P
Pontius Pilatus adalah salah satu dari tiga nama manusia yang pasti disebut oleh orang Kristen pada setiap hari Minggu. Nama manusia yang pertama adalah Yesus. Kita menyebutnya saat mengikrarkan Pengakuan Iman Rasuli. Lalu, mengapa nama Pontius Pilatus sampai harus disebut dalam Pengakuan Iman Rasuli? Apa pentingnya nama itu?
Sebagaimana kita ketahui, Pontius Pilatus adalah seorang gubernur Romawi yang memerintah di propinsi Yudea. Pada zaman Tuhan Yesus setiap hukuman mati harus mendapat persetujuan dari pejabat pemerintah Roma yang ada di daerah tersebut. Oleh sebab itu, para pemimpin agama Yahudi membawa Yesus ke hadapan Pilatus, di kediamannya.
Bagi Pilatus sendiri, tidak ada keraguan sedikit pun tentang ketidakbersalahan Yesus (Mat. 27). Ia tidak dapat mengerti mengapa orang-orang Yahudi begitu mengingin kan kematian Yesus, namun tekanan politik dari orang-orang Yahudi membuat ia mengizinkan penyaliban atas diri Yesus. Pilatus takut kalau-kalau orang-orang Yahudi itu akan melaporkan kepada pemerintah Roma bahwa Pilatus tidak mau menghukum mati seorang pemberontak yang membahayakan kedaulatan Roma. Pilatus akhirnya memilih tindakan melawan apa yang semula ia pandang sebagai kebenaran. Dalam keputusasaan ia kemudian memilih untuk melakukan hal yang salah.
Dari pemaparan tersebut, nama Pontius Pilatus sebenarnya menjadi simbol dan peringatan bagi manusia untuk sadar akan bahaya berkompromi dengan ketidak benaran. Nama Pontius Pilatus hendak mengingatkan kita agar sungguh-sungguh mau berpihak kepada kebenaran dan menolak berkompromi dengan kejahatan.
Q
Quod scripsi scripsi (bahasa Latin), artinya “Apa yang sudah kutulis, tetap tertulis” (Yoh. 19). Kalimat ini dikatakan oleh Pontius Pilatus, ketika ia bersikeras untuk tetap memasang tulisan Iesus Nazarenus Rex Iudeorum (= INRI), artinya Yesus dari Nazaret Raja orang Yahudi, di atas kayu salib. Biasanya, di atas salib, ditaruh keterangan tentang alasan seseorang disalib. Nah, ketika di atas salib Yesus ditaruh keterangan INRI, maka dengan spontan imam-imam kepala orang Yahudi memprotes nya (Yoh. 19). Terhadap protes tersebut, Pilatus tetap bersikeras dengan apa yang sudah diperintahkannya untuk ditulis.
Quo vadis Domine (bahasa Latin), artinya, “Tuan, ke manakah tuan hendak pergi?” Ini adalah sebuah pertanyaan yang sangat terkenal dari Petrus. Konon, ketika Petrus telah ditetapkan untuk dihukum mati oleh Kaisar Nero di Roma, ia melarikan diri ke luar kota Roma. Di luar pintu gerbang kota, Petrus bertemu dengan seorang laki-laki yang hendak memasuki kota. Maka terjadilah percakapan antara Petrus dengan laki-laki itu:
Petrus : Tuan, ke manakah tuan hendak pergi? (Bhs. Latin :“Quo Vadis Domine”)
Lelaki : Aku hendak pergi ke Roma untuk disalibkan (kemudian Petrus mengenal bahwa lelaki itu adalah Tuhan Yesus sendiri).
Petrus : Tuhan, bukankah Engkau hanya sekali saja disalibkan?
Lelaki : Aku melihat engkau melarikan diri dari kematian dan
Aku hendak menggantikanmu.
Petrus : Tuhan, aku pergi. Aku akan memenuhi perintah-Mu.
Lelaki : Jangan takut, karena Aku menyertaimu.
Kemudian Petrus kembali ke dalam kota dan dengan sukacita menjalani hukuman matinya. Ketika hendak disalibkan, ia meminta untuk disalibkan dengan kaki ke atas dan kepala ke bawah. Petrus mengatakan bahwa ia tidak layak disalibkan seperti Tuhannya.
R
Romawi adalah nama sebuah kekaisaran yang tengah menguasai hampir seluruh dunia pada zaman Tuhan Yesus. Kata “dunia” di sini sebenarnya hendak mengacu pada daerah-daerah yang sudah dikenal pada waktu itu, yaitu menunjuk pada daerah-daerah yang tertera dalam peta Alkitab mengenai perjalanan pekabaran Injil Paulus (daerah Afrika bagian utara, Asia Barat Daya / Timur Tengah lalu sampai ke Eropa).
Bangsa Romawi memiliki agama dan sistem peribadahannya tersendiri. Dapat dikata kan bahwa orang-orang Romawi menyembah dewa/i dan bahkan menyembah kaisar. Oleh karena itu, ketika kekristenan muncul pada abad-abad pertama, keberadaannya sangat mengguncang kekaisaran Romawi.
Banyak para pengikut Yesus yang menjadi martir karena mempertahankan imannya kepada Yesus. Bahkan menurut catatan sejarah, hampir seluruh murid Tuhan Yesus menjadi martir karena mempertahankan imannya kepada Yesus (lih. F.D. Wellem, Hidupku Bagi Kristus, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003). Bahkan ada ratusan bahkan ribuan lainnya yang menjadi martir karena mempertahankan imannya di hadapan penguasa-penguasa Romawi.
S
Sengsara Kristus diperingati dalam minggu pra-paskah yang terakhir bersamaan dengan minggu palma. Saat itu kita diingatkan pada peristiwa Yesus memasuki kota Yerusalem dan Ia dielu-elukan oleh orang banyak. Sebenarnya, saat itu Yesus sedang menghadapi kesengsaraan-Nya yang sudah semakin mendekat, bukan menghadapi penyambutan seorang raja yang menang perang. Keledai yang ditunggangi Yesus mau menunjukkan bahwa Ia datang bukan untuk mengangkat pedang, melainkan untuk membawa damai sejahtera bagi kehidupan umat manusia.