Pertanyaan:
Bapak Pengasuh saya hormati.
Sekarang ini, begitu mudah orang meninggalkan Tuhan. Apakah ini kesalahan orang tua yang kurang mendidik anak, tidak menjadi teladan? Atau kesalahan orang Kristen yang tidak peduli terhadap saudaranya, atau gereja yang kurang mengantisipasi dan memproteksi jemaat dengan pengajaran yang sungguh-sungguh?
Kritos, Jakarta
Jawaban:
Baiklah. Saudara Kristos, soal mudahnya seseorang meninggal-kan Tuhan, ada banyak kemung-kinan penyebabnya. Kita akan coba menelusurinya dari berbagai aspek, baik teologis maupun praksis.
Dari perspektif teologis, gam-barannya sangat jelas. Seseorang yang tidak terikat sungguh-sung-guh kepada Kristus (tidak percaya dalam arti yang sebenarnya, hanya sekadar mengaku percaya), maka sudah pasti dalam perjalanan wak-tu, dia akan hilang dengan sendiri-nya. Dalam Yohanes 17, ketika Yesus berdoa, Dia berkata semua yang percaya pada-Nya tidak ada yang binasa, kecuali dia (Yudas) yang memang tidak masuk dalam bilangan yang percaya. Jadi, Yudas memang tidak pernah sungguh-sungguh menjadi seorang murid, dan waktu telah membuktikan-nya. Jadi, jangan terbalik, seakan Yudas telah sungguh-sungguh menjadi murid, namun kemudian meninggalkan Yesus. Yudas, adalah ilalang di antara gandum, kambing di antara domba. Itulah lukisan teologisnya.
Sementara dari sudut praksis (perilaku yang tampak sebagai buah iman), dapat dibagi sebagai berikut:
1. Kesalahan diri sendiri (Lukas 10: 4-15).
Dalam konteks ini digambarkan tipe pribadi dalam merespon Firman Tuhan: ada yang mati dan ada yang bertumbuh. Mati karena berbagai kesulitan kehidupan dan tidak bisa bertahan dalam beriman kepada Tuhan. Lalu yang lainnya hidup melintasi pertarungan dan meraih kemenangan iman. Nah, dari perikop ini jelas sekali diri sendiri sebagai pribadi, bertang-gung jawab atas pertumbuhan iman. Ini sangat penting untuk disadari, sehingga tidak seorang pun serta-merta menyalahkan lingkungannya karena ketidak-berimanannya. Jadi, tiap orang harus mawas diri, dan terus-menerus mengevaluasi diri, dalam menjaga hubungannya dengan Tuhan.
2.Kesalahan orang tua (Ulangan 6: 4-12).
Di sini, digambarkan kewajiban orang tua untuk mengajarkan kepada anak-anaknya tentang kebenaran Firman Tuhan. Penga-jaran harus dilakukan berulang-ulang, agar Firman Tuhan itu terta-nam dengan baik di hati anak. Ti-dak ada kata berhenti dalam mengajarkan kebenaran Firman. Dan, pengajaran itu bisa dilakukan di berbagai tempat, artinya di mana saja. Sehingga, setiap realita kehidupan bisa menjadi bagian pembelajaran anak. Dengan demikian, setiap anak orang percaya memiliki pondasi yang kuat, dan tentunya tidak mudah terombang-ambing. Jadi, kelalaian orang tua tentu saja dapat menjadi gangguan dalam pertum-buhan iman seorang anak.
3. Kesalahan gereja (Efesus 4-16).
Tuhan memberikan berbagai jabatan dalam gereja. Dan di era kita ada tiga yang masih berperan yaitu : penginjil, gembala, guru/pengajar. Kesemuanya itu dirang-kum dalam struktur gereja. Gereja, memainkan peran sentral dalam mengemban misi memperlengkapi umat Tuhan. Gereja, dalam wibawanya mengajarkan umat tentang kebenaran prinsip berda-sarkan Akitab. Dogma yang sehat, dan sejarah gereja, perlu diajarkan untuk membuat umat mengerti sepenuhnya apa yang menjadi kehendak Tuhan, dan tahu arah perjalanan gereja Tuhan. Hal ini perlu, agar membuat umat tidak berwawasan sempit dan ter-pecah-pecah. Kelengkapan umat ini tentu saja menjadi modal utama dalam pertumbuhan iman dan membuat umat tangguh, tidak mudah tersesat.
Nah, Sdr. Kristos, selanjutnya juga harus disadari bahwa semua ini saling melengkapi, bukan saling menyalahkan. Jadi, unsur yang ada, seharusnya menjadi tembok berlapis. Jika satu jebol, yang lain melapisi. Ini berarti kejatuhan seseorang dalam keberimanannya harus kita jadikan tanggung jawab kolektif. Semua unsur harus bekerja sama, termasuk institusi Kristen seperti sekolah, dan lain-lain. Semoga penjelasan ini mencerahkan. Maju terus, Kristos.
Sumber : http://www.sahabatsurgawi.net/mengupas% ... ret06.html
(Nantikan Kupasan Firman Tuhan selanjutnya!)