4. Ibadah Menurut Alkitab
Agar uraian mengenai ibadah tidak terlalu panjang, maka hanya akan dipilih dua kata yang menjadi latarbelakang dan memberi makna mengenai ibadah dalam Alkitab.
Yang pertama adalah kata avoda (bhs Ibrani) / latreia (bhs Yunani). Kata-kata ini berarti pelayanan karena mula-mula kata ini dipakai untuk pekerjaan para budak atau orangorang upahan. Pekerjaan mereka adalah melayani sang majikan. Mereka harus bekerja dan melayani sesuai dengan perintah yang diberikan oleh majikan. Setiap pekerjaan yang diiakukan hanya ditujukan untuk kepentingan bagi yang memberi perintah.
Pemahaman yang terkait kepada makna ini maka kata avoda / latreia digunakan untuk memberi bentuk dan isi dalam ibadah umat / jemaat kepada Tuhan. Ibadah pertama-tama bukanlah tertuju kepada manusia tetapi kepada Allah sebagai Pencipta dan Pemelihara. lahirnya ibadah didasarkan kepada perintah Allah dan bukan kepada inisiatif manusia untuk mengadakannya. Ibadah adalah jawaban manusia atas panggilan dan perintah Allah.
Terciptanya ibadah karena Allah sendiri yang berinisiatif memanggil manusia untuk datang kepada-Nya dan bertobat. Ibadah adalah tindakan Allah untuk menyatakan kasih-Nya dan manusia dipanggil untuk menjawab perbuatan kasih-Nya dan melayani-Nya.
Martin Luther merumuskan demikian:
Ibadah adalah saat di mana Allah Yang Pengasih itu sendiri berbicara kepada kita melalui firman-Nya yang kudus dan bahwa kita pada gilirannya berbicara kepada-Nya dalam doa dan nyanyian pujian.
Beberapa kutipan dari Alkitab mengenai ibadah yang dimaknakan dengan avoda / latreia sebagai berikut:
- "Tetapi kamu harus beribadah kepada TUHAN Allahmu; maka Ia akan memberkati roti makananmu dan air minummu ..." (Keluaran 23: 25)
"... tetapi janganlah berhenti mengikuti TUHAN, melainkan beribadahlah kepada TUHAN dengan segenap hatimu" (1 Samuel 12)
"... supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah; itu adalah ibadahmu yang sejati (Roma 12)
Yang kedua adalah kata hisytokhawa (bhs Ibrani) / proskuneo (bhs. Yunani), yang berarti tiarap atau bertiarap. Dalam Alkitab diterjemahkan dengan: sujud menyembah / tersungkur.
Dari pemahaman ini hendak dimaknakan bahwa ibadah adalah suatu pernyataan penaklukan diri manusia di hadapan Allah. Ibadah dengan merebahkan diri / sujud menyembah mau menyatakan ketidaklayakan diri kita di hadapan Allah.
Perbuatan dosa telah menciptakan jurang pemisah antara Allah dan manusia. Tidak mungkin lagi terjadi perjumpaan antara Allah yang suci dan manusia yang berdosa. -manusia kini telah menjadi seteru Allah (Ratapan 2, Roma 5)
Tetapi ketika kenyataannya Allah masih mau mencari dan menyapa manusia bahkan menunjukkan kasih-Nya untuk mengampuni, manusia hanya bisa menyambutnya dengan tersungkur dalam rasa takut, hormat dan kagum. Ada rasa syukur tapi juga rasa takut dan gentar.
"Segeralah Musa berlutut ke tanah, Ialu sujud menyembah. (Keluaran 34)
"Biarlah segenap bumi takut kepada TUHAN, biarlah semua penduduk dunia gentar terhadap Dia! Sujudlah menyembah kepada TUHAN, ... gentarlah di hadapanNya hai segenap bumi" (Mazmur 33, 96)
Sikap sujud menyembah / tersungkur adalah sikap yang paling layak untuk sebuah ibadah atau saat beribadah, ketika kita mau menyambut pernyataan kasih Allah yang besar itu.
"Maka tersungkurlah kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Dia yang duduk di atas takhta itu dan mereka menyembah Dia yang hidup sampai selama-lamanya" (Wahyu 4)
Saat ini cara kita beribadah tidak dengan sujud sembah dan tersungkur. Kita bisa saja beribadah dengan cara duduk atau berdiri. Tapi hati yang kita bawa dalam ibadah harus berisikan hisytakhawa / proskuneo. Sebab hanya ibadah dengan hati yang remuk yang mengundang kehadiran Allah (Yesaya 57). Hanya ibadah dengan hati yang tulus ikhlas, Allah berkenan dijumpai (1 Tawarikh 28). Ibadah dengan jiwa yang hancur, dengan hati yang patah dan remuk tidak akan dipandang-Nya hina (Mazmur 51).
5. Rangkuman dan Penutup
Di bagian penutup ini kami kutipkan sebagai rangkuman beberapa rumusan mengenai ibadah.
- "Allah sendirilah yang membuat ibadah dimungkinkan ada. Dalam anugerah-Nya, Ia mengundang penyembahan manusia tertuju kepada -Nya. Ibadah selalu berfokus tunggal yaitu ketika Allah bertindak menyatakan kasih-Nya kepada kita dan Ia jugalah yang mendorong tanggapan kita atas semua pernyataan kasih-Nya."
(J.J. Van Almen: Worship, Its Theology and Practice) "Ibadah adalah jawaban manusia terhadap panggilan Allah, terhadap tindakan-tindakan-Nya yang penuh kuasa yang berpuncak pada tindakan pendamaian dalam Kristus. Ibadah adalah kegiatan puji-pujian dalam penyembahan yang mensyukuri kasih Allah yang merangkul kita dan kebaikan kasih-Nya yang menebus kita dalam Kristus, Tuhan kita"
(Eve Underhill : Worship)
"Ibadah (baca; kebaktian) adalah suatu ‘bakti’ dan persembahan kepada Allah. Persembahan yang dinaikkan bukan sekedar ritus batiniah tetapi persembahan yang juga dihaturkan dari tengah pergumulan kehidupan sesehari yang nyata"
(Warta Jemaat GKI Pondok Indah - 8 Januari 2006) "Pengudusan manusia oleh Allah dan pemuliaan Allah oleh manusia, keduanya merupakan karakteristik dalam ibadah" (Kat. Roma - Konsili Vatikan II 1963)
"Ibadah yang sejati tidak hanya terbatas pada ritual-ritual keagamaan. Atau sebatas misalnya pergi ke gereja, ikut persekutuan ini dan itu. Betul, semua itu adalah ibadah. Namun tidak hanya sebatas itu. Ibadah yang sejati juga menyangkut kehidupan sehari-hari, kapan saja dan di mana saja."
(Pdt. Ayub Yahya: Kita orang Berhutang)
Sumber : http://www.sahabatsurgawi.net/bina%20iman/ibadah.html
(Nantikan artikel lainnya!)