadjah Mada. Di sinilah letak kejanggalan itu, karena pada saat yang sama Damarwulan diasosiasikan dengan Kertawardana. Padahal dalam sejarah Kertawardana dan Gadjahmada adalah tokoh yang berbeda. Dalam sejarah Gadjah Mada tidak pernah memperistri Tribuanatunggadewi dan tidak pernah dinobatkan menjadi raja Majapahit, sedangkan dalam Serat Damarwulan diceritakan Damarwulan meperistri Kencanawungu sekaligus dinobatkan menjadi raja Majapahit.
Dari upaya-upaya perbandingan di atas maka dapat disimpulkan bahwa rupanya akan sia-sia untuk memaksakan bahwa tokoh-tokoh yang disebutkan dalam Serat Damarwulan, termasuk Adipati Ranggalawe dalam cerita itu, adalah tokoh-tokoh yang pernah ada dalam sejarah. Dengan kata lain Serat Damarwulan adalah cerita rekaan belaka yang diasosiasikan dengan peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi selama periode kejayaan Majapahit. Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya adalah mengapa penulis Serat Damarwulan meletakkan ceritaanya dalam konteks sejarah Majapahit? Siapa sebenarnya pencipta Serat Damarwulan, kapan naskah ini pertama kali diciptakan dan untuk kepentingan apa naskah Damarwulan ini diciptakan?