Pandangan dan Sikap Kristiani
Buletin Pembinaan GKI Kayu Putih yang berjudul "Ke mana Orang setelah Meninggal", telah membukakan kepada kita beberapa hal tentang keberadaan orang-orang yang telah meninggal dunia. Kesimpulan yang dapat diambil dari buletin tersebut adalah bahwa setiap orang yang meninggal dunia kembali kepada Tuhan, yang telah menciptakan sekaligus memelihara dirinya. Sekalipun setelah meninggal kita menempati dunia orang mati; namun dunia orang mati pun dikuasai oleh Tuhan. Dialah yang berdaulat atas seluruh kehidupan di dalam dunia orang mati. Tempat itu tidak Iagi menakutkan karena di sana pun Tuhan bertakhta (lih. Ayb. 26; Mzm. 139). Dan tidaklah salah apabila imam Kristiani kita mengatakan bahwa orang-orang yang telah meninggal kembali ke rumah Tuhan, sekalipun belum masuk ke dalam Kerajaan Sorga yang sempurna; yang baru akan terjadi setelah kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali.
Melalui pemahaman ini, maka pandangan dan sikap Kristiani kita berbeda dengan pemahaman yang menyatakan bahwa setelah meninggal bisa saja arwah orang yang meninggal masih gentayangan; masih berada di dunia. Karena itu ketika kita melihat jasad dari orang yang telah meninggal hanyalah tubuh jasmaninya tanpa nyawa karena hidupnya telah kembali kepada Tuhan.
Selain itu dalam catatan Alkitab, terlihat bahwa ada keterpisahan antara dunia orang mati dengan dunia orang hidup. Artinya tidak bisa orang-orang yang masih hidup masuk dalam dunia orang mati; begitu juga sebaliknya orang-orang mati tidak mungkin hidup lagi di dunia orang hidup. Kalau kita perhatikan Ayub 7 "Sebagaimana awan lenyap dan melayang hilang, demikian juga orang yang turun ke dalam dunia orang mati tidak akan muncul kembali"; dengan jelas dikatakan adanya keterpisahan antara dunia atas (dunia orang hidup) dengan dunia bawah (dunia orang mati).
Hal lainnya yang dapat kita pelajari tentang keterpisahan orang-orang yang telah meninggal dengan orang-orang yang masih hidup di dunia ini, dapat kita lihat dalam perumpamaan Tuhan Yesus mengenai orang kaya dan Lazarus yang miskin dalam Lukas 16-31. Ketika orang kaya merasakan penderitaan di alam maut; dia meminta Abraham untuk menyuruh Lazarus mengingatkan saudara-saudaranya akan segala hal yang dia terima saat di alam maut. Dia ingin saudaranya memperbaiki diri ketika ada di dunia supaya tidak menderita seperti yang dialaminya ketika berada di alam maut (ay. 27-29). Abraham menolak permintaan si kaya karena tidak bisa lagi Lazarus kembali ke dunia orang hidup.
Salah satu perkataan Tuhan Yesus yang dicatat Alkitab, namun sering kali membingungkan adalah ketika salah seorang pengikut-Nya meminta izin menguburkan jenazah orang tuanya dalam Matius 8: 22. Saat itu Yesus menjawab, “Ikutlah Aku dan biarkanlah orang mati menguburkan orang-orang mati mereka." Jawaban Yesus ini jangan diartikan kita tidak perlu peduli dengan orang-orang yang telah meninggal; mereka tidak perlu diurus ketika meninggal. Jawaban itu lebih mengarah kepada betapa pentingnya totalitas diri manusia dalam mengikut Yesus. Orang yang sudah meninggal tentu saja menjadi urusan Tuhan karena dia kembali kepada Tuhan; bukan lagi menjadi urusan orang yang masih hidup.
Oleh karena itu, kita tidak perlu mendoakan orang yang telah meninggal agar arwahnya diterima di sisi Tuhan atau agar dosa-dosanya diampuni. Hal itu sudah menjadi urusan Tuhan; orang yang hidup tidak bisa lagi campur tangan untuk keselamatan orang yang telah meninggal. Malahan yang sangat perlu didoakan adalah keluarga yang ditinggalkan. Keterpisahan dengan orang yang dikasihi karena meninggal dunia menghasilkan rasa kehilangan yang amat besar. Rasa kehilangan itu bisa menyebabkan berbagai masalah bagi keluarga yang tidak siap menerima kenyataan ini. Bisa saja mereka putus asa; bisa juga menyebabkan mereka takut dam pesimis menjalani - kehidupan ini karena mungkin almarhum adalah orang yang selama ini menopang kehidupan keluarganya. Karena itu lebih penting mendoakan keluarqa yang ditinggalkan agar Tuhan memberikan kekuatan dan penghiburan bahkan kemampuan melanjutkan hidup setelah kehilangan orang yang dikasihinya.
Penutup: Bagaimana Bersikap?
Uraian singkat di atas menunjukkan bahwa pergumulan bagaimana bersikap di depan peti jenazah sebenarnya bukanlah masalah teologis melainkan kebanyakan masalah etika pergaulan dalam bermasyarakat. Lebih banyak bagaimana menghormati dan menunjukkan bahwa keluarga yang ditinggalkan tidaklah seorang diri, merasakan kehilangan dan kesedihan tinimbang mengurusi almarhum/ah.
Oleh karena itu, beberapa saran untuk menolong kita bersikap ketika pergi melayat dan berada di depan peti jenazah adalah sebagai berikut:
1. Apabila kita merasa perlu untuk melihat almarhum/ah yang berada di dalam peti jenazah; pandanglah jasadnya dan kenanglah kehidupannya atau kenangan-kenangan kita bersama almarhum/ah.
2. Sebagai penghormatan terakhir kepada almarhum/ah atau menunjukkan dukungan kita kepada keluarga almarhum/ah, ikutlah memberikan minyak wangi ke dalam peti jenazah yang biasanya telah disediakan oleh keluarga.
3. Apabila kita merasa perlu untuk memberikan dukungan kepada keluarga melalui doa, bisa saja kita berdoa di samping peti jenazah bersama keluarga; atau kita berdoa bersama di tempat duduk yang telah disediakan keluarga. Tentu saja isi doa kita ditujukan untuk keluarga yang ditinggalkan agar Tuhan menguatkan dan menghibur mereka.
Bisa saja Anda menambahkan saran-saran ini agar kita tidak canggung bersikap ketika harus melayat daa menghibur ketuarga dari orang yang telah meninggal. Dan semoga tulisan singkat ini tidak lagi membuat bingung kalau Anda masuk dalam suasana perkabungan.
Sumber : http://www.sahabatsurgawi.net/bina%20iman/sikap.html