Apa yang Anda sadari ada dalam kendali Anda;
apa yang tak Anda sadari adalah yang mengendalikan Anda.
~ Anthony de Mello; SJ.
Mereka yang berpikir, ekstrimnya ada dua kategori: yang menggunakan pikiran sebagai alat-bantu, dan yang malah diperalat oleh pikiran.
Kategori pertama —yang menggunakan pikiran sebagai alat-bantu— ini tidaklah banyak populasinya. Kebanyakan dari kita masuk dalam kategori kedua.
Umumnya, orang tidak lahir dalam kategori pertama ini —sehingga tidak serta-merta mampu menggunakan pikiran sebagai alat-bantu. Bahkan, umumnya tak banyak yang menyadari kalau ia sebetulnya sedang diobok-obok oleh duet pikiran-perasaan.
Menyadari ada dalam obok-obok duet tangguh ini, memicu seseorang untuk beranjak meninggalkan kategori kedua. Namun, kendati seseorang berhasil bertransformasi ke kategori pertama, belum berarti bebas dari duet tangguh ini. Dan umumnya, justru banyak yang terlena bermain disini karena melenakan.
Mampu menggunakannya sebagai alat-bantu, seseorang bisa melakukan banyak hal-hal yang tak bisa dilakukan dan tak dimengerti oleh kebanyakan orang. Ia bisa berupa kelihatan cerdas, piawai dalam banyak hal, bahkan bisa menunjukkan fenomena-fenomena supranatural, paranormal dan kelihatan sakti karena bisa mempertunjukkan kegaiban-kegaiban —yang tentu saja tak dimengerti apalagi dipunyai oleh kebanyakan orang. Kalau ia punya bakat kharismatik, ia bisa sedemikian rupa tersohor, sampai-sampai disangka dan dinobatkan sebagai guru-spiritual, bahkan orang suci. Hebat bukan?
Demikianlah kekuatan pikiran itu. Bukankah dikatakan, ‘Karena pikirannya seorang menderita, jatuh ke neraka; karena pikiran pula orang mencapai kebahagiaan, masuk surga. Bahkan...dengan pikiran yang sama seseorang bisa mencapai Kebebasan’?
Ia berkemampuan ‘menjadikan’. Justru karenanyalah banyak yang terlena dalam perangkap dan permainan ini, merosot, untuk kemudian jatuh lagi ke dalam paradigma ‘diobok-obok oleh duet pikiran-perasaan’. Tak banyak yang benar-benar berhasil menggunakan pikiran untuk membebaskan diri dari duet ini.