TEMPO Interaktif, Jakarta -
RABU, 01 SEPTEMBER 2010 | 01 WIB
Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa akhirnya tak bisa menahan amarahnya. Ia berang mendengar jajaran kementeriannya disebut tak nasionalis karena tidak mengikuti kursus Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) selama tujuh tahun terakhir.
"Kami tadi mencatat semacam kesan bahwa Kemenlu ada kekurangan dalam nasionalisme. Seolah-olah tidak berpartisipasi dalam kasus Lemhanas. Atas nama jajaran Kemenlu, kami menyatakan sangat keberatan," kata Marty dalam Rapat Kerja dengan Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat di Senayan, Rabu 1 September 2010 dini hari.
Penegasan Marty berkaitan dengan pernyataan anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar Engartiasto Lukito. Anggota Komisi Pertahanan DPR itu menyebut, pihaknya memiliki data kalau Kantor Kementerian Luar Negeri tak pernah mengirim wakil ke kursus yang diadakan Lemhanas.
" Sudah tujuh tahun tidak mengirimkan wakil ke kursus Lemhanas. Mungkin karena itu, orang-orang Kementerian Luar Negeri nasionalismenya kurang" kata Enggartiasto Lukito di ruang rapat Komisi Pertahanan DPR.

Rupanya pernyataan Enggartiasto itu justru menyulut Marty untuk berkomentar. Kata Marty, "Di jajaran kami tanpa kecuali setiap hari bekerja untuk kepentingan nasional. Dan itu tentunya disemangati oleh semangat nasionalisme. Kami dengan segala hormat ingin menyampaikan, Kementrian Luar Negeri sama sekali tidak bisa menerima anggapan demikian," ujar Marty dengan tegas.
Mendengar Marty menjawab dengan nada tinggi, Menko Polhukam Djoko Suyanto, kemudian urun pendapat. "Prinsip nasionalisme kita saya rasa sama. Bukan berarti saya membela Menlu. Tapi bukan berati tidak ikut Lemhanas, berarti tidak nasionalis," kata Djoko.
Rapat DPR dengan jajaran Kemenko Polhukam ini sebenarnya beragendakan pembahasan masalah perbatasan Indonesia dengan sepuluh negara tetangga. Namun dalam pergulirannya, pada akhirnya lebih banyak membahas konflik Indonesia-Malaysia. Kementerian Luar Negeri dalam rapat ini, acap disebut tak tegas melakukan diplomasi.