Betul pembakaran setelah Rasululloh saw tiada, harus diingat yang pertama kali mengumpulkan Al Qur'an dalam bentuk mushaf adalah Abu Bakr, setelah Abu Bakr ra meninggal, mushaf dipegang oleh Umar ra, Umar ra wafat dipegang oleh Hafshah.
Nah...pada mushaf Abu Bakr, hingga Hafshah ra :
- Al-Qur’an telah ditulis sempurna diatas lembaran-lembaran tetapi tidak sama ukurannya sehingga, tidak tersusun secara rapih.
- Ditulis dengan tertib ayat pada setiap surah. Dengan surah yang tidak urut. Ada sebagian riwayat yang mengatakan diurutkan sesuai waktu turunnya.
- Tidak menyertakan ayat-ayat yang telah dinaskh bacaannya.
- Tujuan penulisannya adalah; untuk mengumpulkan tulisan-tulisan, yang dicatat pada zaman Rasulullah, dalam sebuah lembaran-lembaran sederhana.
Lalu Ustman berdasarkan mushaf Abu Bakr menyusun ulang Al Qur'an, mereka tidak menulisnya kecuali dibacakan dulu depan para sahabat dan mereka mengakuinya, baru disusun dan ditulis ulang.
Menurut sejarah...
Setelah selesai penulisan ulang, mushaf Abu Bakr dikembalikan kepada Hafsah. Dan Utsman ra mengirimkan copyan al-Qur’an ini ke berbagai kota dengan mengirim orang yang akan mengajarkannya ; Zaid bin Thabit di Madinah, ‘Abdullah bin as-Sa’ib ke Makkah, al Mughirah bin Shihab ke Suriah, ‘Amir bin ‘Abd Qais ke Basra dan Abu ‘Abdur-Rahman as-Sulami ke Kufah.
Kemudian Utsman menyuruh umat Islam untuk membakar semua mushaf fardi, untuk menghilangkan sumber perpecahan dari akarnya, dan membawa umat Islam berkiblat kepada al-Qur’an yang telah dikumpulkan melalui seleksi yang super ketat dan mendapatkan pengakuan dari seluruh sahabat dan kibarutta’biin ketika itu.
‘Ali bin Abi Thalib berkata : “Wahai sekalian manusia ! Bertaqwalah kepada Allah swt, dan tinggalkanlah sikap berlebih-lebihan terhadap Utsman, dengan mengatakan : PemBakr mushaf. Demi Allah tidaklah Ustman memBakrnya kecuali atas persetujuan kita (para sahabat)”.
Dan ‘Ali juga berkata : ” Kalau saya menjadi pemimpin pada waktu Utsman, saya akan berbuat terhadap masahif, seperti yang dilakukan Utsman"
Yang harus diingat...
- Al-Qur’an yang ditulis ulang, adalah yang benar-benar mutawatir, tidak mansukh tilawah, dan yang dibaca ulang nabi Muhammad saw dengan Malaikat Jibril terakhir kali (tahun dimana beliau wafat).
- Ditulis dengan susunan surah dan ayat seperti yang kita kenal sekarang.
- Ditulis dengan mencakukp aspek perbedaan bacaan, yang sama-sama mutawatir bersumber dari Rasulullah.
- Tidak mencantumkan sesuatu yang bukan al-Qur’an, seperti penafsiran, atau keterangan naskh mansukh.
Kalau mau bukti otentik Al Qur'an tidak terkontaminasi pikiran manusia, coba cek apakah Mushaf Abu Bakr masih tersimpan rapi, tinggal dicocokan isinya (surah dan ayatnya), atau mau gampangnya coba saja buat satu ayat yang sama persis dengan ayat Al Qur'an, kalau bisa berarti ada kemungkinan terkontaminasi pikiran manusia.
Hampir lupa...Ustman ra tidak mengganti atau menambah hanya membuat penulisan Al Qur'an menggunakan dialektika Quraisy.
:)