Pertanyaan :
Saya bersyukur pada Tuhan ketika saya dapat mengajukan ketidaktahuan saya tentang Firman Tuhan di dalam kitab Ulangan 13-11. Dan kiranya Bapak boleh memberikan perspektif baru bagi saya, pertanyaan/masalah saya adalah:
Kenapa di dalam firman ini kita disuruh untuk membunuh orang yang membawa kita kepada Allah yang kita tidak kenal. Bukankah ketika saudara-saudarah kita yang pindah ke agama lain, Allah mereka adalah Allah yang tidak kita kenal?
Bagaimana tindakan kita terhadap hal seperti ini? Padahal di dalam Perjanjian Baru (PB) kita diperintahkan "mengasihi sesama" bukankah juga mereka ini adalah sesama kita juga?
Bagaimana cara menghubungkan Firman ini supaya tidak salah.
Jonni Manurung
jonmng@yahoo.com
Jawaban :
Saya, merasa sukacita jika ada orang yang mau belajar memahami kebenaran Firman Tuhan dalam kesungguhan. Baik, Jonni, kita akan mulai dengan mengenali kitab yang kita baca, dan konteks pada waktu kitab itu ditulis.
Ini adalah cara memahami dengan tepat. Kitab Ulangan (termasuk Kej, Kel, Im, Bil), ditulis oleh Musa, dalam perjalanan dari Mesir menuju tanah perjanjian. Berbagai aturan yang ada dan diberlakukan kepada umat, tujuannya, adalah untuk kebaikan umat Tuhan. Contoh, seperti apa yang dikatakan Rasul Paulus dalam Roma 7; Karena aku juga tidak tahu apa itu keinginan, jika hukum Taurat tidak mengatakan jangan mengingini (band.Kel 20 : 17).
Nah, Rasul Paulus ingin mengatakan betapa Taurat (Perjanjian Lama) itu kita butuhkan. Hanya saja, dalam konteks kitab Roma, Rasul Paulus mengatakan bahwa Taurat adalah hukum yang diberikan Tuhan, yang kemudian membuktikan bahwa manusia ternyata tidak mampu menaatinya. Manusia berdosa, karena melanggar ketetapan Taurat. Taurat menjadi semacam pengharapan yang sulit diwujudkan. Barulah, setelah kedatangan Kristus ke dunia, pengharapan itu menjadi kenyataan. Hidup benar, oleh dan untuk Yesus. Itu sebabnya Yesus berkata, "Aku datang bukan untuk meniadakan, melainkan menggenapi (Mat 5). Sampai di sini, tidak ada yang salah dengan Taurat (PL) dengan Injil (PB), keduanya selaras. Hanya saja, kita perlu memahami bentuk keselarasannya.
Dalam kitab Ulangan, perintah membunuh kepada yang membawa umat Tuhan kepada allah yang tidak dikenal (berhala) adalah wujud murka-Nya terhadap dosa menyembah ilah lain (Kel 20 : 3-6). Perlu diperhatikan konteksnya, umat keluar dari Mesir (berhala) menuju tanah perjanjian (Allah), dan ini sebelum kedatangan Kristus ke dunia. Jadi, jika dalam PL seseorang dibunuh (mati) karena menyembah atau membawa orang pada penyembahan berhala, demikian juga di PB, yakni orang yang tidak percaya kepada Yesus Kristus pasti binasa (Yoh 3).
Nah, persoalan membunuh sampai sekarang juga masih berlaku. Hanya saja, jika dulu kita membunuh tubuh, sekarang membunh keinginan berdosa (Ef 6, Musuh kita adalah roh roh di udara/iblis, bukan daging). Jadi, konteks PL sebelum penebusan oleh Yesus adalah pembunuhan tubuh (manusianya), maka dalam konteks PB adalah membunuh dosanya (bukan tubuhnya). Ingat, karena Yesus Kristus sudah mati untuk menebus dosa manusia dan segala kutuknya.
Dalam PL, darah domba harus tertumpah untuk menebus dosa dan darah manusia itu sendiri (hukuman mati). Karena dosa yang tidak terampuni, maka dalam PB darah Yesus Kristus telah tertumpah untuk menebus dosa kita (Ibr 9-14).
Kecuali dosa yang tidak terampuni, yaitu, menghujat Roh Kudus (Luk 12).
Menghujat Roh Kudus, artinya, menolak secara terus-menerus teguran dari Roh Kudus yang ingin menginsyafkan manusia dari dosa-dosanya (Yoh 16-11).
Akhirnya, Jonni, membunuh karena dosa, "tetap berlaku". Hanya saja, penebusan Kristus mengakibatkan pergeseran/penggenapan, bukan lagi tubuh orang berdosa, melainkan dosanya orang berdosa. Kasih Allah, tetap sama dari PL hingga PB, bergerak dari samar menjadi jelas. Sekarang terang-benderang bagi kita. Indah ya, Alkitab kita, selamat menikmatinya.*
Sumber : http://www.sahabatsurgawi.net/mengupas% ... tus05.html
(Nantikan Kupasan Firman Tuhan selanjutnya!)