Pengamat Intelijen: Kecurigaan Intelijen Malaysia dapat Informasi Via XL Beralasan
Agustina Melani

(IST)
INILAH.COM, Jakarta - Pengamat intelijen AC Manulang menilai kecurigaan dua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yaitu Front Rakyat Anti Malaysia (FRAM) dan Gerakan Mahasiswa Pelajar untuk Rakyat (Gempur) terkait ada dugaan pihak intelijen Malaysia mendapatkan informasi melalui XL beralasan.
Hal itu disampaikan AC Manulang saat dihubungi INILAH.COM, Sabtu (11/9). "Kedua LSM dapat memperoleh informasi dari sumber utama. Saya dukung dua LSM tersebut dan memang ada kemungkinan. Apalagi kita belum mempunyai undang-undang intelijen dan undang-undang kerahasiaan negara," ujar AC Manulang.
Menurut Manulang, saat ini intelijen Indonesia kurang maksimal. Intelijen Indonesia dinilai kurang aktif dan tidak memiliki data yang akurat. AC Manulang menyarankan pihak intelijen Indonesia membuat data yang terbaru mengenai Indonesia selama tiga bulan dan enam bulan. Data tersebut langsung disampaikan kepada presiden. "Banyak hal yang tidak diketahui oleh presiden karena kekurangaktifan intelijen. Seharusnya ada laporan langsung yang disampaikan kepada presiden. Jadi bukan dari staf khusus, staf khusus bukan intelijen," tambah Manulang.
Selain itu, AC Manulang menilai intelijen asing memang lebih lihai dalam memperoleh data. Ia mencontohkan asing dapat memperoleh data dari perusahaan di Indonesia dengan merekrut surveyor. Ketika itu, surveyor tersebut membuat survei dengan tema siapa yang cocok menjadi presiden. "Bila intelijen kita buta maka negara kita juga buta," ujar Manulang.
Seperti diketahui, sebelumnya, dua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yaitu Front Rakyat Anti Malaysia (FRAM) dan Gerakan Mahasiswa Pelajar untuk Rakyat (Gempur) meminta masyarakat untuk memboikot produk buatan Malaysia. Hal ini terkait XL ada hubungan dengan Malaysia.
"Kami menduga pihak intelijen Malaysia mendapat informasi melalui XL. Oleh karenanya kami mendesak pemerintah untuk segera membekukan perusahaan XL. Saya juga meminta masyarakat untuk memboikot produk
Malaysia sebagai bentuk nasionalisme," ujar Anggota Fram, Munzir, melalui pesan singkatnya, Jumat (10/9).
Sebelumnya FRAM dan Gempur melakukan protes di Kedutaan Besar Malaysia, Petronas dan kantor Axiata Company serta graha XL di kawasan Mega Kuningan.
Terkait rencana permintaan dua LSM untuk boikot produk XL tersebut, Head of Corporate Communication EXCL Febriati Nadira dan Direktur Utama EXCL Hasnul Suhaimi belum menjawab pertanyaan INILAH.COM yang
diajukan lewat pesan singkat.
Axiata Group Berhad (Axiata) adalah sebuah perusahaan investasi dan memiliki saham mayoritas di perusahaan telekomunikasi di Malaysia, Indonesia, Sri Lanka, Bangladesh dan Kamboja dan memeiliki saham strategis yang signifikan di India, Pakistan, Iran, Thailand dan Singapura. Axiata Group Berhad (Axiata), sebelumnya bernama TM International Berhad adalah salah satu perusahaan telekomunikasi terkemuka di Asia.
Perusahaan ini bergerak dalam bidang telekomunikasi menyediakan berbagai jasa konsultasi melalui anak perusahaan di 10 negara di Asia. Perusahaan ini menyediakan layanan komunikasi selular untuk lebih dari 100 juta pelanggan mobile di Asia. Analisis SWOT yang komprehensif Axiata Group Berhad juga menyediakan analisa mendalam strategis bisnis perusahaan dan operasi.