Kinsey memisahkan seksualitas dan moralitas.

PADA 1938, Universitas Indiana mempercayakan matakuliah Pernikahan yang membahas seksualitas manusia kepada Alfred Charles Kinsey. Kinsey dikenal sebagai zoolog cemerlang. Riset-risetnya di bidang taksonomi dan evolusi mengibarkan reputasinya di kalangan ilmuwan Amerika.
Uniknya, bukan reputasi itu yang membuat universitas menunjuk Kinsey mengajar matakuliah Pernikahan. Amanda Udis-Kessler dalam tulisan “Notes of the Kinsey Scale and other Measures of Sexuality“, yang masuk antologi Bisexuality: A Critical Reader karya Merl Storr, mengatakan Kinsey dipilih karena kepribadiannya amat membosankan. Pihak universitas, yang sesungguhnya tak ingin menawarkan matakuliah Pernikahan, berpikir bahwa jika Kinsey jadi pengampunya, takkan ada mahasiswa berminat mengikuti matakuliah itu.
Perkiraan itu terbukti salah. Pihak universitas tak memperhitungkan komitmen Kinsey. Karena kesulitan menemukan bahan memadai untuk matakuliahnya, dia memutuskan melakukan riset ekstensif yang mendokumentasikan secara gamblang seksualitas orang Amerika.
Saat itu Amerika masih puritan memandang seks. Stefan Lovgren dalam tulisan “Could Kinsey’s Sex Research Be Done Today“, dimuat situs National Geographic, mengatakan bahwa saat Kinsey memulai risetnya, semua bentuk seks di luar nikah dianggap ilegal di Amerika. Beberapa negara bagian melarang bentuk hubungan seks tertentu, semisal oral seks, bahkan untuk warga yang telah menikah.
Kinsey ingin mengumpulkan data ilmiah tentang seksualitas yang sepenuhnya terbebas dari nilai-nilai dan kebiasaan sosial masyarakat. Dia fokus pada enam kategori besar aktivitas seks manusia: masturbasi, petting, mimpi basah, hubungan heteroseksual, perilaku homoseksual, dan seks dengan binatang. Dia lalu menghubungkan aktivitas seksual dengan latarbelakang subjek penelitian: usia, pendidikan, status pernikahan, pekerjaan, serta agama. Rockefeller Foundation menjadi penyandang dana utama. Kinsey mendirikan Institute for Sex Research untuk kegiatan penelitiannya.
Penelitian berlangsung sembilan tahun dan melibatkan 12.000 subjek penelitian, 5.300 di antaranya lelaki kulit putih. Pada 1948 Kinsey merampungkan risetnya. Sexual Behavior in the Human Male terbit, setebal 804 halaman, ditulis dengan bahasa ilmiah yang kering dan cenderung membosankan, serta dilengkapi setidaknya 335 grafik yang tak mudah dicerna pembaca awam. Namun topiknya menarik perhatian masyarakat. Buku itu terjual sekira 250.000 kopi.
Hasil penelitian Kinsey merevolusi cara orang Amerika memandang seks. Ia mengungkapkan bahwa di luar pandangan puritan dan norma sosial yang cenderung menafikkan diskusi tentang seks di ranah umum, sesungguhnya masyarakat Amerika melakukan beragam jenis aktivitas seksual.
C.A Tripp dalam tulisan “Alfred C. Kinsey (1894-1956)”, yang masuk kompilasi Before Stonewall: Activists for Gay and Lesbian in the Historical Context karya Vern L. Bullough, menulis bahwa temuan Kinsey mengungkapkan statistik yang mencengangkan: 37 persen laki-laki dewasa setidaknya pernah sekali berhubungan seks sesama jenis hingga mencapai orgasme; 50 persen laki-laki dewasa pernah merasakan ketertarikan pada jenis kelamin yang sama; dan meski “hanya” 4 persen yang mengaku homoseksual, setidaknya 10 persen laki-laki berusia 20-an yang telah menikah pernah melakukan hubungan seks sesama jenis.
Temuan itu mematahkan anggapan umum tentang homoseksualitas, yang dianggap “penyakit langka, (konsep) kelelakian yang cacat, atau perkembangan psikologi yang tak sempurna.”
Kinsey juga menyimpulkan bahwa orientasi seksual seseorang bisa berubah. Ukuran seksualitas seseorang juga tak bisa dengan mudah dikategorikan dalam dua ekstrim heteroseksual atau homoseksual saja. Dia merancang sebuah skala untuk mengukurnya: 0 untuk mereka yang benar-benar heteroseksual dan 6 untuk mereka yang “murni” homoseksual. Belakangan ditambahkan pula kategori X untuk merujuk mereka yang aseksual.
Meski membahas seksualitas tanpa teding aling-aling, Kinsey sendiri tak pernah mengemukakan preferensi seksualnya. James H. Jones dalam Kinsey a Public/Private Life menyebut Kinsey seorang homoseksual yang menyukai seks masokis. Pendapat ini dibantah Vern L. Bullough dalam Before Stonewall: Activist for Gay and Lesbian Rights in Historical Context. Bullough menulis, meski Jones menyusun bukunya dengan sangat teliti, Jones salah dalam mempersepsikan karakter dan dedikasi Kinsey sebagai seorang ilmuwan. Sementara Jonathan Gathorne-Hardy dalam Sex the Measure of All Things: A Life of Alfred C. Kinsey menganggap Kinsey sebagai seorang biseksual yang pilihan seksualitasnya tak mengganggu objektivitas penelitiannya.
Hasil penelitian Kinsey mengundang reaksi dari ilmuwan, agamawan, hingga masyarakat awam. Tapi itu semua tak menyurutkan Kinsey.