B. Bagaimana Berdoa
Doa artinya komunikasi dengan Tuhan. Pengertian ini sudah umum kita ketahui. Sejak Sekolah Minggu kita sudah diajar begitu. Hanya apa maknanya kerap kurang kita sadari dan hayati. Sehingga pengertian itu menjadi sekadar hafalan di luar kepala. Tanpa makna apa-apa.
Lalu apa yang harus kita pahami dengan pengertian tersebut?
Pertama, komunikasi tidak selalu berupa untaian kata-kata yang diucapkan. Kita dapat menjalin komunikasi dengan orang-orang yang dekat dengan kita - misalnya suami, istri, orang tua, atau anak kita - tanpa harus ngomong. Ketika sama-sama berdiam diri dalam suasana tertentu kita tetap dapat saling berkomunikasi. Karena doa adalah komunikasi dengan Tuhan, maka itu berarti berdoa kita tidak selalu berarti berbicara; mengutarakan ini dan itu.
Ada saatnya kita kehabisan kata-kata. Kita tidak tahu harus ngomong apa lagi dalam doa kita. Dalam keadaaan seperti itu daripada kita memaksakan diri bicara padahal tidak tulus, lebih baik kita berdiam diri saja dalam suasana hening. Rasakan kehadiran Tuhan; betapa dekat-Nya Dia. Hayati penyertaan dan kasih Tuhan; betapa baiknya Dia. Tidak usah ngomong apa pun. Itu sudah doa. Mengenai kebutuhan kita, tidak usah kuatir karena Tuhan juga tahu (Mat. 6;8).
Baik juga kalau sambil diiringi dengan lagu rohani dari kaset. Lalu alami sungguh-sungguh lagu itu. Kita renungkan syairnya. Resapi melodinya. Doa kita akan terasa sangat berbeda. Kerap karena kita menganggap berdoa berarti berbicara, lalu kita jadi sibuk ngomong. Kita lupa untuk "mendengarkan" Tuhan.
Kedua, berkomunikasi adalah kebutuhan kita. Bayangkan kalau kita sama sekali tidak diperbolehkan berkomunikasi dengan orang lain; betapa akan sangat menderitanya kita. Di Afrika konon ada sebuah suku yang melaksanakan hukuman mati bagi warganya dengan cara mengusir dan mengucilkan ia dari komunitasnya; tidak boleh seorang pun melakukan kontak dengannya. Apa yang akan terjadi? Si terhukum akan merana sendiri dan mati kesepian.
Jadi doa bukanlah sekadar kewajiban, panggilan atau undangan. Doa merupakan kebutuhan kita. Seperti kita membutuhkan udara untuk hidup jasmani, begitu juga kita membutuhkan doa untuk hidup rohani. Tidak salah kalau dikatakan doa adalah napas orang kristiani. Tanpa napas tubuh jasmani kita mati, tanpa doa tubuh rohani kita kering dan mati pula. Maka, kalau kita merasa hidup ini hampa, kosong, jangan- jangan kita memang kurang berdoa.
Ketiga, karena doa adalah komunikasi dengan Tuhan, maka alamat atau tujuan doa itu adalah Tuhan. Ini penting disadari, sebab kerap sadar atau tidak sadar sekalipun kita berdoa kepada Tuhan, tetapi pikiran dan hati kita malah terarah kepada orang-orang di sekeliling.
Contoh, kadang-kadang ada orang yang mengaku tidak bisa berdoa di depan umum. Alasannya grogi, takut kata-katanya tidak bagus nanti ditertawakan. Tetapi kalau berdoa sendiri atau dalam hati dia bisa. Kenapa begitu? Karena pikirannya lebih terarah kepada orang-orang yang di sekitar dia. Bukan kepada Tuhan. Padahal doa bukan soal kata-kata bagus atau puitis. Doa soal ketulusan dan kesungguhan.
Ada cerita, seorang anak sangat dimanjakan oleh neneknya. Apa yang dia minta selalu diberi. Sekali waktu anak itu berdoa di kamarnya, "Tuhan, berikanlah kepada saya mobil-mobilan yang kemarin saya lihat di toko mainan." Suaranya sangat keras sampai kedengaran ke halaman depan.
Ibunya yang mendengar menegur dia. "Nak, kalau berdoa jangan keras-keras begitu. Cukup dalam hati, Tuhan pasti mendengar kok "
"Iya, bu, berdoa dalam hati Tuhan mendengar," jawab si anak kalem, "Tetapi bagaimana nenek bisa mendengarnya juga."
Contoh lain, orang Yahudi mempunyai aturan doa yang ketat dam kaku. Mereka memiliki waktu-waktu khusus untuk berdoa. Biasanya sehari lima kali; dua kali sebelum dan sesudah matahari terbenam. Lalu tiga kali Iainnya pk. 9.00, pk. 12.00, dan pk. 15.00. Sikap mereka berdoa juga sangat atraktif: berdiri dengan kedua tangan direntangkan ke atas kepala.
Dengan cara dan aturan serupa ini maka doa mudah beralih tujuannya. Bukan untuk berkomunikasi dengan Tuhan, tetapi supaya dipuji orang. Banyak dari mereka yang pada waktu-waktu itu secara sengaja berada di tempat ramai; pasar atau ujung-ujung jalan. Sehingga pas waktunya berdoa, mereka bisa berdoa dan orang-orang lain bisa melihatnya. Lalu memuji mereka sebagai orang saleh.
Karena itu Tuhan Yesus pun berkata ” Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan ,jalan raya, supaya mereka dilihat orang" (Mat. 6).
Lalu lanjut-Nya, "Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi" (Mat. 6). Maksudnya di sini tentu bukan harafiah, kalau berdoa harus di dalam kamar yang terkunci rapat. Bukan begitu. Tetapi biarlah doa kita betul-betul menjadi sebuah komunikasi pribadi dengan Tuhan.
Sumber : http://www.sahabatsurgawi.net/bina%20im ... r_doa.html
(Nantikan artikel lainnya!)