lanjut..................
Aduhh bagaimana dong.. Mulai muncul kepananikan dalam diriku.. Aku mulai tidak dapat berpikir jernih. Ohh iya aku ada ide untuk menolak pekerjaan ini tanpa menyakiti hatinya..
“Bagaimana dengan gajinya Pak?” tanyaku.
“Hmm kamu cerdas.. Itulah makanya saya suka sama kamu.. Melamar kerja memang harus tanya gaji” kata si Abang sambil menyalakan rokoknya.
“Disini beda dengan panti pijat yang lain.. Disini kamu dapat gaji tetap Rp.300.000/bulan ditambah bonus Rp. 15.000,- per tamu yang kamu handle. Jadi kalau sehari kamu dapat 3 tamu saja.. Kerja sebulan 22 hari.. Hmm..” kata si Abang sambil menarik hidungnya yang mancung sambil menghitung.
“Berarti sebulan kamu menerima paling kecil Rp.1.300.000,” lanjutnya.
“Dan itu belum tip dari tamu lho.. Para tamu disini rata-rata memberikan tip Rp. 50.000, setiap pijat.. Jadi hitung sendiri berapa penghasilan kamu?” kata si Abang sambil tersenyum.
Cepat aku menghitung.. Dahiku mengkerut.. Tip Rp.50 ribu per tamu.. Kalau ada tamu sehari 3 orang berarti aku bawa pulang tiap hari Rp. 150.000, kalau itu dikalikan 22 hari sama dengan hmm Rp.3.300.000,-.. Besar sekali batinku.. Dan ehh tunggu dulu.. Itu belum ditambah penghasilan tetap Rp. 1.300.000,-.. Berarti uang yang ku terima tiap bulan Rp.4.600.000,- Ohh aku berteriak dalam hati.
Ekspresi kegembiraanku kutunjukan dengan senyum ke si Abang.. Mau rasanya aku peluk dia. Bayangkan saja, uang segitu hampir 4 x gaji almarhum suamiku yang hanya Rp. 1.200.000,- sebagai supir kantor.
“Bagaimana?” tanya sia Abang.
“Baik Bang.. Ehh Pak” kataku cepat hampir tanpa kontrol.
Si Abang langsung membelai rambutku.. Aku mendiamkan saja karena kegembiraanku.
“Tapi.. Ada tapinya lho..” kata si Abang berbicara dekat dengan wajahku sambil terus membelai rambutku.
“Hah? Tapinya apa Pak?” tanyaku cemas..
“Kamu harus memang bisa pijat” tegas si Abang.
“Ohh pasti lah Pak.. Saya pasti akan lakukan tugas saya untuk membuat tamu senang” kataku kembali tenang.
“Anak baik.. Nahh ada persyaratan 1 lagi yang paling penting dalam test saat ini” lanjut si Abang.
“Apa Pak?” tanyaku masih heran, koq ada lagi..
“Kamu harus bisa membuktikan sekarang juga kalau kamu memang bisa pijat.. Sama dengan yang dilakukan teman kamu diluar tadi.. Kamu lihat toh?!” siabang menarik rokoknya sambil melihat ke arah enternit.
“Boleh Pak.. Ehh.. Jadi yang saya pijat Pak Fahmi.. Yang diluar tadi Pak?” tanyaku.
“Bukann.. Tidak dengan siapa-siapa.. Tapi dengan saya.. Disini” katanya tegas.
“Ohh.. Baik Pak.. Saya siap” lanjutku sambil tersenyum.
“Ok.. Ayo kita ke tempat tidur” katanya sambil menarik tanganku dan berjalan ke arah springbed warna pink dekat jendela.
Lalu dia menyerahkan sebuah botol.
“Ini creamnya” aku menerima botol tersebut dari si Abang.
“Anggap saja aku tamu kamu yah Nita” kata si Abang sambil membuka baju dan kaos oblongnya.
Aku mengangguk setuju.
Wuih.. Takjub sekali aku melihat badan si Abang yang masih terlihat otot-otot baik di dada maupun di perutnya dengan dihiasi bulu disekitar dada menyambung sampai ke pusar. Walaupun usianya pasti mendekati 50 pikirku. Si Abang tersenyum kearahku melihat caraku memandang tubuhnya.. Aku jadi malu, kutundukkan mukaku.
Lalu masih dengan memakai celana panjang, siabang langsung tidur telungkup di tempat tidur. Aku termangu sekejap tidak tahu apa yang harus dilakukan.
“Ayo.. Pijat cepat,” kata si Abang sambil menarik tanganku untuk dibimbing ke pundaknya.
Aku pijat pundaknya.. Keras sekali..